Setelah kejadian yang membuat semua mata takjub serta takut, keheningan mulai tercipta di seluruh ruangan tersebut. Tidak ada satu pun yang bersuara karena suasana yang begitu canggung.
Dibalik semua itu, Morey yang menjadi pusat perhatian, sang penyebabkan suasana canggung tersebut tampak sibuk dengan kultivasinya.
Morey telah naik ke level empat pada level karakternya yang membuatnya sangat senang. Sekarang dia mencoba fokus menaikkan sedikit skill yang dimilikinya
Li Bai yang sebelumnya merasa terancam akan kehadiran Morey, sekarang merasa beruntung karena telah merasa membuat suatu koneksi dengan Morey.
Li Bai sekarang merasa aman karena dia percaya bahwa Morey bukan orang yang berbahaya sembarangan. Meski terlihat jahat dan kejam, Li Bai berpikir bahwa Morey tidak semena-mena kelihatannya.
Semua pemikiran Li Bai tidaklah salah, karena Morey hanya akan melakukan apapun yang membuat kebutuhan pengetahuan serta keuntungan bagi statusnya terpenuhi.
Selain itu, para pembuli sebelumnya juga tidak lagi sanggup menyuarakan keberaniannya. Mereka semua merasa mengakui akan kekuatan Morey dan lebih baik menyerah.
Bahkan saat ini perkumpulan para pembuli tersebut telah bubar. Mereka tidak lagi merasa percaya diri untuk lebih bersuara di dalam kelompok tersebut.
Namun berbeda dengan satu orang. Dia adalah si pembuli tampan yang sebelumnya begitu ketakutan melihat Morey.
Sekarang setelah sadar, dia merasa bahwa dirinya kurang siap saat bertarung dengan Morey. Dia merasakan ada kecurangan dalam pertandingan yang tidak itu.
Morey adalah seorang yang biasa berkuasa. Kekalahan terhadap Morey tidak dapat diterima oleh batinnya.
Pasalnya Morey dengannya tidak memiliki jarak umur yang jauh. Tidak mungkin dengan umur yang sama namun memiliki jarak kekuatan yang jauh. Tentu semua itu hanya meurut pandangannya saja.
"Hey, kau. Namamu Mo Reyin kan? Aku adalah Ni Feng, ingin menantang kau duel sekali lagi. Tapi sekarang harus adil! Tidak boleh bersembunyi". Tekad kuat terpancar di dalam pandangannya yang tampak percaya diri.
Morey yang mendengar teriakan lantang itu mulai terganggu karenanya. Dia membuka matanya dan melirik ke arah Ni Feng.
Sejenak ketika melihat pandangan Morey, Ni Feng menelan ludahnya. Hampir saja tekad kuatnya menjadi goyah karena pandangan tajam Morey. 'Tidak, kali ini aku harus menang'.
"Kau berisik sekali tau? Apa tidak bisa kau membiarkan diriku berlatih lebih tenang?". Keluh Morey memicu perhatian semua orang di ruangan. Semuanya berhenti melakukan aktivitas mereka.
"Hei, apakah ini pertarungan lagi?"
"Lagi? Si iblis itu akan mengamuk lagi ya?"
Para penonton sudah bersiap dengan pertunjukan yang akan berlangsung. Pertarungan itu dapat menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.
Setelah mendengar keluhan Morey, Ni Feng mengertakkan giginya karena kesal. Meski sudah menanggapi Morey dengan serius dengan sebuah duel, namun tingkah Morey masih tidak terlihat menghargai dirinya.
"Apa kau takut berduel denganku?" Ni Feng mencoba memprovikasi Morey.
"Pergilah bocah. Aku sedang tidak berminat denganmu. Kau sudah selesai denganku, paham? Hussh, hush…"
Morey mengusir Ni Feng dengan melambai-lambaikan tangannya. Itu tampak seperti mengusir seekor ayam. Dalam pandangan Morey, Ni Feng juga di anggap hanya setingkat ayam.
Kesombongan Morey semakin meningkat karena levelnya yang telah mulai naik. Serta, sebelumnya dia berhasil mengalahkan Ni Feng bersama kawanannya.
Namun saat ini Ni Feng terlihat lebih bersiap. Dia seperti tidak meremehkan Morey lagi. Dia menganggap Morey merupakan lawan yang patut untuk diwaspadai.
"Humph, bilang saja kau takut. Kemarin kau memang menang karena kau pandai bersembunyi saja. Sekarang pasti kau takut dengan duel ini bukan?".
'Sial bocah berisik ini. Mengganggu waktu latihanku saja. …Eh, tapi itu boleh juga. Bagaimana jika orang yang telah dikalahkan kembali dikalahkan? Apa itu akan mendapat poin pengalaman juga?'
Hati Morey kini ditumbuhi motivasi baru yang akan mengembangkan alam pengetahuannya. Sebuah percobaan baru terhadap bocah pengganggu berisik ini.
Morey kembali tersenyum dalam renungannya yang masih terlihat seperti ekspresi jahat.
