"Tika, lo lagi teleponan sama siapa? Gue nggak sengaja denger," tutur Runny sambil mengunyah swandwith miliknya.
Setelah kejadian itu Cantika dan Runny berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi keroncongan. Cantika yang mendengar penuturan Runny hanya terdiam sejenak sembari menyesap jus miliknya.
Iris matanya menoleh pada Runny, saat hendak angkat bicara kantin mendadak ramai membuat Cantika serta semua orang mengalihkan pandangannya.
"Mereka?" gumam Cantika sambil terus menatap ke arah mereka.
"Marveuz, Darren, Rolex dan Azel." Timpal Runny membuat Cantika kembali menoleh padanya.
"Anak Famaur?"
Runny menggangguk lalu kembali menatap empat pemuda yang tengah melintas di hadapannya. Berbeda dengan Cantika yang masih memperhatikan mereka dengan saksama, bukan tatapan memuja seperti gadis lain melainkan tatapan tajam yang tersembunyi dibalik kacamata bulatnya.
"Mereka itu ibarat pangeran yang banyak diidolakan para siswi di sini. Contohnya dia!" ujar Runny seraya menunjuk ke salah satu siswi yang membawa cake coklat.
Alis Cantika terangkat satu, iris matanya memperhatikan pakaian gadis itu yang tampak modis, wajahnya pun begitu cantik. Namun, melihat kenekatannya itu berujung mempermukannya sendiri. Bagaimana tidak, gadis dengan rambut panjang nan hitam itu memberikan cake pada salah satu anak Famaur tapi di tolak mentah-mentah.
"Bukan hanya itu. Coba lo liat ke arah samping kanan lo," tukas Runny yang kini mampu membuat Cantika menoleh.
Betapa terkejutnya, sebagian ralat, bukan sebagian melainkan seluruh siswi memegang berbagai jenis buah tangan begitu erat.
"Mereka fans Famaur, ya?" tebak Cantika.
"Binggo! Mereka memang pengemar anak Famaur, tapi takut jika mereka nekat akan berakhir kaya gadis tadi."
Penjelasan Runny membuat Cantika paham tentang Famaur yang memang benar-benar sulit untuk di dekati oleh sembarang orang. Cantika kembali menyesap jus miliknya sembari memikirkan bagaimana cara untuk bisa mengali informasi terkait saudaranya.
"Dekat sama mereka itu kaya langit sama bumi, jauh banget. Gue heran, mereka kira kita ini kuman apa sampe di hiraukan segala!" cibir Runny yang merasa kesal akan sikap Famaur.
"Jika anak Famaur sulit untuk di dekati sembarang orang, pasti mereka hanya mau bicara pada anggota Famaur saja, benar?" tutur Cantika yang kini di angguki oleh Runny.
"Mereka memegang prinsip entah apa prinsipnya. Yang gue tau, mereka nggak bakalan mau bicara sama kita-kita selain hal penting, contohnya kerja kelompok jika di luar itu jangan harap lo bisa bicara sama anak Famaur," jelas Runny.
Rolex berdiri secara mendadak membuat seluruh kantin mendadak tegang. Bahkan, Runny pun sama. Pemuda yang tampak begitu sempurna bagi para gadis melangkah begitu tegas.
Napas Runny mendadak tersedat tatkala Rolex berdiri tepat di meja mereka. Berbeda dengan Cantika yang hanya menampilkan wajah biasa saja.
"Punya lo?" Rolex menyerahkan sebuah gantungan kunci yang sempat hilang.
Cantika langsung tersenyum lalu segera meraihnya. "Makasih."
"Lain kali, jangan pernah ke rooftop jika lo nggak mau terjadi apa-apa!" tuturnya dengan wajah datar tanpa ekspresi pun. Bahkan, nada bicaranya biasa tapi terkesan mengintimidasi.
Rolex langsung pergi meninggalkan kantin dan di ikuti oleh anak Famaur yang lain. Tak hanya Rolex, mereka pun menatap Cantika sejenak dengan berbagai tatapan hal itu membuat semua orang menerka-nerka apa yang sudah Cantika lakukan terhadap Famaur.
"Tika, jangan bilang Famaur tau kalo kita tadi ke rooftop?" papar Runny mendadak tegang.
"Mungkin. Memangnya kita nggak boleh ke rooftop?" tanya Cantika polos.
"Bukannya nggak boleh cuman mereka udah anggap rooftop adalah terotorial mereka. Jadi, kita yang siswi biasa di larang keras buat ke sana!"
"Kok merasa nggak adil, ya?"
