Chereads / The Big Boss / Chapter 10 - Kepergok Untung Enggak Cinta

Chapter 10 - Kepergok Untung Enggak Cinta

Di warung Mbak Yu, Zilo segera berlari menyusul Cantika dan Runy yang sudah berada di sana sedang menikmati semangkuk seblak ceker.

"Gue cari satu sekolah taunya di sini!" tandas Zilo mengatur napasnya yang memburu. Pria itu duduk sembari menenggak jus milik Runy tanpa bersalah, si empunya hanya menatap kesal.

"Minuman gue di embat, beli lagi!" ketus Runy.

"Mbak Yu!" teriak Zilo.

"Iya mas?"

"Jus Mangga dua!" sahutnya.

"Oke."

"Udah noh."

Runy hanya mendengkus sebal lalu kembali melanjutkan makanannya. Kali ini tatapan Zilo beralih pada Cantika.

"Gue dengar dari anak yang lain, lo ikut daftar di komunitas Famaur, Tika?"

Pertanyaan Zilo turut mengundang tanda tanya di benak Runy.

"Benar yang di bilang Zilo, lo ikut?" tanyanya memastikan.

"Iya." Jawab Cantika. "Tapi gagal."

Kedua temannya itu saling pandang satu sama lain. "Kok bisa?" ujar mereka kompak.

Cantika menghembuskan napasnya berat, menatap balik kedua temannya dengan lesu.

Beberapa jam yang lalu. Setelah bersungguh-sungguh dan yakin jika dirinya berhasil masuk ke dalam komunitas Famaur, berakhir kekecewaan.

Di mana Cantika yang saat itu hendak ikut seleksi terhalang oleh anggota Famaur yang lain, bukan cuman Topan, tapi Rolex menolak selembar daftar dirinya untuk masuk komunitas mereka.

Dengan kesal, Cantika membuang kertas itu tepat di muka Rolex hingga membuat pria itu kesal.

Hampir saja jati dirinya terbongkar jika Ale tak datang waktu itu untuk menjauhkan Rolex yang curiga pada Cantika.

"Lo selamat kali ini, next time lo nggak akan lolos!" geram Rolex sembari meninggalkan tempat seleksi komunitas.

Dan Cantika pun pergi dengan tangan kosong. Darinya sudah melakukan kesalahan. Entah bagaimana nasib kedepannya, mengingat Rolex terkenal sebagai pria tak punya hati.

"Bahaya Tika, lo kenapa bisa lelas kontrol di depan Rolex?" sahut Runy yang tak habis pikir setelah mendengar cerita Cantika.

"Mau gimana lagi? Habis aku kesal, masa cuman penampilan mereka nolak aku tanpa harus liat skil aku terlebih dulu?" sungut Cantika.

"Lagian, lo ngeyel. Bukan apa-apa, kalo emang lo mau daftar lo bisa minta bantuan sama gue biar gue make over lo jadi cantik!" pungkas Runy dan di setujui oleh Zilo.

"Enggak usah. Aku lebih baik kaya gini, jadi diri aku sendiri. Lagian aku udah nggak tertarik dengan komunitas sialan itu!"

"Untung di sini sepi, kalo rame lo bakalan jadi pusat perhatian orang-orang atas cacian lo sama Famaur," tukas Zilo tapi Cantika hanya mengangkat bahunya acuh.

Memang mereka bos? Sampai-sampai orang lain tak boleh menyebut Famaur dengan sengaja? Cantika masih penasaran akan komunitas itu. Jika dirinya tak bisa masuk maka jalan satu-satunya untuk mencari dalang penganiyaan sepupu Tian, Cantika harus berteman baik dengan mereka. Tapi ... bagaimana caranya? Dirinya sudah membuat Rolex marah.

"Kenapa lo diam mulu. Apa yang lo pikirkan, hm?" Cantika menatap Runy sejenak.

"Apa, lo butuh bantuan?" papar Runy seakan mengerti maksud tatapan Cantika saat itu.

"Iya." Kali ini Cantika memajukan tubuhnya mendekat pada meja, menatap Zilo dan Runy secara bergantian.

"Kalian tau nggak cara yang ampuh buat berteman baik dengan anak Famaur?"

Uhukk!

Zilo tiba-tiba tersedak setelah mendengar perkataan Cantika. Teman barunya itu seakan-akan tak gencar untuk famous dengan komunitas Famaur.

"Lo nggak halu, kan?" sinis Zilo.

Cantika mengeleng. "Siapa yang halu, aku serius nanya!"

Zilo mengusap-usap dagunya. "Gue perhatikan, kenapa lo kekeh banget pingin dekat-dekat sama mereka. Lo sebenarnya siapa?"