"Hehe, boleh juga bocah. Mari kita berduel". Morey segera berdiri dan melakukan kuda-kuda layaknya seorang petinju. Meski itu terlihat aneh bagi para pemula seniman bela diri itu.
"Apa kau serius?" Mencoba memastikan kuda-kuda yang dipakai oleh Morey. 'Gaya apa itu sebenarnya? Aku belum pernah melihat kuda-kuda seperti itu'. Pikir Ni Feng.
"Tentu, ayo maju!". Jawab Morey yang menjadi bel mulainya duel di antara mereka itu.
Namun kali ini Ni Feng tidak mau bertindak gegabah. Dia tetap bersikap tenang mengamati Morey seiring dengan setiap langkahnya yang memutari Morey.
Ni Feng mencoba mencari celah di balik kedua tangan Morey yang sejajar dengan tubuhnya seraya menutup dagunya. Itu adalah ciri khas gaya pertahanan dalan pertarungan tinju di dunia lama Morey.
Karena keadaan yang hening tanpa adanya penyerangan itu, Morey mencoba membuka pertahannya. Namun itu sebenarnya sebuah bentuk perovokasi terhadap Ni Feng.
Sembari tangan kanannya tetap dalam pose bertahan, tangan kiri Morey menjulur ke depan lalu menggerak-gerakkannya seperti menyuruh datang kepadanya. Itu adalah bentuk tantangan agar Ni Feng maju menyerangnya.
Ni Feng yang berusaha tenang mulai kehilangan kesabarannya.
Dia bergerak maju dengan sebuah pukulan ke kepala yang sebenarnya itu merupakan sebuah tipuan. Lalu mengiringi pukulan tipuan tersebut dengan sebuah tendangan dari sisi yang sama ke arah tubuh Morey.
"Humph, sungguh naif". Morey yang melihat pergerakan dari tipuan Ni Feng segera menghindari tendangannya.
"Sial. Baiklah, rasakan ini, [Tapak Macan Memutar Angin]".
Kesal dengan niatnya yang telah terbaca oleh Morey, Ni Feng kembali menyerang dengan melakukan bermacam gelombang gerakan yang cukup mirip sebuah tarian.
Gerakannya cukup indah. Sepertinya itu salah satu gerakan bela diri yang telah dipelajari Ni Feng ketika sebelum tertangkap.
Ni Feng memberikan tekanan dengan terus menyerang Morey tanpa memberi celah. Gerakannya memberikan rentetan pukulan dengan telapak tangan yang terus menggebu.
Melihat itu, Morey sedikit terkesan dengan gerakan Ni Feng. 'Boleh juga dia. Sepertinya ucapannya bukan sekedar omong kosong'.
Morey mempercepat langkahnya agar dapat keluar dari rentetan pukulan tersebut. Morey meliuk-liuk menghindar dengan tipis.
Lalu memanfaatkan dinding di sana Morey membuat momentum dan melompati Ni Feng. Dia berhasil keluar dari serangan Ni Feng. Meski sebenarnya, Morey dapat keluar dengan mudah menggunakan kecepatan langkahnya.
Setelah berhasil keluar, Ni Feng segera berbalik pula dengan tinjunya yang bergerak mengikuti tubuhnya yang sedang berputar. Lagi-lagi dalam sekejap dagu Ni Feng kembali mendapatkan rasa sakit yang sama dengan sebelumnya.
"Tidak… jangan.. seperti ini lagi". Kata-kata terakhir sebelum Ni Feng kembali kehilangan kesadarannya.
Pukulan yang di lakukan Morey adalah sebuah pukulan counter. Yaitu sebuah pukulan dengan waktu yang hampir bersamaan ketika Ni Feng akan menyerang lagi. Butuh pengamatan yang bagus serta kecepatan di dalamnya.
"Itu gerakan seni bela diri ya? Sangat menarik. Aku harus segera mempelajarinya juga".
Meninggalkan Ni Feng yang terbaring, Morey menggumamkan tentang keinginannya untuk mendapatkan sebuah buku seni bela diri. Dia merasa tertarik dengan seni bela diri tersebut.
Dengan sebuah sistem di sisinya, tentu tidak akan sulit baginya mempelajari setiap bela diri yang ada di dunia ini.
'Teet!'
'Selamat! Mengalahkan tahap pejuang tingkat tiga, pengalaman karakter +500'.
'Teet!... Selamat level karakter naik ke level lima'.
'Selamat! Memasuki tahap pejuang tingkat satu'.
'Ah, pejuang tingkat satu? Jadi ketika sudah naik ke level lima, baru itu setara dengan tahap pejuang level satu ya? Hmm, menarik'. Senyum Morey kembali merambat di wajahnya.
Morey kembali menampilkan senyuman cerahnya yang terlihat begitu jahat bagi orang-orang yang memandanginya. Namun perasaan itu merupakan sebuah awalan baru baginya memulai menjadi seorang kultivator seni bela diri.
'Tapi setelah mengalahkan orang yang sama untuk kedua kalinya, poin yang aku dapat sedikit berkurang. Tapi ini belum dapat menjadi bukti karena pengaruh mengalahkan kedua kalinya. Bias jadi karena aku telah naik level. Hmm, yang jelas untuk sekarang aku ingin mempelajari skill bela diri saja dulu'.