Runny hanya mengangkat kedua bahunya saja.
"Kalo aku ikut daftar buat jadi anggota Famaur, bisa nggak?" tanya Cantika saat itu.
Runny langsung melebarkan matanya sempurna, memegang kedua bahu Cantika lalu menempelkan punggung tangan ke jidat Cantika.
"Lo nggak lagi sakit, kan?"
Cantika mengeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa, sih?"
"Loh, kenapa? Yang ada lo yang kenapa tiba-tiba bilang mau daftar jadi anggota Famaur, di kira ini kontes seni tunggal. Nggak, gue nggak setuju lo daftarin diri jadi anggota Famaur, Tika!" tegas Runny memperingati.
Cantika langka tertawa kecil melihat wajah serius Runny. "Kenapa lo ketawa?"
"Abisnya, mana mungkin aku daftar diri jadi anak Famaur. Lihat saja penampilan aku yang nggak modis seperti mereka. Tentu saja aku sadar diri, Runny." Papar Cantika yang hanya mendapat dengkusan kesal dari Runny.
"Gue kira lo mau nekat daftar diri,"
"Mungkin suatu hari nanti." Gumam Cantika yang tak bisa di dengar oleh Runny.
Terlihat Zilo tengah berlarian menghampiri meja Cantika dan Runny, terlihat jelas wajahnya serta napas yang tersengal-sengal membuat Cantika serta Runny kebingungan.
"Lo abis lari maraton sampe-sampe keringat lo segede biji jagung," cibir Runny.
"Sembarangan kalau ngomong, gue kaya gini gara-gara lo juga!" pungkas Zilo mampu membuat Runny mengerutkan keningnya.
"Gara-gara gue? Memangnya gue nyuruh lo lari, nggak, kan?"
"Gue denger Rolex hampiri meja lo jadi gue kalut, lari buat lihat benar apa nggak gosip itu," ujar Zilo sambil terus mengatur napasnya.
"Lo berdua nggak apa-apa, kan? Rolex bilang apa sama lo berdua?" ucapnya lagi begitu cemas.
"Kamu cemaskan keadaan kita berdua apa cemas keadaan Runny, hm?" goda Cantika yang mampu membuat Zilo melebarkan matanya.
"Gue nggak cemasin Runny. Gue ... gue cemasin lo berdua. Aishh ... intinya mereka macam-macam nggak?" sanggah Zilo.
"Kalau mereka macam-macam pun lo nggak bakalan berani juga buat hadapinya. Liat anak Famaur lewat di samping lo, lo udah pucat pasi kek anak beruk!" cecar Runny membuat wajah Zilo mendadak masam.
"Setampan gini di samain ama beruk. Nggak sekalian lo nyamain gue ama mantan-mantan lo," seru Zilo menatap Runny begitu sinis.
"Ngapain juga gue samain lo sama mantan gue?"
"Oh, jadi gue beda sama mereka?"
"Apaan sih, nggak jelas amat omongan lo!" ketus Runny.
Di sebelah, Cantika hanya memperhatikan aksi olok-olokkan versi Runny dan Zilo yang biasanya jika di sekolah lama, aksi olok-olokkan antara Mayang dengan Stevi.
"Udah gede masih aja berantem. Awas loh nanti jodoh," tukas Cantika.
Mendengar penuturan Cantika, Runny serta Zilo langsung mengelengkan kepalanya kompak.
"Jodoh sama dia? Ih, berasa hidup di neraka!" papar Runny.
"Memangnya gue mau? Ogah!"
Mereka berdua pun saling melempar pandangan dengan kesal, tak lupa akan ke dua tangannya saling bertautan di depan dada.
"Kadang aku mikir, aku harus sebaik apa ya biar orang-orang gak ninggalin aku, tapi aku sadar satu hal, nggak semua hal yang terjadi sesuai dengan ekspektasi aku, nggak semua manusia bisa memanusiakan manusia, nggak semua hal terjadi sesuai dengan kehendak aku, belajar untuk menerima apapun yang terjadi, yang baik atau buruk, gagal atau berhasil, semua yang terjadi pasti ada alasannya. Makasih ya." Papar Cantika begitu tiba-tiba.
Interaksi Zilo dan Runny pun mendadak terhenti, mereka menoleh pada teman barunya.
"Lo pasti sedih atas prilaku mereka yang nggak lo udik, ya?" ujar Zilo terus terang.
"Lo nggak perlu sedih, di sini ada gue sama Zilo buat jadi sahabat. Gue tau lo orang baik, Cantika," timpal Runny membuat Cantika menoleh padanya.
"Sahabat?"