Chapter 16 - Serangan Beruang

Tanpa melihat kebelakang lagi, Morey terus dengan kecepatan yang sama. Jarakya dengan dua orang dibelakangnya kini kembali menjauh.

Morey berhenti memastikan.

"Memang sebaiknya aku sendiri yang ke sana. Kalian tunggulah di sini. Atau kalian bisa kembali ke tempat berkumpul. Jika ada yang menanyakan diriku, sebutkan saja yang sebenarnya".

"Tapi kak…"

"Tidak apa-apa. Baiklah, aku pergi dulu".

"Baiklah, semoga kau baik-baik saja kak".

Morey memacu kecepatannya dengan dua orang yang hanya melambaikan tangan kepadanya. Jika ini merupakan dunia sebenarnya dan bukanlah buatan para tetua, dia akan kabur dan tidak kembali saat ini.

Dan akhirnya dia kembali ke tempat pertama kali dia datang. Tidak ada apa-apa di sana kecuali popohonan. Dia melanjutkan ke tempat para monyet yang telah dikalahkan olehnya.

Masih seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah. Mayat-mayat itu masih terkapar di sana.

'Tapi kemana aku kan mencari makan? Apa daging monyet ini saja aku bawakan pada mereka ya?'

Namun meski semua itu telah dipilih, tetap saja dia tidak memiliki keuntungan di dalamnya. Dia pergi sendiri untuk lebih banyak mendapatkan darah agar di serap.

Oleh karena itu, Morey memutuskan untuk pergi lebih jauh menjelajah ke dalam hutan.

DI tempat lain, Li Bai dan Zi Leng bersama kelompok lainnya sedang duduk beristirahat di sebuah goa. Dan terlihat dari dalam sana ada sesuatu yang berjatuhan.

Itu merupakan salju, ya, hujan salju yang merupakan salah satu dari tempat lingkungan berbeda di dunia buatan itu.

Zi Leng dan Li Bai yang terus berjalan mencari kelompok lain, memutuskan untuk beristirahat sejenak. Mereka bermaksud melanjutkan peerjalanan ketika menjelang pagi.

Meski dunia buatan, tetap saja di sana memiliki efek seperti malam dan siang. Jadi saat ini kegelapan sudah menyelimuti dunia tersebut. Namun tidak dengan dunia luar atau dunia nyata.

Bagi mereka yang sedang menonton, semuanya baru berlalu tiga jam saja. Memang waktu lebih cepat bergulir di dunia buatan itu.

Zi Leng saat ini sedang bermeditasi, dia sedang berkultivasi dengan empat lima orang lainnya termasuk Li Bai tetap bersiaga. Mereka semua bersiaga dalam keheningan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Memang terlihat canggung di dalam sana.

Sementara Zi Leng yang sedang berusaha untuk melewati batas dari tahap pejuang menuju tahap elit. Saat ini adalah kesempatannya yang merasakan bahwa akan naik tingkat.

Dapat terlihat ada suatu aura yang berkumpul tepat di perutnya.

Dalam menembus tahap pejuang menuju tahap elit biasanya tidak begitu susah. Dibandingkan ketika menuju tahap master dan seterusnya, itu bukanlah apa-apa.

Dengan dirinya yang dianggap seorang jenius pemula, Zi Leng akan memaksa dirinya untuk menembus ke tahap elit hari ini. Dia begitu yakin dengan itu.

Lalu di dalam keheningan itu, Li Bai berdiri dan berjalan mendekati Zi Leng. Namun dia segera dicegat oleh empat orang bawahan Zi Leng. Entah apa maksudnya mendekati Zi Leng, tetapi itu mengundang kecurigaan dari empat orang itu.

"Apa maksudmu, oi?" Tanya Xia Meng sambil mengarahkan pedang dari ekor kadal yang sebelumnya ke wajah Li Bai.

Li Bai sontak mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya. Itu merupakan isyarat untuk menyerah.

"Tunggu, tunggu… aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya penasaran karena energinya semakin meningkat. Kurasa dia akan naik tingkat sebentar lagi". Jawab Li Bai dengan senyuman riangnya.

Kemudian Xia Meng melihat ke arah Su Tong dan mata mereka saling bertatapan. Setelah itu, dia kembali menatap Li Bai yang masih dengan pose sebelumnya.

