Chapter 14 - Mayat Gratis

Sebuah pertarungan dengan berlatarkan di daerah-daerah lingkungan dan iklim yang berbeda, menjadi ujian tersendiri bagi para peserta agar belajar dan mampu beradaptasi dalam hal membunuh. Mereka harus siap dengan keadaan yang ada, dan mampu memanfaatkan apapun dalam melakukan pembunuhan tersebut.

Hal seperti itu mejadi landasan bagi Sekte Iblis Kegelapan dalam mengadakan kompetisi yang sedang diikuti oleh Morey dan lainnya. Mereka dituntut mampu beradaptasi dn memanfaatkan apapun yang mereka lihat. Apakah itu ranting pohon, batu, tulang, atau apapun dapat mereka gunakan sebagai senjata agar memperlancar mereka dalam melaksanakan tugas mereka.

Juga dalam hal mengintai, bersembunyi, hingga membuat jebakan, juga menjadi sesuatu yang diharapkan dalam pertandingan tersebut. Karena Sekte sangat mengharapkan murid-murid yang memiliki potensi seperti itu agar mampu menaikkan nama Sekte Ibis Kegelapan hingga ke puncak kejayaannya.

Dan saat ini, calon dari murid-murid yang akan diterima itu sedang menghadapi ujian tersebut. Meski mereka juga banyak yang telah terbunuh oleh para hewan iblis yang ditemui, dan bukanlah manusia dari kelompok lawan mereka, namun masih menyisakan yang lebih kuat dan berpotensi dari pada yang telah gugur.

Salah satu yang masih bertahan dengan keinginan kuat untuk mendapatkan peringkat pertama, itu adalah Morey. Dia bersama rekan kelompoknya masih belum ada satupun yang gugur dalam dunia buatan tempat ujian tersebut.

Ngomong-ngomong, Morey dan kelompoknya saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke arah bangkai dari kadal yang ditemukan Ni Feng sebelumnya. Mereka secara serentak beriringan telah melewati batas hutan dan gurun sebelumnya.

Morey sendiri sebenarnya hanya menginginkan darah kadal itu, selain mendapatkan beberapa informasi jika didapatkan.

Dan masalah soal darah, Ni Feng yang sempat sedikit melihat Morey dengan skill [Penghisap Darah] miliknya, masih belum bertanya hal tersebut kepada Morey. Meski sejak pertama kali melihat, dia sangat terkejut dengan tubuh Morey yang diselimuti darah dan meresap ke tubuhnya hingga habis.

Sebenarnya Ni Feng hanya tidak ingin menggubris hal tersebut sebelumnya karena keadaan yang tidak bagus membahas itu. Namun kali ini sudah berbeda.

Dalam perjalanan mereka yang tidak terbilang cepat, Morey bersama semuanya kini telah sampai pada mayat kadal tersebut.

"Kakak Mo, ini yang aku maksud sebelumnya". Kata Ni Feng sambil menunjuk kadal tersebut.

"Wah, ini memang benar-benar besar ya?". Sahut Morey dengan wajah yang menampilkan kekagumannya. Matanya jelas menunjukkan ketertarikan melihat kadal tersebut.

Lalu dia kembali fokus dan tetap waspada. Keluar dari rasa kagumnya, Morey segera mendekati tubuh kadal tersebut yang diiringi oleh Ni Feng.

Di sana ada beberapa bagian tubuh yang terpotong cukup rapi. Namun ekor mereka semua telah hilang. 'Apa itu telah dimakan oleh mereka yang mengalahkan kadal ini? Tapi kenapa memilih ekor? Apakah itu enak?'

Morey merenung dengan terus mengamati tubuh mereka. Lalu pandangannya tertuju pada satu titik. Itu adalah bagian kepala.

"Ini…"

Di setiap kepala para kadal itu terdapat sebuah bentuk bekas pukulan. Dan dari bekas pukula tersebut, Morey menilai bahwa mereka cukup kuat karena membuat bekas di kepala kadal hanya dengan sebuah pukulan.

"Sepertinya mereka hanya menggunakan pukulan untuk mengalahkan kadal-kadal ini. Meski ada beberapa bekas potongan seperti senjata, namun itu hanya digunakan untuk memotong bagian yang tidak akan membunuh kadal ini, tapi kenapa?"

Morey menyimpulkan semuanya dari pengamatan yang telah dilakukannya. Namun dia masih belum dapat mengartikan maksud dari potongan tersebut. Di kepalanya hanya tentang bagian yang terpotong tersebut, telah dimakan.

