"Semuanya, sekarang kalian silahkan ikuti aku!".
Suara teriakan itu membangunkan Morey dari kultivasinya.
Dari dalam kegelapan, dua orang senior yang tidak jauh berbeda umur mereka dengan Morey masuk dalam pandangannya sedang berdiri di pintu masuk ruangan itu. Mereka meginstruksikan agar semuanya keluar dari ruangan dan mulai mengikuti mereka.
'Apa ini sudah saatnya?'. Morey mulai berdiri dengan senyuman licik di wajahnya. Dia mengepalkan tinjunya menandakan semangat yang tak terbendung di hatinya.
"Kakak, ini sudah saatnya kak. Tapi Li Bai masih belum tampak". Ni Feng masih terlihat mengkhawatirkan Li Bai dari caranya yang menengok ke segala arah.
"Jangan kau pikirkan. Dia akan datang". Balas Morey menenagkan dan mulai melangkah dengan tak acuh.
"Yah, baiklah kak".
Ni Feng mengiringi Morey tepat di belakangnya. Matanya kembali fokus setelah mendengar kata-kata Morey.
Morey berjalan mengikuti rombongan anak lainnya yang telah berada di depannya. Terlihat di depan sana, kedua senior itu membawa mereka ke sebuah ruangan.
Dari arah ruangan tersebut, ada cahaya yang terpancar keluar dari pintu masuknya.
"Sekarang, bersihkan diri kalian sebelum pertandingan"
Semua wajah memancarkan sinar kebahagiaan setelah melihat ruangan itu. Sebuah kolam dengan lebar lebih lima meter dan panjang sekitar delapan meter dengan air yang tidak terlalu jernih tepat di depan mata mereka. Meski begitu, mereka sudah tidak memperdulikan kejernihan dari air tersebut.
Memikirkan mandi setelah kurang lebih tiga bulan berlatih, membuat semuanya merasakan nikmat tak terduga. Wajah mereka berubah seperti anak kecil yang polos.
Karena dalam kelompok Morey semuanya adalah lelaki tanpa cela, mereka mulai menanggalkan semua jenis kain yang berada di tubuh mereka.
Lompatan kebahagian membuat mereka seperti anak kecil tanpa masalah ketika memasuki kolam itu. Apa yang menimpa mereka sebelumnya seperti telah dilupakan.
Dalam airnya kira-kira setinggi dada orang dewasa. Dan itu rata-rata setinggi leher mereka di kelompok itu.
Morey juga terasa seperti keluar dari perasaan buruk sebelumnya. Dia merasa telah hidup untuk kesekian kalinya lagi.
Semua orang terlihat telah melupakan pertarungan hidup mati yang akan menunggu mereka. Seperti mereka sudah rela jika mereka harus mati setelah mandi itu. Namun—
"Segera bersiap. Jangan kalian berlama-lama".
Kerasnya suara senior sebelumnya menbuat mereka kembali ke kenyataan. Desahan kekecewaan mulai satu-persatu keluar dari mulut mereka.
Morey juga merasakan hal yang sama. 'Chkk, baiklah untuk sekarang. Tapi setelah ini, aku akan mandi sepuasnya'. Decakan lidah berdendam dari Morey terhadap aturan yang menyudahi kesenangan mandinya.
Morey juga kembali memasang celananya. Hanya itu yang dia miliki untuk sekarang. Bajunya telah banyak lubang robekan semenjak dia sadar telah berada di tubuh Morey.
Banyak juga dari mereka yang hanya memakai bawahan. Dan memperagakan tubuh mereka yang sudah mulai terbentuk.
Setelah semuanya selesai, mereka kembali di arahkan ke tempat yang membuat mereka berjalan seperti mendaki. Menandakan mereka di arahkan ke tempat yang lebih tinggi dari ruang bawah tanah itu.
Tak lama berselang, Morey dan semuanya di hadiahi kesegaran udara yang lebih mendingan dari ruang bawah tanah. Mereka semua telah di bawa keluar dari kegelapan itu.
Pandangan mereka diisi oleh bangunan-bangunan yang beragam dari bahan, ukuran, dan keindahan. Mereka seperti baru menemukan sebuah peradaban yang sebenarnya.
Namun di sana, ada sebuah tugu mirip sebuah obor dengan sebuah batu permata yang cukup besar kira-kira sebesar kepala di puncaknya. Batu tersebut bewarna biru muda yang jernih memancarkan keindahannya.
Dan di balik tugu tersebut, ratusan, bahkan mungkin sampai ribuan mata memandang ke arah Morey dan yang lain.
Mata yang memandang tersebut merupakan para murid Sekte luar dan Sekte dalam. Mereka kemari ingin menyaksikan pertunjukan darah yang membuat mereka bergairah.
Karena di dalam Sekte yang dapat dikatakan sedikit terisolir itu, jarang yang namanya pertunjukan. Bagi mereka, pertunjukan di sana merupakan pertarungan hidup mati jika ada konflik antar murid yang berselisih. Itupun hanya sesekali terjadi.