"Hmm, baiklah. Tapi kau tidak akan dibolehkan lebih dekat lagi. Dan juga, jika kau melakukan semacam hal yang mencurigakan lagi, angan salahkan aku jika tidak sengaja memotong lehermu".

Peringatan yang sangat tegas dengan suara lantang, Xia Meng menurunkan pedangnya. Dia kembali bersiaga dengan berdiri sambil menopang dirinya dengan pedang itu di depannya.

Li Bai hanya tertawa ringan sembari berbalik. "ahaha, tenang saja. Aku tidak akan melakukan itu kok. Jika itu terjadi, aku tidak siap jika leherku harus terpotong soalnya. Jadi jangan begitu khawatir tentangku".

Li Bai kembali ke dekat pintu goa yang mana salju masih betaburan di dekatnya. Sambil melihat ke arah luar, Li Bai menyipitkan matanya. Dia seperti merasa melihat sesuatu.

"Mmm? Apa itu?".

Sebuah siluet hitam yang tampak seperti pria gemuk seperti mengarah kepadanya. Namun Li Bai tidak dapat memastikannya.

Dia semakin memperhatikan, dan semakin lama siluet tersebut semakin besar. Tidak, itu semakin jelas bentuknya.

"Semua… sepertinya kita kedatangan tamu. Ataukah dia sebenarnya tuan rumahnya?".

Mendengar perkataan Li Bai, Su Tong dan dua lainnya ikut melihat ke pintu goa. Mereka melihat sesosok tubuh dengan ukuran cukup besar. Tidak lebih besar dari kadal sebelumnya, namun entah mengapa aura yang dia pancarkan lebih kuat dari kadal-kadal itu.

"Sepertinya ini tidak dapat dihindari. Kita akan keluar! Jika sampai bertarung di sini, akan menganggu Bos kita nantinya". Seru Su Tong kepada semuanya.

Lalu semua orang yang berada di dalam kecuali Zi Leng mengangguk setuju.

Mereka kemudian serentak keluar, dan menampakkan diri mereka kepada sesuatu yang datang itu. Namun tidak dengan Xia Meng. Dia menganggap bahwa itu tidak perlu sampai turun tangan semuanya untuk satu makhluk saja.

"Aku akan tetap di sini, kurasa kalian berempat sudah cukup untuk itu".

"Ahh? Terserah kau saja. Tapi itu cukup bagus, mungkin aku akan bersenang-senang di sini". Balas Su Tong.

Setelah makhluk itu mendekat, ternyata itu merupakan seekor beruang dengan bulunya yang bewarna coklat. Namun di punggungnya sedikit mirip dengan landak. Namun duri-duri tersebut terlihat mirip dengan bongkahan es yang menempel di punggunya.

Meski begitu, duri es tersebut tidaklah menempel, melainkan memang bagian tubuh dari beruang tersebut.

Mereka dikenal dengan nama Beruang Landak Es. Seperti namanya, itu merupakan beruang dengan duri landak yang seperti es di punggunya itu

Mereka juga terkenal dengan keganasannya dalam menyerang. Karena mereka tidak merasa perlu melindungi tubuh bagian mereka yang terlindungi oleh duri es itu. Dan kekuatan serta kegesitan mereka jugan sangat hebat.

Selain itu, mereka juga dapat menembakkan duri es yang berada di punggung mereka tersebut. Jadi, tidak masalah bagi Beruang Landak Es ini dalam menghadapai banyak lawan.

Saat ini Su Tong telah berdiri di depan goa dengan pedang di tangannya. Melihat beruang tersebut berlari ke arahnya tanpa telihat niat untuk berhenti, membuatnya harus bisa menahan laju beruang itu.

Sementara Li Bai dan dua lainnya juga mengikuti Su Tong dari sisinya sambil bersiap dengan beruang itu. Namun mereka tidak memiliki senjata apapun yang dapat digunakan.

Karena itu, mereka hanya akan menunggu Su Tong menghentikannya, dan mulai menyerang secara bersama.

Itulah yang disampaikan Su Tong sebelum keluar dari goa.

Tidak butuh waktu lama, beruang itu datang dengan sebuah terjangan yang berniat memukul Su Tong dengan kaki depannya. Di samping itu, dia juga memiliki cakar yang harus diwaspadai juga.

