Ni Feng segera turun dari tubuh monyet dan hendak menuju Morey. Sambil terus mengusap matanya yang sudah memerah, dia berlari ke arah Morey.
"Kak, kakak Mo, syukurlah kau selamat. Bagaimana keadaan kakak sekarang? Apa ada luka yang serius?"
Tanya Ni Feng ketika baru sampai di hadapan Morey dengan wajah cemasnya. Dia melihat Morey dari ujung kaki hingga kepala memastikan.
Bersih tanpa ada berbekas sebuah pertarungan. Hanya celananya yang terlihat penuh dengan robekan.
Sebenarnya, bekas-bekas luka di tubuh Morey masih ada. Tetapi itu telah dibersihkan bersama penggunaan skill [Penghisap Darah]. Sehingga terlihat baik-baik saja tanpa berbekas.
Meski begitu, pendarahan luka tersebut juga sudah berhenti. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada tubuh Morey.
"Aku baik-baik saja. Hanya aku sedikit kelelahan dan butuh istirahat. Mungkin sekitar tiga jam sudah cukup". Jawab Morey yang mengibaskan tangannya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Tapi apakah benar baik-baik saja kak?".
"Kan sudah aku bilang. Apa kau berpikirkan aku akan terluka oleh monyet-monyet bodoh ini?". Balas Morey meyakinkannya.
"Tapi—".
Morey mengangkat tangannya yang menghentikan kata-kata Ni Feng. "Ah, kau ini. Sekarang, di mana benderanya? … Ah, serta yang lainnya?"
Morey sekilas panik dengan pertanyaannya sendiri. Sebenarnya dia hanya mencemaskan bendera milik kelompoknya. Namun, dia juga tidak mau dipandang kejam oleh Ni Feng.
Dia hanya bergaya seperti menjadi kakak yang bisa diandalkan di hadapan Ni Feng yang telah membuatnya begitu dihormati. Sebagai bentuk balasan, dia tidak mau dipandang buruk oleh orang yang benar-benar tulus kepadanya.
Namun itu berbeda dengan hatinya. Morey benar-benar berharap memenangkan pertandingan meski mengorbankan sebagian kelompoknya.
Dia tidak tau apa yang menunggunya jika gagal dalam tes ini, selain terbunuh di dalam pertandingan ini. Namun, sekarang dia hanya ingin melihat dunia ini dengan matanya. Dia tidak ingin kembali ke bawah tanah yang menghambat tujuannya.
"Oh, mereka aku tinggalkan di belakang. Benderanya juga telah aku serahkan pada mereka. Apakah kita akan menyusul mereka sekarang kak?". Jelas Ni Feng dengan polosnya.
"Boleh juga. Tapi sebaiknya kita bergegas bukan?"
"Hmm, yah, sebenarnya mereka sudah aku minta untuk sembunyi sih".
"Begitu ya? Tapi kita tetap tidak boleh santai. Aku kita bergerak sekarang. Aku sudah tidak apa-apa kok".
Morey yang mencemaskan bendera miliknya segera mengajukan jadwal keberangkatannya. Morey berdiri dengan bantuan Ni Feng yang telah mengulurkan tangan sebelumnya.
"Tapi jangan memaksakan diri dulu kak. Jika ada yang terasa sakit, kita bisa berhenti dulu". Ujar Ni Feng yang masih cemas dengan wajah masamnya.
"Tenang saja. Jika itu terjadi, akan ku katakan, ok?".
"Hm, baik kak".
Mereka segera bergerak dengan kecepatan yang tidak begitu cepat. Ni Feng yang memimpin jalannya mengatur tempo agar Morey tidak memaksakan diri dengan fisiknya.
Morey merasa bahwa kekuatannya baik-baik saja sebenarnya. Hanya saja, tanpa skill [Iblis Penyamar] mungkin akan menjadi sedikit keruguian bagi kemungkinan menangnya. Karena itu dia mengatakan membutuhkan waktu untuk istirahat sekitar 3 jam.