Ni Feng juga memikirkan yang yang serupa dengan Morey. Setelah mengamati keseluruhannya, tidak jauh berbeda dengan pendapat yang telah disampaikan oleh Morey sebelumnya.

"Aku juga merasa begitu kak, namun kenapa mereka tidak menggunakan senjata untuk memotong ini untuk membunuh kadal-kadal itu?" Tanya Ni Feng yang masih memandangi bekas ekor kadal yang telah hilang tersebut.

"Hmm, itu juga membuatku penasaran. Bisa jadi senjata tersebut memiliki kualitas buruk jika bertarung dengan monster. Namun jika memotong dalam keadaan telah mati, maka tidak akan jadi masalah. Atau bisa jadi mereka hanya mengetes kekuatan pukulan mereka. Dan mungkin juga, senjata itu baru mereka dapatkan setelah membunuh kadal ini".

"Tapi jika begitu, di mana mereka menemukan senjata tersebut? Apakah di dunia buatan ini memiliki beberapa kotak rahasia yang memerikan senjata kepada para peserta?"

Ni Feng cukup penasaran dengan jawaban terakhir Morey. Jika itu dibuat untuk melengkapi peserta dalam bertahan hidup, maka dia dan kelompoknya juga harus menemukan senjata tersebut.

"Tapi semua itu belum pasti. Untuk sekarang, sebaiknya kita hanya harus waspada dan berasumsi bahwa kelompok lain telah memiliki masing-masing senjata di tangan mereka".

"Betul juga kak. Lalu kemana kita akan pergi sekarang? Nampaknya di dunia buatan ini juga ada yang namanya malam. Lihatlah sekarang sudah mulai gelap". Kata Ni Feng sambil menengok ke langit.

Morey melipat tangannya di dada dan salah satunya sambil memainkan dagunya. Dia memikirkan tentang persembunyian, atau sebuah penyergapan.

Namun di balik itu, saat ini dia hanya ingin menyerap seluruh darah monster yang tergelatak di depannya. Tapi bagaimana?

Morey tidak ingin mengungkapkan skill [Penghisap Darah] miliknya itu. Meskipun itu kepada Ni Feng. Bukannya tidak mau, namun masih belum waktunya. Karena itu, Morey saat ini sedang memikirkan cara mengeluarkan skill miliknya tanpa diketahui kelompoknya.

Namun tanpa dia sadari, Ni Feng telah mengetahui skill tersebut. Meski hanya terlihat sedikit, namun dia telah pernah menyaksikan hal tersebut.

"Mmm, begini. Kalian kembali saja dulu ke tepi hutan sebelumnya. Dan tunggu aku di sana. Ada sesuatu yang harus kulakukan". Morey menjawab dengan ekspresi polosnya.

Namun tidak dengan Ni Feng. Otaknya langsug mengingat kejadian sebelumnya ketika dihadapan mayat-mayat Monyet Perak Ekor Ular. Di sana Morey terduduk diam dengan darah yang melayang di mana-mana dan masuk ke tubuhnya. Ni Feng sekali lagi ingin menanyakan tentang itu. Tidak, dia bermaksud menanyakan sekarang.

"Kak, apa yang akan kau lakukan sebenarnya?".

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya, aku melihat kakak ketika di samping monyet sebelumnya. Di sana ada darah yang mengalir dan masuk ke tubuh kakak. Kalau boleh tahu, apa itu sebenarnya?".

Ni Feng berhasil mengeluarkan isi hatinya. Dia tidak begitu pandai dalam berkata-kata masalah serius. Biasanya dia akan langsung mengatakan to the point dengan nada sombongnya. Tapi tidak dengan sekarang.

Sekarang Ni Feng berusaha menjaga pola bahasanya. Dia tidak ingin menjadi seseorang yang tidak tau betapa tingginya langit lagi. Dia saat ini berusaha menanyakan hal yang tidak dibicarakan oleh Morey.

Karena menurutnya Morey sedang menyembunyikan hal tersebut, Ni Feng berusaha menanyakan dengan baik dan nada yang rendah. Karena dia tidak ingin rekan kelompok lainnya juga mengetahui hal tersebut.

Sementara Morey yang mendengar apa yang dikatakan oleh Ni Feng, melebarkan matanya. Dia sedikit tersentak ketika itu dan perlahan melihat ke sekeliling.

