Chereads / The Big Boss / Chapter 2 - Menjadi Nerd

Chapter 2 - Menjadi Nerd

Wellcome to school!

Kalimat terpampang jelas di benak seorang gadis yang kini tengah berdiri di depan sebuah gedung berlantai tiga, berjejer rapi dengan beberapa para siswa berlalu lalang dengan baju seragam senada.

Gadis bermata bulat, pipi chuby, rambut di kuncir layaknya kuda, kacamata bulat bertenger di hidung, kulit coklat manis serta gigi di behel. Penampilan cukup tertingal zaman bahkan beberapa orang menatapnya dengan pandangan cemooh.

Tapi tidak gadis itu hiraukan, senyuman terpampang jelas membuat lesung pipit di pipi chuby terlintas. Jika di perhatikan gadis itu begitu manis. Sebelum menjelajahi sekolah baru, ia tarik sedikit tali ransel dan melangkahkan kaki menyelusuri koridor sekolah dengan tatapan kagum.

"Sekolahnya besar banget." Gumamnya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Kemeja putih di balut rompi kotak berwarna biru, rok di bawah lutut, leging hitam sampai mata kaki, di padukan oleh sepatu hitam putih miliknya. Perpaduan yang sempurna bagi gadis berkacamata itu, lain halnya dengan orang lain, cupu.

Bisikan tetangga pun kerap terdengar di setiap kakinya melangkah, tawa renyah pun mengundang tanya gadis berkaca mata tersebut. Menatap mereka dengan bingung.

Ada yang lucu? Sebuah kalimat terpampang jelas di otak cantiknya. Namun, laju kaki masih melangkah melaju menuju kelas yang sebentar lagi akan jadi kelasnya selama satu tahun.

Cantika Praga Ayuningtyas namanya, pindahan dari Cirebon ke Jakarta. Ikut akan kakak ke Jakarta untuk bisa masuk ke salah satu sekolah yang bisa menjamin masa depannya. Salah satunya, SMA Negeri 1 Tugu Pritiwi. Sekolah bergengsi dengan fasilitas yang mewadai para murid untuk berkembang.

Kali ini Cantika berhenti di depan pintu kelas yang tertutup, sedikit diketuk dan seorang siswi membuka pintu tersebut. Menautkan lengannya di dada sambil meneliti wajah Cantika dengan pandangan tidak percaya.

"Heh! Ondel-ondel dari mana?" seruan seseorang dari belakang gadis itu.

Cantika tertegun sejenak akan wajah gadis yang baru saja muncul dari dalam. Wajah yang begitu cantik dengan polesan senada dengan kulit putih. Mereka berdua tertawa, tentunya menertawakan Cantika yang begitu kumel akan penampilan yang tidak mencerminkan anak kota.

"Lo murid baru itu?" ujar seorang gadis bermata hazel yang kini tengah menatap Cantika tidak berepresi.

Cantika menggangguk membuat rambut yang dikuncir bergoyang tidak tentu. Tidak lupa akan senyuman manis Cantika perlihatkan.

"Rubby, dia murid baru yang di bilang bu Halimah? Gila, udik banget, enggak banget deh liatnya." Gadis berambut coklat pendek menatap Cantika dengan senyuman culas, meneliti wajah serta tubuh Cantika begitu intens.

"Lo dari kampung?" cecarnya.

"Udalah, Bi, kita ke kantin aja, yuk!" Kali ini Rubby mengalihkan pandangan pada Cantikan. "Dan lo, masuk gih, ke kelas,"

"Makasih." Jawab Cantika yang kini menatap kepergian dua gadis yang masih menertawakannya. Cantika menarik napas dalam-dalam sebelum masuk ke dalam kelas.

Tangannya yang hendak mendorong pintu mendadak mengawang di udara. Seorang gadis berlari keluar lalu di susul oleh seorang lelaki yang tengah membawa kue. Niat hati ingin melempar kue tersebut pada gadis tadi tapi sayang gadis berambut hitam legam mendorong Cantika sehingga seluruh wajah Cantika berlumuran akan krim.

Semua orang mendadak terdiam saat mereka melempar salah sasaran. Begitu juga siswi yang tengah berulang tahun kini tengah menatap Cantika dengan terkejut.

"Zilo! Gara-gara lo tuh!" seru gadis itu memukul lengan siswa bernama Zilo.

"Lah, gue nggak tau kalau ada dia. Lagian lo juga kenapa menghindar segala?" cetusnya.

Siswi tersebut mendengkus sebal pada Zilo. Lalu, iris matanya mengarah pada Cantika yang tengah membersihkan kacamatanya.

"Gue bantu bersihin. Kita ke toilet dulu."

Cantika pun menggangguk, tidak punya pilihan selain menyetujui ajakan gadis itu. Kini, mereka tengah berada di dalam toilet. Cantika membasuh wajah serta membersihkan rompi biru yang terkena noda. Cantika tidak punya pilihan lain selain membuka rompi tersebut.

"Lo murid baru, ya. Gue nggak pernah liat muka lo di sekolah ini?" papar gadis berambut sehitam malam itu pada Cantika.