Namun, Ni Feng salah mengartikan dengan menganggap Morey masih terluka setelah pertarungan dan akan berbahaya jika memaksakan dirinya dalam melakukan hal yang berhubungan dengan kekuatan fisik.
Dan sekitar setengah jam, mereka akhirnya sampai pada titik di mana Ni Feng meninggalkan kawanan kelompoknya. Namun mereka tidak lagi berada di sana saat Morey dan Ni Feng kembali.
"Terakhir aku meninggalkan mereka di sini kak. Sepertinya mereka sedang bersembunyi. Aku akan mencari mereka dulu sebentar, kakak bias menunggu sambil beristirahat saja di sini". Tegas Ni Feng mengajukan kenyamanan bagi Morey.
Namun Morey malah menatap Ni Feng dengan aneh. Dia menyipitkan pandangannya kepada Ni Feng karena menganggap meremehkan dirinya.
Namun, di sisi lain, dia sadar bahwa Ni Feng sebenarnya mencemaskan dirinya. Dan untuk menghargai itu, Morey menyerah dan mulai mengambil tempat di bawah pohon besar.
"Baiklah. Aku tunggu di sini. Sebaiknya kau lebih cepat, jadi kita bisa mencari tempat yang lebih baik setelah ini". Ujar Morey yang mulai dengan santai memejamkan matanya.
"Baik kak, aku akan segera kembali".
Ni Feng segera menghilang dari pandangan dan mencari rekan-rekannya. Dia meneruskan jalannya dari arah mereka datang itu.
'Apa mereka bersembunyi di bawah tanah atau memanjat pepohonan ini ya?' Pikir Ni Feng seraya memperhatikan keseluruhan sekitarnya dengan teliti. Namun masih saja belum bertemu dengan mereka itu.
Setelah cukup jauh mencari, Ni Feng meihat tanah kering seperti gurun di depannya. Itu benar-benar sangat aneh. Seketika pepohonan lebat itu beganti dengan lingkungan yang seperti dari tempat yang berbeda.
Seperti dua tempat yang diambil dan disusun dengan tidak beraturan.
'Ba-bagaimana bisa tempat ini lansung berbatas seperti ini?' pikirnya dengan wajah yang kebingungan.
Sementara dia mulai teringat dengan perkataan Di Laoshu sebelumnya. Bahwa setiap kelompok akan di tempatkan secara acak di tempat lingkungan yang berbeda.
'Ya,, benar sekali. Berarti kita telah dekat dengan keberadaan kelompok lain?' Ni Feng mulai berpikir dan menggosok-gosok dagunya. Dia memikirkan apakah anggota kelompoknya yang lain telah bertemu dengan kelompok lain?
Namun, jika dia kembali dan melapor kepada Morey, maka dia membawa sesuatu yang kosong. Dia berpamitan untuk mencari anggota kelompoknya. Jika dia kembali tanpa membawa, maka itu akan membuat Morey kecewa.
Pikirannya membuat dirinya sendiri dilema dengan apa yang harus dilakukan.
Jika dia pergi sendiri mencari ke wilayah musuh, dia takut akan tertangkap atau dikalahkan. Namun jika tidak pergi, dia juga tidak menemukan anggota kelompoknya yang lain.
Itu membuat Ni Feng mengerutkan dahinya. Dia meremas rambutnya dengan kedua tangannya yang sudah mulai tampak frustasi.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' Ni Feng berteriak di dalam hatinya.
Lalu dia mendesah dan mengangkat kedua bahunya. 'Baiklah. Akan aku coba untuk maju sedikit lagi. Jika memang berbahaya, aku akan langsung mundur. Ya… begitu saja'.
Dia mulai tersenyum dengan ide brilliant yang didapatkan olehnya.
Melangkahkan kaki kanan di atas pasir itu jelas sangat terasa berbeda dengan hutan yang masih dipijaki oleh kaki yang satunya. Ni Feng merasa takjub dengan dunia buatan itu.