Morey segera melihat ke sekeliling dengan mata vampirnya yang sangat jelas di dalam kegelapan itu. Dia seperti sedang mencari sesuatu, namun matanya berheti ketika melihat Li Bai.
Sambil melambaikan tangannya, Morey mulai memanggil Li Bai. "Li Bai, ayo kesini. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu".
"Y-yah, oke, aku kesana". Nada pasrah terdengar dari suara Li Bai.
"Hei Li Bai, apa kau memiliki sesuatu yang dapat mengajarkanku seni bela diri?" Wajah Morey terlihat seperti bocah yang sangat menantikan akan mainan barunya.
Namun berbeda dengan Li Bai, dia malah terlihat heran denga Morey. 'Apa maksud iblis ini? Apa itu berarti dia meminta sebuah buku bela diri kepadaku?'
Li Bai berusaha memikirkan jawaban yang tidak akan membuat Morey kecewa. "Saudara Mo, apa itu seperti sebuah buku bela diri?".
Morey kemudian terdiam, dia menatap tajam ke arah Li Bai. Matanya seperti saat dia mengalahkan Ni Feng dan kawanannya saat pertama kali.
'Apa ini? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?' Li Bai sedikit panik dengan perubahan ekspresi di wajah Morey. Dia ketakutan setengah mati memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Morey.
Namun instingnya tidak berusaha mengelak atau menyelamatkan diri. Sebuah insting tajam yang selalu membuatnya tetap hidup hingga saat ini.
"Li Bai…"
"Ya?"
"Li Bai… kau benar sekali. Sekarang, serahkan buku itu padaku. Ayo cepat Li Bai". Morey kembali bersemangat seperti sangat terobsesi dengan buku tersebut. Dia seperti pemakai obat terlarang yang sedang sakau.
Morey mengguncang-guncang tubuh Li Bai karena senangnya. Namun saat-saat momen harapan bagi Morey, suara teriakan yang tidak asing kembali memanggil nama Morey.
"Mo Reyin. Sekali lagi! Huh, huh… Sekali lagi". Itu adalah suara Ni Feng yang tampak sempoyongan dengan nafas yang sudah terengah-engah.
Lalu dia mencoba mengokohkan kakinya agar mampu menopang tubuhnya. Sembari mencoba menenangkan nafasnya, Ni Feng tampak kembali berdiri dengan tatapan menantang.
"Ada apa dengan bocah itu? Apa dia benaran mau mati?" Tanya Morey kepada Li Bai sambil menunjuk Ni Feng.
"Y-yah dia begitu bersemangat. Kenapa saudara Mo tidak menyelesaikan saja urusan dengan Ni Feng itu dulu?".
Li Bai terlihat bersyukur atas kedatangan Ni Feng. Dia seperti ingin mengalihkan perhatian Morey terhadap pertanyaannya yang sebelumnya.
"Sial, baiklah dasar bocah gigih. Aku akan membuatmu kembali bermeditasi. Mungkin itu dapat membuatmu sadar akan kemampuanmu dan lebih banyak berlatih lagi kemudian".
Morey maju dengan segera menyerang Ni Feng. Sebuah pertarungan yang sudah tidak dapat dipanggil pertarungan lagi terjadi. Itu lebih pertarungan satu sisi.
Setelah terjatuh dan bangkit kembali sebanyak tiga kali, Ni Feng akhirnya pingsan untuk kedua kalinya hari ini. Dia begitu gigih meski telah dipukul beberapa kali.
Ngomong-ngmong, Morey yang moodnya telah dirusak, kini meninggalkan tempat itu dan berusaha untuk tidur. Tentang buku bela diri yang ditanyakan kepada Li Bai juga ditunda untuk bertanya lagi olehnya.
Dia ingin tidur dan bangun dengan mood dan semangat baru nantinya. Namun semua itu hanyalah mimpi.
Tak lama keudian, Ni Feng datang lagi dengan wajah yang benuh lebam. Dia sudah tidak dapat dikenali lagi. Begitupun dengan ketampanannya.
Meski begitu, hasil yang seperti sebelumnya tetap sama. Yang tersisa hanya kegigihan darinya.
Dan sejak saat itu, setiap hari Morey terpaksa harus membuat Ni Feng babak belur. Semua itu karena Ni Feng selalu menantang Morey sekali sampai tiga kali meski selalu tidak sadarkan diri. Namun kegigihan itu patut di apresiasi oleh siapapun yang melihat.
Kesan seorang pembuli kini telah hilang dari diri Ni Feng. Dia terlihat begitu gagah dengan keberaniannya itu yang pantang menyerah.
Dan itu telah berlalu seminggu semenjak Ni Feng menantang duel Morey pertama kali.
Dan hari ini, Ni Feng kembali terlihat berjalan ke arah Morey yang sedang berkultivasi.
"Kakak Mo! Kali ini, ada sesuatu yang ingin ku sampaikan. Mohon kakak dengarkan!"