"Iya, aku murid baru. Namaku Cantika." Cantika memperkenalkan diri pada gadis itu dengan senyuman terpampang jelas pada bibir mungilnya.

Lama tidak kunjung disambut uluran tangan, Cantika pun kembali menarik tangannya. Namun, detik berikutnya sebuah jemari menggenggam lengan Cantika.

"Runny Sary. Salam kenal, semoga bisa jadi teman dekat, ya?"

Bibir Cantika kembali tersenyum membuat Runy seketika melepas tangannya, lalu beralih mencubit pipi chuby Cantika.

"Lo kok bisa semanis ini, sih?" Runy terkekeh sambil menarik tangannya menjauh dari pipi Cantika.

"Sakit Runny." Rengek Cantika sambil mengusap kedua pipinya.

"Lagian gue perhatikan, nih. Lo memang kampung, penampilan lo ... cupu-" Sadar akan ucapannya Runy meringis sambil menatap Cantika yang kini malah tengah tersenyum.

"Lo nggak marah dikatain cupu?"

Cantika mengelengkan kepalanya. "Aku sadar diri kok."

Sebuah ruangan gelap dalam kelabu. Memaksa untuk ada, memaksa untuk terang dalam ruangan gelap akan berakhir runtuh. Sama akan sebuah penampilan, memaksa kehendak untuk berpenampilan sesuai apa yang dikata orang lain tidak akan ada habisnya. Senyuman masih terukir pada bibir Cantika.

"Tapi Can-"

"Tika saja, ya manggilnya." Sela Cantika sambil mencuci rompinya.

Runy menggangguk lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi Tika, lo itu manis loh, lesung pipit ditambah pipi chuby lo buat orang gemas," papar Runy bersungguh-sungguh.

"Makasih." Cantika sedikit menoleh lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Anyway. Lo pindahan dari mana?" tanya Runy yang kini tengah menatap Cantika dengan saksama.

Cantika sedikit mengibaskan rompi miliknya. "Dari Cirebon, SMK Budi angkasa."

Hanya sebuah anggukan kepala yang Cantika lihat dari Runy. Gadis berambut hitam legam itu tengah menatap kuku-kukunya lalu menatap Cantika lagi.

"Oh iya, Tika." Seru Runy sambil menegakkan tubuhnya mendadak.

Salah satu alis Cantika terangkat satu. "Apa?"

"Selama lo sekolah di sini jangan melanggar lima peraturan sekolah. Gue jelasin." Runy menarik napas terlebih dulu sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya.

"Satu, jangan pernah nangis di depan salah satu anak Famaur. Dua, jangan berurusan dengan anak Famaur. Ketiga, tutup telinga jika ada berita tentang anak Famaur. Ke empat, dilarang menatap anak Famaur. Ke lima, lebih baik menghindar jika ada anak Famaur. Cari aman, gue kasih tau ke lo agar lo nggak jadi korban selanjutnya,"

Penjelasan Runy membuat alis Cantika menukik tajam. Anak Famaur? Siapa? Otak cantiknya terus digunakan untuk berpikir.

"Anak Famaur itu siapa?" tutur Cantika yang penasaran.

"Famaur adalah sebuah komunitas sekolah yang berdiri dari beberapa siswa dan siswi. Mereka juga akan merekrut calon Famaur dan setiap kelas tentunya ada anak Famaur. Lo tau nggak? Famaur adalah komunitas yang katanya menentang keras bully di sekolah ini. Cuman,"

Cantika masih menunggu lanjutan cerita Runy dengan sabar. Cantika bisa melihat jika mimik wajah Runy mendadak berubah.

"Cuman apa?" tanya Cantika penasaran.

"Mereka memang menentang keras aksi bully tapi mereka tidak segan-segan membuly. Intinya anak Famaur itu bahaya. Nggak banyak anggotanya, cuman dua puluhan. Dan pimpinan mereka itu Sienggar."

"Sienggar?" beo Cantika.

"Udah yuk ke kelas!" Runy menarik pergelangan tangan Cantika agar segera keluar dari toilet.

"Apa sebahaya itu mereka?" Penuturan Cantika mampu membuat Runy menoleh ke arah teman barunya.

"Bahaya?"

"Itu, anak Famaur."

Runy mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu mendekatkan diri di telinga Cantika. "Mereka bagaikan hewan buas yang siap menerkam mangsang. Tatapan mereka mampu membuat persendian lo lemas, bagaikan di lem nggak bisa kemana-mana. Jadi ... Jaga diri lo selama sekolah di sini. SMA Negeri 1 Tugu Pritiwi nggak seperti yang lo bayangin, Tika,"

Runy menjauhkan diri dari Cantika. Sebelum kembali melanjutkan langkahnya gadis berambut hitam tersebut menepuk pundak Cantika.

"Sebahaya itu?" Gumam Cantika yang tidak percaya jika dirinya bertemu dengan anak Famaur.

"Anak Famaur!" ujar Runy mendadak membuat Cantika spontan menatap ke depan.

"Oh Tuhan, persendianku!" lirih Cantika yang kini bergeming di tempat, sedangkan Runy sudah berjalan sambil menunduk. Gadis itu tidak sadar akan teman barunya tertingal di koridor.

"Selamatkan aku!"