Ketika cakarnya hendak memukul Su Tong dari atas, Su Tong segera menahan dengan pedang yang di pegangnya itu. Meski terhentikan, Su Tong terlihat mengeluarkan darah dari sudut bibirnya. Sepertinya itu merupakan sebuah luka dalam akibat menahan serangan itu.

Setelah terhentikan, Li Bai dan dua lainnya segera menyerang. Mereka hanya memiliki pukulan dan tendangan di tubuh mereka. Meski mengenai beruang tersebut, namun sepertinya tidak dapat merobohkannya.

Sekarang hanya Su Tong yang dapat membunuhnya. Namun tidak begitu dengan tubuhnya yang tampak masih terluka.

Xia Meng masih mengamati sambil menyilangkan lengannya, tapi sepertinya dia akan segera bergerak.

Sementara Su Tong yang sebelumnya sombong, kini harus setengah mati menghadapi beruang itu. Dia hanya bertahan tanpa dapat kesempatan untuk meyerang. Meski begitu, dia tidak pernah menyuarakan permintaan tolong kepada Xia Meng.

"Hei Su Tong, sepertinya kau kesusahan. Apa kau membutuhkan bantuan?" Tanya Xia Meng sambil menyipitkan matanya.

"Ugh, Diam kau Xia Meng!"

"Ya sudah… jika kau, jangan salahkan aku ya?"

Xia Meng menggoda Su Tong yang kesusahan. Dia sebenarnya hanya ingin menunggu kata-kata 'Tolong' itu dari mulut Su Tong. Tapi Su Tong meski terdesak, tetap tidak mengatakannya. Kenapa?

'Sial, aku tidak dapat mengalahkannya!' Pikir Su Tong degan keadaan yang masih sama.

Li Bai dan dua orang lainnya hanya tampak seperti semut yang mencoba mengigit kulit tebalnya. Mereka bertiga melayang-layang dari sisi beruang itu melancarkan pukulan dan serangan.

Su Tong mengetahui dengan melihat cara mereka menyerang. Tidak ada perubahan yang berarti di sana. Karena itu, dia berpikir tidak dapat menang.

"Li Bai!" Teriak Xia Meng. Tapi anehnya, di tangan Xia Meng saat ini terdapat dua buah senjata. Bukankah itu milik Zi Leng yang di tangannya itu?

Tanpa mengatakan apa-apa setelah itu, Xia Meng melemparkan salah satu senjata di tangannya itu. Dia melemparkan langsung mengarah ke arah Li Bai.

Entah kenapa, Xia Meng mempercayakan senjata tersebut ke tangan Li Bai yang mana masih terdapat dua orang yang sama berasal dari kelompoknya.

Li Bai hanya orang luar yang baru saja bergabung. Dan ketika menghadapi serangan kadal sebelumnya, dia hanya seperti orang ketakutan dan bersembunyi. Dia tidak memberikan kontribusi apapun sebelumnya.

Jadi melihat Xia Meng menyerahkan senjata kepada Li Bai, Su Tong cukup terkejut dengannya. Namun dia masih memiliki hal yang lebih penting untuk dipikirkan. Tubuhnya hampi pada batasnya.

Meski beruang itu tidak secara langsung mengenainya, namun tubuh Su Tong telah berusaha keras menahan setiap serangan itu. Dia tidak menghindari dan terus menahannya karena tidak bisa.

Salju yang cukup tebal hingga setinggi betisnya, membuat Su Tong mengalami kendala dalam pergerakannya. Oleh sebab itu, dari pada menghindar secar tidak baik yang dapat mengakibatkan hal yang lebih fatal, dia memilih untuk terus bertahan.

Dan saat ini Li Bai telah menerima senjata dari Xia Meng, dia hanya butuh menyerang beruang itu saat ini.

Tapi, dia hanya tersenyum setelah mendapatkan senjata itu. Dia melihat senjata tersebut dengan ekspresi takjub. Padahal itu hanyalah sebuah pedang dari ekor kadal.

Su Tong menggertakkan giginya karena Li Bai masih diam dan tidak membantunya. Dia tidak dapat bersabar lagi.

"Hei kau brengsek! Cepat serang dia… kenapa kau malah melamun dasar bodoh!" Bentak Su Tong dengan geram.

Li Bai hanya menatap Su Tog dengan tatapan miring. Senyumnya belum habis memandangi Su Tong. Apa yang dia rencanakan sebenarnya?