Napas yang beradu, Cantika mati-matian kembali mengambil selembaran kertas untuk dirinya. Mengantri bersama beberapa orang yang memang ingin ikut daftar menjadi anggota Famaur.
Ruby dan kedua sahabatnya tak sengaja melintas di antara calon anggota Famaur, mereka tak sengaja melihat Cantika yang tengah ikut mendaftar.
"Wah, wah, gue terkejut bukan main guys!" seru Ruby mendekat pada Cantika.
"Liat siapa yang nekat masuk ke Famaur?" imbuhnya lagi sembari memperhatikan Cantika dari atas hingga bawah.
Bianca memainkan rambut Cantika dari belakang. "Nggak sadar diri lo ikut daftar jadi anggota Famaur? Pengen tenar?"
"Atau lo mau disorotin terus berasa kaya princess?"
Cantika hanya diam walau sebenarnya ada keinginan untuk membalas semua ucapan mereka. Namun sekali lagi, dirinya lagi menyamar menjadi siswa nerd yang lemah.
"Memang aku nggak boleh daftar? Kalian kalo mau daftar ayo bareng aku aja!" ajak Cantika seramah mungkin.
Rubby tertawa lepas. "Lo nantangin gue? Lo pikir cuman lo doang yang bisa daftar, gue juga bisa!" tantang Rubby.
"Kita liat siapa yang bakalan lolos ke tahap berikutnya, gue saranin lo mending mundur. Udah tau syarat utamanya itu good loking ... dan lo? Aish, nggak bisa gue bayangin gimana malunya lo di permalukan sama mereka!" papar Rubby dengan seringai andalannya.
Di sebelahnya Bianca turut menyemangati sahabatnya, tak lupa memberikan tatapan sinis pada Cantika sebelum pada akhirnya mereka meninggalkan Cantika sendirian di depan pendaftaran.
"Berikutnya!"
Cantika pun maju dengan membawa selembaran kertas yang sudah di isi sebelumnya. Melihat penampilan Cantika yang kurang menarik, Topan, salah satu adm di Famaur tampak ragu untuk mengambil selembaran identitas Cantika.
"Kenapa Kak?" tanya Cantika yang merasa jika Topan sedari tadi memperhatikannya, bahkan Cantika tahu akan arti tatapan itu.
"Lo ingin masuk ke Famaur nggak ada yang nyuruh. Kalo iya mending lo mundur!"
Cantika mengeleng tegas. "Nggak ada yang nyuruh aku, Kak!"
Topan semakin memincingkan matanya. "Ah, lo mau tenar biar bisa eksis untuk kalangan anak baru?" sinis Topan membuat Cantika diam-diam mengepalkan kedua tangannya.
'Kenapa pula semua anak Famaur bermulut pedas?!' batin Cantika.
"Pendaftaran di tutup!" Topan pun dengan sepihak menutup pendaftaran, hal itu membuat Cantika tak terima.
"Nggak bisa gitu Kak!" seru Cantika mampu menarik perhatian Topan, yang tengah menumpuk beberapa selembaran kertas calon anggota Famaur.
"Di sini siapa anggota Famaur? Gue apa lo?" tukas Topan sambil mengangkat wajahnya.
"Kakak. Tapi, apa kalian nggak pernah mikir? Hanya karena penampilan kalian menutup pendaftarannya tanpa melihat skil lempar lembing?" Cantika menarik napas dalam-dalam lalu kembali menatap kesal pada topan, "bahkan hanya karena aku culun kalian nggak mau terima selembaran kertas dari aku. Bakat seseorang bukan terletak pada wajah, rupawan atau tidak tapi dari hati masing-masing!"
Topan terbungkam seribu bahasa. Apa yang dikatakan oleh Cantika memang ada benarnya akan tetapi peraturan yang sudah di tetapkan oleh Sienggar tak bisa di ubah oleh anggota Famaur lainnya, itu sudah hukum alamnya.
"Gue sebenarnya salut sama lo, Cantika. Cuman ini udah dari ketua gue harus menerima yang good loking, kalo lo mau, lo bisa merubah penampilan lo itu," tukas Topan saat itu.
Cantika menatap dirinya sendiri di jendela, sebuah pantulan dirinya yang tampak lain dari biasanya. Begitu cupu, rambut di kuncir, kacamata bulat serta baju lusuh. Di dalam hati Cantika hanya menghembuskan napasnya panjang.
"Kalo gitu gue pergi dulu. Sampai bertemu lagi!" papar Topan pergi.
Tidak ada orang lain di koridor itu, Cantika pun memilih duduk sambil mencari cara untuk masuk.
"Gue udah berubah masa harus berubah lagi? Dikira power ranggers apa sekalian aja gue jadi amuba yang bisa membelah dua!" gerutu Cantika sambil menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.
"Gue harus bagaimana ini?"