Ngomong-ngomong, tidak jauh dari kelompok Morey, juga ada dari kelompok lain yang telah hadir. Mereka kemungkinan akan menjadi saingan bagi Morey.
Jumlah mereka tidak lebih dari lima kelompok dengan jumlah yang berbeda setiap kelompoknya. Mereka terlihat tidak jauh berbeda dengan Morey dan kelompoknya.
"Kakak, Li Bai entah bagaimana sudah ada di belakang kita. Dan juga, apa-apaan tatapan mereka itu?".
Ni Feng melihat Li Bai di belakang lalu mengarahkan perhatiannya kepada para murid Sekte itu. Tatapan mereka seperti iblis, serta senyuman samar itu terlihat seperti penjahat di wajah mereka.
"Mereka hanya ingin menyaksikan pertarungan kita. Jadi jangan hiraukan mereka". Morey berusaha menenangkan Ni Feng. Meski sebenarnya, dia juga agak terganggu dengan apa yang ada dalam pandangannya.
'Jika begini, bagaimana aku bisa kabur?'. Morey melihat situasi tersebut dengan beberapa tetesan keringat di keningnya. 'Dengan jumlah dan perhatian mereka, akan sulit untuk melarikan diri'.
'Chkk!'
Decakan kembali keluar dari mulut Morey mengisyaratkan ketidak senangannya dengan situasi tersebut.
Lalu setelah semuanya berkumpul, Di Laoshu keluar dan berdiri di hadapan semua kelompok yang akan bertarung. Semuanya ada enam kelompok jika digabung kelompok Morey.
Semuanya berjumlah lima puluh dua orang. Di kelompok Morey merupakan dengan jumlah terbanyak yaitu tiga belas orang.
Lalu kelompok kedua hanya sebanyak lima orang, kelompok ketiga delapan orang, lalu kelompok selanjutnya delapan orang lagi, sembilan orang kelompok kelima, dan terkhir sembilan orang kelompok ke enam.
Dan karena kelompok kedua hanya berjumlah lima orang, maka kelompok Morey sebanyak empat orang dari mereka di pindahkan pada kelompok kedua. Dan di dalamnya termasuk Li Bai yang ikut menyodorkan dirinya untuk pindah.
Meski sedikit penasaran dengan alasan Li Bai pindah ke kelompok lain, Morey kembali melupakannya. Dia kembali fokus terhadap Di Laoshu yang akan menyampaikan peraturan pertarungannya.
"Baiklah semunya. Dengarkan!"
Suaranya membuat pekak gendang telinga. Namun itu hanya berefek terhadap kelompok calon murid. Para murid yang menonton terlihat baik-baik saja dengan itu.
"Aku akan menjelaskan pertandingannya. Kalian akan dimasukkan ke dalam dunia buatan para tetua. Di sana ada berbagai macam keadaan lingkungan berbeda. Dan akan diacak bagi kalian di mana kalian akan di tempatkan".
Morey mendengar dengan seksama. Dia tidak melewatkan sedikitpun apa yang dikatakan oleh Di Laoshu.
"Di sana kalian akan menerima sebuah bendera perkelompok. Ambil bendera dari kelompok lain dengan semua cara yang kalian miliki. Lalu dua kelompok dengan bendera terbanyak atau yang masih tersisa, akan di anggap menang".
Kata-kata terakhir Di Laoshu mengisyaratkan berbagai makna di dalamnya. Dan melihat ekpresinya yang memancarkan aura jelek itu membuat Morey sedikit paham maksudnya.
'Humph! Ini adalah survival bukan? Siapa yang mampu bertahan hidup, dia yang menang. Dan mereka di perbolehkan memakai berbagai macam cara, yang berarti pembunuhan adalah legal', pikir Morey.
"Kakak, apakah ada strategi bagi kita untuk menang?" Tanya Ni Feng dengan mata penuh harap.
Mata-mata anak yang lain di dalam kelompok itu juga melihat Morey dengan harapan. Mereka seperti menyerahkan hidup mereka kepada keputusan Morey.
"Tidak ada, untuk sekarang. Kita lihat saja keadaan setelah tiba di tempat tersebut". Penjealsan Morey cukup membuat tenang wajah mereka.
"Jika kita bersama kakak Mo, pasti akan aman".
"Yah, benar sekali. Kita hanya tinggal mengikuti kakak Mo".
"Hidup kakak Mo!"
Mereka mulai meneriakkan nama Morey sebagai pembakar semangat mereka.
'Kenapa mereka semua juga tiba-tiba memanggilku kakak?' Wajah jengkel Morey melihat teriakan kelompoknya yang dirasanya itu memalukan.
…
"Baiklah semuahnya! Setiap kelompok kemari secara bergiliran".
Di Laoshu menunjukkan sebuah portal dengan warna kemerahan yang memenuhi portal tersebut. Lalu secara bergiliran Morey dan kelompok lain juga memasuki tempat itu.
Ketika melewati portal tersebut, tubuh mereka terasa sedikit tersentak sebelum pandangan mereka benar-benar berubah.
