'Teet!'
'Buku teknik kultivasi jiwa tingkat menengah [Iblis Sembilan Neraka] ditemukan. Pelajari?''
[Ya/Tidak]'
'Tentu saja jawabannya [Ya]'
Morey sangat kegirangan melihat skill baru yang akan didapatkan olehnya. Wajahnya terlihat cerah meski di dalam kegelapan. Jantungnya seakan mau melompat mlihat pemberitahuan sistem.
'Dari namanya sepertinya sangat kuat'.
'Selamat! [Iblis Sembilan Neraka] Tingkat E/B (0/5.000) berhasil dipelajari'.
Setelah itu Morey dengan senangnya mengkultivasikan skill barunya. Dengan harapan itu akan meingkat dengan cepat dia segera melakukuan pose ala meditasi itu.
'[Iblis Sembilan Neraka] +2'
'[Iblis Sembilan Neraka] +2'
Selama melakukan kultivasi dalam waktu delapan jam, poin yang diperoleh Morey dari [Iblis Sembilan Neraka] hanya bertambah sebanyak enam belas poin. Setiap jam hanya memberikan Morey tambahan dua poin saja.
Ini sangat berbeda dengan saat pertama kali mengkultivasi [Iblis Penyamar] yang hanya butuh waktu satu jam untuk naik tingkat.
'Ah, ini sangat lama' Morey sedikit mendesah dengan hasil latihannya.
Namun tiba-tiba sesuatu yang menarik terjadi di dalam kegelapan itu.
Itu adalah suatu kejadian yang sangat sering terlihat pada masa-masa sekolahnya Morey. Dimana yang kuat berusaha mendominasi yang lemah. Mereka melakukannya dengan cara pembulian.
Tepat di depan wajah morey kejadian seperti itu sedang berlangsung. Morey hanya memperhatikan orang-orang itu sembari menggelengkan kepalanya dengan samar.
'Di mana pun kau berada, sepertinya selalu sama. Selalu ada yang namanya pembulian'. Gumannya dalam hati.
Ketika Morey memandangi mereka, salah satu dari mata pembuli itu kebetulan bertemu dengan mata Morey. Dia melihat tajam mengeluarkan aura permusuhan.
"Apa kau lihat? Mau dihajar juga kau hah?" Gertakan dari pembuli itu melihat Morey yang hanya diam.
Pembuli itu memiliki wajah yang cukup tampan dengan rambut hitamnya yang tergerai.
Dilihat dari tingkahnya, sepertinya dia merupakan orang yang sudah biasa berkuasa di tempatnya. Dan orang seperti itu biasanya merupaka orang-orang kaya yang arogan.
Morey yang tidak mau menggubris gertakan si pembuli tampan itu, mulai bersandar dengan kedua telapak tangan yang sebagai alas kepalanya dan memejamkan matanya. Dia tidak ingin menciptakan sebuah masalah hanya karena para pencundang kecil di matanya itu.
"Ada apa dengan gaya congkaknya itu? Sepertinya dia tidak takut denganmu kakak!".
"Benar sekali kak, sebaiknya kita kasih pelajaran dia agar tau dengan tempatnya".
Hasutan pembuli lainnya membuat panas telinga si pembuli tampan. Urat kepalanya tampak jelas menahan amarah terhadap Morey. Mataya memerah dan seperti akan keluar yang kini hanya tertuju pada Morey dan meninggalkan anak lain yang sedang dibulinya.
Si pembuli tampan itu perlahan bergerak ke arah Morey yang tampak dengan santai tanpa rasa khawatir.
"Hoi, bangun kau!". Auman si pembuli tampan yang mengepal tinjunya berusaha menahan amarah.
Morey membuka sebelah matanya dan melirik sekilas kepada empat orang pembuli yang telah berdiri di depannya. 'Huh, sepertinya ini akan terus berlanjut jika aku diamkan'.
Morey meluruskan tubuhnya dan mulai bangkit. Berdiri dengan gaya yang terlihat bosan sambil satu tangan memegang pinggangnya dan satunya lagi sibuk membersihkan telinga dengan jarinya.
"Ada perlu apa kalian?"
Morey tidak melihat sekalipun semenjak dia mulai berdiri. Karena menurutnya para pembuli itu hanyalah seonggok sampah lemah dibanding dirinya. Memang Morey sedikit menyombongkan diri kala itu.
Melihat Morey yang memandang rendah dirinya amarah si pembuli tampan itu semakin memuncak. Keningnya penuh kerutan dan aliran darah yang timbul di kepalanya menjelaskan kemarahannya itu.
"Dasar rendahan! Mau cari mati kau rupanya".
Si pembuli tampan itu sontak melayangkan pukulan yang berisikan aura tipis ke arah wajah Morey tanpa aba-aba dimulai. Pukulan itu cukup cepat karena datang dengan tiba-tiba.
Morey yang selalu waspada meski kelihatan tak begitu tertarik, dengan refleknya segera menghindari pukulan tersebut.