Lalu dia segera kembali ke tujuannya. Mencari sisa dari kelompoknya, dan membawa bendera kelompok kembali kepada Morey.
Di sana, batu-batu dengan ukuran yang cukup besar namun terpisah secara acak menghiasi tanah gurun tersebut. Tidak terlihat tumbuhan semenjak Ni Feng mulai berlari di atasnya.
'Kemana mereka ini pergi? Jika tempatnya seperti ini, seharusnya mudah untuk dapat terlihat. Apa mungkin mereka bersembunyi di balik batu-batu besar itu?'
Ni Feng dengan pemikirannya mulai menyisir setiap batu besar yang masuk dalam pandangannya. Lalu dari kejauhan, terlihat batu yang cukup besar dari yang lainnya.
Dengan asumsi di sana aka nada tempat persembunyian, dia segera mencapai batu tersebut dengan cepat.
Namun sangat di sayangkan. Sesampai di sana, Ni Feng tidak melihat bahwa itu merupakan sebuah batu besar. Melainkan sesosok monster, hewan iblis tipe kadal yang berjumlah tiga ekor.
Meski sedikit takut, Ni Feng mencoba untuk lebih berani mendekati hewan iblis tersebut.
"Uggh…"
Wajah Ni Feng mengernyit seraya meutup hidung dengan lengan bajunya.
"Siapa yang melakukan ini?"
Ni Feng bergumam sendiri melihat bangkai dari mayat kadal tersebut yang telah terpotong-potong. Tidak begitu rapi, setidaknya ekor mereka meiliki kesamaan yang mana telah terpotong dan hilang.
Ni Feng kurang mengetahui jenis hewan iblis yang satu ini. Sebelumnya dia telah bertemu dengan Monyet Perak Ekor Ular. Dengan sekejap, Ni Feng segera mampu mengetahui identitas monster tersebut.
Itu karena dulu desa tempat tinggalnya, pernah diserang oleh monyet-monyet tersebut. Namun berbeda dengan kadal ini. 'Jenis kadal apa ini?' pikir Ni Feng dengan ekspresi jijiknya.
Dia sudah melepaskan penutup hidungnya karena sudah mulai beradaptasi.
'Tidak mungkin mereka yang melakukan. Pasti ini ulah kelompok lain kurasa'. Dengan asumsinya, Ni Feng segera berbalik dan hendak kembali ke sisi Morey untuk menyampaikan informasinya.
Dan tak lama kemudian, dia kembali bertemu dengan hutan lebat itu. Merasa seperti pulang kerumah, Ni Feng tak segan-segan dengan sigap masuk ke dalamnya.
Dan sungguh mengejutkan ketika dia sampai di tempat Morey.
"Bagaimana..?"
Ni Feng ingin bertanya namun mulutnya juga segera ingin menyampaikan informasi.
"Tidak". Ni Feng segera menahan minatnya yang ingin bertanya dan focus kepada Morey. "Kakak, aku punya sedikit informasi" jelasnya.
"Informasi? Apa itu? Coba kau jelaskan". Tanya Morey menyimak.
"Baik! Itu, sebenarnya ketika aku sedang mencari mereka, aku bertemu dengan lingkungan seperti padang gurun. Dengan pasir tanpa ada tumbuhan, dan hanya beberapa batu besar yang tersebar secara acak"
"Mmm? Padang gurun?". Morey memotong dengan pertanyaan yang membuatnya penasaran dan menaikkan alisnya.
"Iya kakak. Dan lagi, setelah itu aku mencoba terus masuk ke sana. Sekitar sepuluh menit dari hutan ini, aku menemukan hewan iblis seperti kadal. Dan tepatnya itu mayat kadal yang telah terpotong!".
Ni Feng terlihat sangat lega setelah menyampaikan semua informasi yang ingin dibagikan kepada Morey. Dia tersenyum dengan puas akan penampilannya.
"Apa itu ulah kelompok lain? Tapi terpotong katamu?"