Dalam sekejap, Morey dan kelompoknya di pinndahkan ke tempat dengan lingkungan hutan yang lebat. Dia seperti benar-benar di teleportasi ke tempat yang berbeda.
'Ini benar-benar mengagumkan'. Ekspresi Morey berubah kesenangan setelah memikirkan sihir seperti teleportasi itu ada.
Sementara yang lain sedang bersiaga dan mewaspadai lingkungan mereka, Morey telah hanyut dalam lamunannya.
"Kakak! Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Suara Ni Feng menarik Morey kembali dari lamunan.
Di tengah-tengah mereka terlihat bedera bewarna hijau yang tertancap ke tanah. Melihat ke sekeliling, ada pepohonan yang tidak begitu lurus ke atas. Mereka dikelilingi oleh pepohonan itu dari segala arah.
Hanya tempat mereka saja yang cukup bersih seperti sebuah lingkaran. Tempat mereka tersebut hanya di tumbuhi rumbut setinggi mata kaki. Dan diameternya kira-kira sekitar enam meter. Jika untuk membangun kemah, itu sudah cukup dengan luasnya. Namun--
"Tempat ini kurang bagus". Jawab Morey sambil mengamati sekitarnya.
Ni Feng yang heran tidak bisa menahan bibirnya ingin menanya alasan tersebut. "Kenapa begitu kak?"
"Yah, pandangan kita terbatas karena pepohonan ini. Tidak ada yang tahu jika ada seseorang yang mengintai kita. Jika ada yang akan menyergap kita, mereka akan di utungkan. Kita tidak akan tepat waktu untuk bersiap menghadapi mereka". Jelas Morey.
"Ternyata begitu. Kakak memang hebat". Balas Ni Feng dengan mata yang berbinar-binar.
Pujian Ni Feng sama sekali tidak membuat Morey bahagia. Malahan dia merasa tertekan dengan seberapa tidak peka mereka dalam bertahan hidup. 'Kalianlah yang bodoh' pkirnya sambil membalikkan wajahnya.
"Lalu bagaimana sekarang kakak?"
"Untuk seka—"
Belum sampai Morey menyelesaikan kata-katanya, sesuatu bergerak ke arah mereka. Dedaunan mulai bergerak tak karuan dan perlahan itu mendekati tempat mereka.
'Tidak mungkin' Morey segera memasang kuda-kuda dan bersiap dengan kemungkinan yang datang.
"Bagaimana mereka begitu cepat?" Teriak Ni Feng yang membuat semuanya menjadi gelisah menunggu sesuatu yang akan keluar dari pepohonan itu.
Namun semakin terlihat medekat, tanah tempat mereka berdiri juga ikut bergetar. Seperti sebuah gempa bumi, atau itu adalah makhuk yang cukup besar yang mampu menguncang tanah tempat mereka.
Lalu Pohon terakhir mulai bergoyang yang menandakan mereka telah berada di depan Morey dan lainnya.
"Semuanya! Bersiap…".
Teriakan Morey membuat mereka kembali fokus meski tidak bisa menghentikan gemetar di tangan dan kaki mereka.
'Sial! Kelompok mana yang akan keluar?' Morey berusaha mempertimbangkan kelompok yang akan mereka lawan. Karena semuanya terjadi tiba-tiba, Kepanikan itu membawa Morey ikut tenggelam di dalamnya.
Dia bahkan tidak dapat memikirkan penyebab tanah itu bergoyang. Namun ketika pohon di dekat mereka berhenti bergerak, tanah tersebut juga berhenti dengan getarannya.
Padahal Morey sebelumnya selalu percaya diri dengan dirinya dan sistem yang membantu pertumbuhannya. 'Apakah ini maksud firasatku sebelumnya?' Morey masih tenggelam dalam pemikirannya.
"Kakak, itu berhenti".
Suara Ni Feng lagi-lagi mengeluarkan Morey dari pikirannya.
'Sial, kenapa aku jadi begini?' Morey segera menampar pipinya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Matanya kembali mengeluarkan kepercayaan diri.
"Haha, siapapun di sana, ayo keluar semuanya". Teriakan Morey kini penuh dengan senyuman lebar. Tak ada keaguan dalam kata-katanya.
Lalu dari pohon tersebut, akhirnya yang mendatangi mereka juga menampakkan diri mereka. Mereka sekitar berlima, namun sungguh membuat semua mata dalam kelompok Morey tercengang.
Mereka semua tidak mampu berkata-kata melihat kelompok yang keluar itu.
"Kenapa ada makhluk itu di tempat ini…?"
Teriakan salah satu dari kelompok Morey membuat mereka semua mejadi panik melihat sosok yang di depan mereka.
Namun Morey terlihat antusias dengan apa yang dia lihat. Matanya memancarkan rasa ingin tahu yang begitu besar. Senyumnya membuat Ni Feng ikut tersentuh di sebelahnya.
"Semuanya! Jangan takut… Ikuti kakak Mo!" Ni Feng terlihat seperti kapten yang mengarahkan pasukannya. Meski ketakutan semuanya mengikuti kata-kata Ni Feng.