"Ehmm, yah tidak perlu kau ungkit. Itu hanya sebuah metode latihan dari kampong halamanku. Jadi, tak perlu kau pikirkan". Jelas Morey sambil mengangguk setelah merasa apa yang dikatakannya telah benar.

"Mm, jadi begitu. Maaf sudah menanyakannya sebelumnya. Tapi itu memang membuatku sedikit penasaran. Haha". Ni Feng tertawa sambil mengaruk-garuk belakang kepalanya. "Kalau begitu, aku akan membawa yang lainnya dulu ke pinggir hutan itu".

"Hm, baiklah. Jangan kau katakana pada yang lain. Aku hanya takut jika mereka salah paham dan takut dengan bentuk metodeku".

"Tidak, tidak. Tentu saja tidak kak, tidak perlu khawatir. Kalau begitu aku segera berangkat".

Ni Feng kemudian pergi membawa tujuh orang lainnya ke pinggiran hutan. Meski yang lainnya tidak mengetahui alasan hal tersebut, namun karena perkataan Morey, mereka mau mendengarkan.

Setelah kepergian Ni Feng, Morey megaktifkan skill [Penghisap Darah] yang sudah ditunggu-tunggunya.

Kali ini dia melakukan sambil berdiri, dan tidak ada tanda-tanda bahwa tidak akan berhasil. Sepertinya skill tersebut tidak mempenagruhi bagaimanapun keadaan Morey.

Seperti sebelumnya, darah-darah melayang membentuk sungai kecil hingga membungkus tubuhnya.

Morey teringat bahwa kesalahannya dalam mengambil keputusan dapat menyebabkan malapetaka baginya. Dan oleh sebab itu, Morey merencanakan melakukan percobaan.

Sebelumnya Morey telah mengamati keadaan sekitar, dan hasilnya adalah aman. Juga ketika Ni Feng pergi sendiri ke tempat itu, tidak ada yang berani menyerangnya. Atau itu hanya karena memang tidak ada satupun di dekatnya.

Setelah mengetahui hal tersebut, Morey segera melakukan percobaannya.

Di sana dia mencoba begerak di dalam lapisan darah yang membungkusnya itu.

Soalnya, dia juga dapat melihat di sekitarnya ketika dalam selimut darah yang membungkus seluruh tubuhnya. Lau Morey melakukan gerakan seperti melompat, berlari, dan memukul udara, semuanya dapat dilakukan tanpa bermasalah dengan skillnya.

Setelah mengetahui hal tersebut, Morey mendapat kesimpulan baru. Dia merasa jika dalam keadaan terdesak dan di sana terdapat mayat yang berserakan, maka dia dapat meningkatkan statusnya dengan menghisap darah mereka tanpa khawatir terhalang oleh darah tersebut.

Jadi saat ini, jika ada lawan yang menyerang ketika dia dalam proses penyerapan itu, dia tidak akan perlu khawatir lagi karena telah melalui percobaan sebelumnya.

'[Penghisap Darah] +3.000'

'[Penghisap Darah] +3.000'

'[Penghisap Darah] +2.000'

"Hanya segini dari ketiga kadal ini? Haah…". Morey mendesah kecewa sambil menaikkan kedua bahunya. Dia berharap lebih karena mendengar dari Ni Feng.

Namun setelah melihat hasilnya, itu bahkan lebih sedikit dari monyet-monyet sebelumnya. Morey memang sedikit kecewa dengan hasilnya. Namun tetap saja, dia tidak dirugikan, malah diuntungkan.

Dan sekarang semua telah terserap.

Morey kembali mengerutkan keningnya dan bergumam. "Jika saja ada mayat-mayat monster ini lagi di sepanjang jalan dari kelompok yang telah membunuhnya, maka aku akan mendapatkan keuntungan dengan cara gratis".

"Memang… di mana-mana, yang namanya gratis memang lebih nikmat".

Morey tertawa sendiri di tengah-tengah gurun tersebut. Dan gaya tertawanya itu, terlihat seperti penjahat yang telah berhasil membunuh targetnya. Entah kenapa ekspresi bahagia miliknya selalu memberikan kesan seperti orang jahat. Meski sebenarnya dia sama sekali tidak bermaksud.

Dan ngomong-ngomong saat ini, setelah menyerap semuanya, Morey bermaksud kembali ke tempat Ni Feng dan yang lain. Ketika baru saja dia berbalik dan melangkah, tiba-tiba---

'Teet!'

'Proses evolusi skill [Iblis Penyamar] telah selesai'.