"Tepat sekali kakak".
Setelah mendengar jawaban langsung Ni Feng yang terlihat sangat yakin itu, Morey mengerutkan keningnya seraya menyipitkan matanya. Lalu dia menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Morey seperti memikirkan sesuatu yang rumit terlihat jelas di wajahnya itu.
"Apa ada sesuatu yang salah kak?" Tanya Ni Feng yang penasaran.
"Tidak, hanya saja… ada sesuatu yang sedikit mengganjal di pikiranku"
"Kalau boleh tahu… apa itu kak?"
Morey melihat Ni Feng yang dengan antusia bertanya kepadanya. Lalu dia menghembuskan nafasnya dengan panjang.
"Bukankah kau mengatakan mereka terpotong? Berarti kelompok lain memiliki sebuah senjata di tangan mereka bukan?" Tegas Morey dengan nada yang sedikit tinggi.
Ni Feng mengangguk dengan wajah seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu dia mengosok-gosok dagunya tanpa bertanya kembali kepada Morey.
Morey yang merasa telah menjelaskan maksud pikirannya mulai berdiri. Dia melihat ke semuanya dan memandangi mereka satu-persatu.
"Baiklah. Kita akan pergi ke sana untuk penyelidikan. Kita akan bergerak bersama sambil tetap waspada".
Morey memberikan instruksi sederhana yang sebenarnya hanya mengajak orang-orang itu untuk ikut bersamanya untuk memanen darah moster.
Dia memikirkan bahwa ada mayat di sana yang berarti itu adalah kekuatan baginya. Selain itu, dia juga telah berasumsi bahwa mayat tersebut telah jauh ditinggal oleh kelompok yang membunuhnya.
Karena, jika mereka masih di sana, tidak mungkin Ni Feng akan kembali. Juga jika mereka takun dengan Ni Feng yang seorang diri, berarti tidak akan ada masalah jika kita pergi bersama.
Morey kembali tersenyum dengan lamunannya.
"Heii… tapi, bagaimana kalian bisa di sini?"
Morey tersadarkan kembali oleh suara Ni Feng yang terdengar keras itu.
"Apa maksudmu?" jawab dari salah seorang dari mereka yang berjumlah enam orang itu.
"Aku ingin bertanya sejak tadi. Bagaimana kali bisa ada di sini? Aku sudah mencari kalian dengan menyisiri bagian hutan ini yang mengarah ke gurun itu. Dari mana saja kalian?"
Pertanyaan yang sejak pertama datang sudah ditahannya akihirnya lepas. Ni Feng segera menyerukan pertanyaannya yang penasaran itu.
Mereka berenam adalah sisa kelompok Morey yang telah dicari-cari Ni Feng sebelumnya. Namun Ni Feng tidak menemukan satupun petunjuk yang mengarah pada mereka.
"Tentu saja kami bermaksud untuk menjemput kalian. Tapi ketika kami sedang bersembunyi untuk menjemput kalian di dekat kita pertama kali datang ke sini, kami melihat kalian yang bergerak tanpa menghiraukan sekitarnya. Jadi kai segera ke sini menyusul kalian lagi".
Jawaban yang cukup masuk akal itu melemahkan keraguan Ni Feng yang merasa mereka telah bersembuyi entah di mana. Tapi memikirkan ketika itu, dia teringat bahwa saat itu Ni Feng hanya mencemaskan Morey yang masih belum sembuh total.
Sedangkan Morey juga lengah pada ketika itu. Dia mengakui kesalahannya yang telah lengah itu di hatinya. Lalu dia menepuk tangannya untuk meminta perhatian semuanya.
"Baiklah. Sekarang mari kita berangkat ke sana".
Morey dan semuanya mulai kembali melanjutkan perjalanan mereka ke daerah gurun itu. Karena tujuan mereka adalah merebut semua bendera yang dimiliki oleh kelompok lain. Jadi mereka harus mencari kelompok lain tersebut dengan informasi yang terbatas.