"Lagian, Sienggar kenapa pula harus cari yang good loking, emang se-ganteng apa dirinya sampe-sampe bikin syarat harus good loking segala? Ah, paling juga gantengnya di bawah standar!" cecar Cantika yang masih tam terima jika dirinya belum boleh ikut Famaur.
"Cantika!"
Runny melambaikan tangan dari arah lorong, gadis itu berlari kecil menghampiri Cantika yang masih duduk di koridor.
"Kenapa?" tanya Cantika heran melihat deru napas Runny yang tampak tak beraturan.
"Lo gue cari adanya di sini," tukas Runny sembari menumpu kedua tangannya pada lutut.
Salah satu alis Cantika terangkat satu. "Cari aku? Ada apa?"
"Lo tau nggak ketua Famaur, Sienggar ada di sekolah!" seru Runny bersemangat.
"Untuk pertama kalinya gue bisa lihat dengan jelas wajah Sienggar!"
Lain halnya dengan Cantika, gadis itu melebarkan matanya sempurna, berdiri sambil melirik sekilas ke arah lapangan yang pantas saja ramai di kunjungi.
"Kok bisa?"
"Hah? Bisa gimana? Ya bisalah Tika, orang Sienggar kalo mau sekolah siang ya siang, kalo pagi ya pagi," tutur Runny sembari menatap kerumunan yang semakin membeludak di lapangan.
"Bukannya Sienggar jarang di post wajahnya, kenapa dia tiba-tiba muncul dan bilang ke semua orang kalo dirinya ketua Famaur?" pungkas Cantika yang merasa ganjal dengan kedatangan Sienggar secara tiba-tiba.
Runny mengangkat kedua bahunya, lalu iris matanya masih memperhatikan anak Famaur yang masih melindungi Sienggar dari siswa-siswi.
"Entahlah, itu hanya anak Famaur yang tahu." Tukas Runny.
"Aneh." Gumam Cantika seraya memincingkan kedua matanya. "Terus, mana Sienggar yang kamu maksud?"
"Itu! Dia pake kemeja putih yang nggak di kancing, sebelahnya Rolex!"
Cantika pun memincingkan matanya lalu menutup mulut saking terkejut melihat wajah Sienggar. "Yang benar kalau dia Sienggar?"
"Iya, dia Sienggar. Ganteng, kan?"
"Lebih dari ganteng. Jauh dari ekspetasi aku!" pungkas Cantika.
***
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Cantika segera pulang dari sekolah, menunggu jemputan di koridor sekolah. Untuk mengatasi rasa jenuhnya, Cantika memilih membuka ponsel sambil membalas pesan dari Stevi dan Mayang.
"Sienggar!"
"Marveuz!"
"Ale! I love you!"
"Rolex kamu ganteng banget!"
"Minggir, anak Famaur mau lewat!"
Seruan dari sisi kiri membuat Cantika mengalihkan pandangannya, gadis itu memincingkan mata untuk melihat wajah ketua Famaur. Jika di perhatikan, wajahnya terasa familiar, tato bintang yang melintang di pelipis membuat Cantika mengingat seseorang.
Mata bulat Cantika pun melebar tatkala dirinya sadar jika Sienggar adalah orang yang pernah berpapasan dengannya saat di tangga. Cantika langsung menunduk sambil mengengam erat ponsel saat anak Famaur melintasi dirinya.
"Tunggu!" ucap Rolex tiba-tiba.
Hal itu patut menjadi perhatian semua orang, terlebih lagi mereka berhenti tepat di depan Cantika yang tengah duduk sendirian sambil menunduk.
Rolex menoleh pada Sienggar seakan-akan meminta persetujuan darinya. Setelah itu, Rolex pun mengumumkan sesuatu yang tentunya membuat semua orang terkejut bukan main.
"Pengumuman! Siapa aja yang mau ikut untuk mencalonkan diri dalam komunitas Famaur, syarat utama harus terpenuhi. Tapi, jika merasa kalian tidak good loking masih ingin ikut, bisa! Syaratnya harus lempar lembing dengan jarak jauh! Mengerti?" seru Rolex.
Cantika yang mendengar hal itu langsung mendongak. Mustahil. Itulah yang terlintas di benak Cantika.
Di saat itu juga iris matanya tak sengaja bertemu dengan iris abu-abu milik Sienggar.
"Gila, tejem bener itu mata!" gumam Cantika yang langsung menunduk.
Tapi tidak dengan jantungnya yang berdegup begitu kencang, pasokan udara pun menipis, mengapa aura mereka terasa sangat berbahaya? Saat Famaur sudah melewatinya Cantika langsung menghembuskan napasnya lega, lalu buru-buru menoleh ke kanan memperhatikan Famaur dari jauh.
"Gue harus daftar lagi! Jarak di tentukan panitia, ya? Eum ... Baiklah, kita liat kalian bakalan kagum dengan skil gue!" papar Cantika begitu mantap dengan dirinya sendiri.