Karena telah menaikkan status [AGI] miliknya, menghindari pukulan itu tidaklah begitu sulit baginya. Bahkan seketika Morey telah berada di belakang para pembuli tersebut dengan kecepatan miliknya.
Lantas semuanya tampak terkejut. Karena gerakan Morey yang tidak mampu di ikuti oleh gerak mata mereka, jadi tampak seperti menghilang.
"Dia di belakang". Kecuali si pembuli tampan yang menyadari gerakan Morey, dia segera memperingati rekan-rekannya. Meski begitu, dia tetap tidak mampu mengikuti dengan tubuhnya.
'Anak ini sangat cepat, bagaiman caraku bisa mengenainya?' Melihat kecepatan Morey membuat si pembuli tampan menjadi sedikit ragu sambil menelan ludahnya.
"Kalian begitu sombong dengan hanya kemampuan seperti itu? Apa kalian tidak malu?"
Morey yang berbicara apa adanya terdengar seperti sebuah cemooh bagi mereka. Itu seperti semacam provokasi yang memacu semangat mereka untuk menjatuhkan Morey.
"Semuanya, kepung dia agar tidak bisa kabur ke mana-mana!"
Perintah si pembuli tampan itu terdengar seperti komandan kepada bawahannya. Dan para pembuli bawahan itu segera mengelilingi Morey yang masih tidak menunjukkan minatnya.
"Sekarang kau tidak bisa kabur lagi".
Kepercayaan diri si pembuli tampan kembali pada dirinya setelah merasa akan kemenangannya.
Semua orang di ruangan itu hanya diam sebagai penonton pertunjukkan itu. Ada yang benar-benar tertarik, ada juga yang ketakutan melihat pertarungan itu akan menyebabkan 'snowball' kepada mereka.
Li Bai yang juga mellihat Morey dikepung, juga tampak merasa khawatir. Lebih kurang terlihat seperti itu. Meski tidak kenal terlalu lama, namun dia merasa sudah dekat dengan Morey, pikirnya.
Namun sebagian diri Li Bai merasa tidak perlu mengkawatirkan Morey. Karena saat pertama bertemu, insting tajamnya menyiratkan bahwa Morey adalah seseorang yang kuat juga berbahaya.
Menghapus kekhawatirannya, Li Bai mulai mengepal tangannya. Lalu dia secara terang-terangan mendukung Morey di balik keheningan dari para penonton lainnya.
"Saudara Mo, kalahkan dia! Kau pasti bisa".
Teriakan Li Bai memancaing perhatian semua orang. Termasuk Morey, serta si para pembuli yang memalingkan wajah mereka ke arah Li Bai.
'Boleh juga bocah ini' Morey memberikan apresiasinya terhadap Li Bai dari dalam hatinya. Dia tidak menyangka akan ada buah pertemanan di bawah tanah penuh derita itu.
"Sialaan!! Si pecundang ini juga mau ikutan huh?"
Si pembuli semakin marah mengetahui bahwa ada orang lain lagi yang tidak takut dan menghormati dirinya. Namun saat ini dirinya ingin fokus terhadap Morey yang telah terkepung.
"Apaaa…?"
Teriakan si pembuli tiba-tiba mengejutkan semua yang ada di ruangan. Perhatian mereka yang teralihkan oleh Li Bai, kini berbalik ke arah si pembuli tampan. Namun teriakan itu tidak tanpa alasan sama sekali.
Morey yang tengah terpojok menurutnya, kini telah lenyap dari kurungan tiga orang ditambah dengan dirinya.
'Tidak mungkin' Mata si pembuli itu terbelalak dengan wajah tercengang karena rasa tidak percaya. Dia tidak merasakan Morey sama sekali bergerak. Dan juga dia yang hanya sekilas melirik ke arah Li Bai dan langsung kembali ke arah Morey. Jadi tidak mungkin dalam waktu sekejap itu Morey berhasil keluar.
Si pembuli itu semuanya menengok ke kiri dan kanan mereka mencari keberadaan Morey. Namun tidak ada jejak Morey dari dalam pandangan mereka.
Buuk!!
Buuk!!
Dua orang pembuli tiba-tiba terjatuh dan terlihat telah pingsan. Mereka tidak melihat penyebab teman mereka tidak sadarkan diri. Namun sebelum terjatuh, mereka hanya mendengar suara pukulan yang cukup keras.
'Apa mungkin itu dia? Tapi bagaimana?' Si pembuli tampan kini kembali diliputi kegelisahan karena ketidak tahuannya. Kini wajah tampannya sudah dipenuhi keringat karena perasaan cemas.
Para penonton lainnya juga terkejut dengan kejadian di depan mata mereka. Bahkan tidak satupun di antara mereka yang mengetahui penyebab pingsannya dua pembuli itu.
Bukk!!! Buk!
Suara pukulan itu terdengar lagi. Kali ini satu pembuli bawahan itu juga tersungkur ke tanah dengan tidak sadarkan diri.
"Siaaal!!! Keluar kau! Jangan bersembunyi dasar pengecut"
Pembuli tampan itu mencoba menghasut Morey yang dia yakini penyebab semua kejadian itu.
Tapi bagaimana? Dia masih belum mengetahui cara Morey melakukannya.
Namun Morey hanya diam karena sesuatu yang lebih menarik muncul di depannya.
'Teet!'
'Selamat! Mengalahkan tahap pejuang tingkat satu, pengalaman karakter +100'.
'Selamat! Mengalahkan tahap pejuang tingkat satu, pengalaman karakter +100'.
'Selamat! Mengalahkan tahap pejuang tingkat satu, pengalaman karakter +100'.
'Teet!... Selamat level karakter naik ke level dua'.
'Teet!... Selamat level karakter naik ke level tiga'.
'Jadi… jadi ini cara menaikkan level karakterku? Hahaha, ini aku benar-benar beterima kasih kepada bocah-bocah bodoh ini'
Morey dipenuhi rasa kegembiraan yang meluap-luap. Dia akhirnya berhasil menaikkan level karakternya. Serta juga berhasil mengetahui cara menaikkan level.
Kesenangannya berubah menjadi tawa jahat yang terdengar keluar dari skill [Iblis Penyamar] miliknya. Akhirnya Morey menampakkan dirinya yang berada di belakang pembuli tampan itu.
Seketika mendengar tawa itu membuat pembuli itu berbalik. Namun tubuhnya seketika tidak mau bergerak setelah melihat tatapan Morey yang sedang tertawa itu.
Tubuhnya mulai bergetar dari atas sampai bawah. Dia merasakan ketakutan melihat Morey yang perlahan melangkah menghampirinya.
'Tidak… Orang ini bukan manusia! Dia adalah Iblis'.
Sebuah siluet Iblis dari aura bewarna gelap yang keluar dari tubuh Morey membuat si pembuli itu terjatuh dan terduduk. Kakinya sudah tidak mau digerakkan lagi sehingga mempengaruhi keseimbangannya. Meski itu sebenarnya hanyalah ilusi ketakutan dari tekanan yang dibuat oleh Morey.
"Sekarang tinggal kau. Akan aku beri penghormatan kepadamu karena telah mau menjadi poin pengalaman bagiku"
"Ahh, menjauh kau iblis… Tidaaak.."
Buuk!!
Teriakan si pembuli itu dibungkam oleh pukulan Morey yang tepat mengarah di dagunya. Hanya satu pukulan cukup membuatnya tidak sadarkan diri.
"Hehehe". Tawa jahat Morey yang tedengar lirih mencuat setelah membuat si pembuli itu pingsan. 'Aku ucapkan terima kasih sekali lagi utukmu dan teman-temanmu'.
'Teet!'
'Selamat! Mengalahkan tahap pejuang tingkat tiga, pengalaman karakter +600'.
'Teet!... Selamat level karakter naik ke level empat'.
Morey kembali melebarkan matanya melihat ke layar status miliknya. Semua statusnya juga mengalami kenaikan ketika level karakter miliknya meningkat.
Nama : Morey Silverstone
Gelar : Pangeran Kegelapan (?)
Level : 4 (300/400)
[HP : 76], [MP : 81],
[AGI: 40], [PHY. ATK : 22], [PHY. DEF : 22], [MAG. ATK : 15], [MAG. DEF : 20]
Skill : [Jantung Vampir] Tingkat A (Max),
[Penghisap Darah] Tingkat D/A (0/10.000),
[Iblis Penyamar] Tingkat D/C (280/5.000),
[Iblis Sembilan Neraka] Tingkat E/B (16/8.000), ??, ??
Poin Atribut : 9
'Seharusnya aku melakukan seperti ini saja agar mendapatkan banyak poin pengalaman. Tapi jika berlebihan, itu juga akan membuatku semakin mencolok'
Morey memikirkan strategi kedepannya dalam meningkatkan level miliknya. Dia hanya tertawa sendiri di dalam dunianya bersama sistem. Bahkan orang-orang yang memandanginya mulai takut melihat Morey.
Wajah Morey terbilang lumayan tampan. Namun entah mengapa, setiap Morey tersenyum atau tertawa, wajahnya berubah seperti penjahat, iblis, atau yang seperti itu.
"Apa dia sudah gila?"
"Tidak… itu pasti Iblis"
"Benar sekali, itu adalah tawa Iblis"
Gelombang suara penonton mulai bebas membanjiri ruangan meski itu samar-samar terdengar. Namun Morey tidak telalu memikirkan apa perkataan mereka. Baginya, selagi tidak menghalangi jalannya, maka dia tidak akan repot mengususi hal itu.
Kecuali sesuatu yang menjadi sebuah keuntungan baginya. Maka Morey akan melirik kembali kebelakang apa yang menguntungkan itu, meski dirinya telah jauh di depan.