Pertanyaan Zilo membuat Cantika kelabakan tapi sebisa mungkin Cantika mengubah mimik wajahnya. "Aku siapa? Hahaha ... aku Cantika, lah. Gini, nih, aku cuman ...,"

"Cuman apa?" timpal Runy yang turut penasaran.

"Aku cuman mau berteman baik dengan mereka. Kan, aku udah buat Rolex marah, aku takut aja mereka bully aku. Jadi, sebelum itu terjadi aku antipasi untuk minta maaf, gitu loh."

Zilo dan Runy menggangguk mengerti. Syukurlah. Ucap Cantika tatkala kedua temannya tak lagi curiga. Bisa kacau jika terbongkar.

"Lo bisa deketin Ale. Dia salah satu anak Famaur yang humble, sih. Cuman, awal-awal Ale sedikit cuek sama orang baru apa lagi orang yang cuman tebar pesona ke dia," usul Runy.

"Saran gue sih, lo nggak usah dekat-dekat sama mereka," tutur Zilo santai.

"Kenapa begitu?" Cantika menautkan kedua alisnya.

"Setelah lo kenal sama mereka, gue nggak yakin mereka akan lepas tangan tentang masalah lo. Famaur bukan komunitas biasa. Mereka lebih dari itu. Kalo lo masuk, lo nggak akan bisa keluar lagi. Pikir baik-baik ucapan gue sebelum lo menyesal,"

Perkataan Zilo membuat Cantika gundah. Jika bukan seperti itu lalu harus cara apa untuk dekat dengan anak Famaur?

"Gue ada idea. Cuman nggak yakin, sih." Celetuk Runy.

"Apa?" tanya Cantika.

"Lo jadian sama salah satu dari mereka. Gue yakin lo nggak akan di bully atas tindakan lo ke Rolex saat itu,"

Cantika spontan menjatuhkan kepalanya di atas meja, sedangkan Zilo tertawa lepas.

Runy menyergit heran akan kedua temannya itu. "Terus aja lo ketawa, sampe mampus!" sungutnya pada Zilo.

"Lagian lo juga ngasih idea aneh-aneh,"

"Aneh gimananya, coba?"

"Cantika yang penampilan seperti ini? Lo yakin mereka mau sama Cantika? Seleksi komunitas Famaur aja Cantika di tolak gara-gara penampilan cupu," beber Zilo.

"Astagfirullah!" teriak Runy panik membuat Cantika dan Zilo terkejut.

"Apaan sih, teriak mulu, lo kira ini hutan?" sahut Zilo kesal seraya mengusap kasar telinganya.

"Kita dalam masalah besar!" paparnya.

"Kalo ngomong yang jelas!"

"Masalah apa, Run?"

"Pelajaran Pak Paijo sekarang dan kita masih noki syantik di warung!" tuturnya sambil berdiri.

Zilo langsung menatap jam tangannya. "Mampus! Kita harus gegas pergi sebelum ketahuan bolos!"

Cantika yang masih anak baru tampak bingung akan kepanikan Zilo dan Runy. Siapa Pak Paijo? Guru bk?

"Tika ayo! Lo mau di hukum ama pak Paijo?" ujar Runy menyandarkan Cantika dari lamunannya.

Dengan segera mereka bertiga mengendap-endap di sepanjang koridor sekolah yang tampak sunyi. Gara-gara keasikan mengobrol di warung belakang- notebenya tak akan terdengar suara bel masuk- hingga akhirnya mereka bertiga berakhir di balik tembok saat pak Paijo masuk ke dalam kelas.

"Kita terlambat!" desah Zilo menyandarkan punggungnya pada dinding. "Udah terlanjur bolos, mending bolos, yuk!" ajaknya.

"Boleh, kemana nih?" timpal Runy yang sudah pasrah.

"Atap?"

"Eum ... Kuy!"

"Lo ikut nggak?" ajaknya pada Cantika yang sedari tadi hanya diam.

"Kalian berdua duluan, aku nanti nyusul. Mau ke kamar mandi dulu," ucap Cantika.

Zilo dan Runy pun berjalan berlawanan arah dengan Cantika. Merasa kedua temannya sudah menghilang di ujung koridor, Cantika kembali ke tempat semula, menatap lurus pada area taman samping sekolah.

"Sienggar?" cicit Cantika saat tak sengaja menemukan sosok Sienggar tengah duduk di balik pohon mangga.

"Sedang apa dia di sana, di jam pelajaran pula."

Dengan hati-hati Cantika mendekat padanya, bersembunyi di balik pilar dengan tatapan mengarah pada Sienggar.

"Dia sedang apa? Kok aneh?"

Melihat gerak-gerik Sienggar yang tak tentu. Jiwa penasaran Cantika yang besar membuat Cantika kian dekat dengan Sienggar.

Tepat di balik pohon samping Sienggar duduk, Cantika menelongok wajahnya guna mengintip namun Cantika melebarkan matanya sempurna saat tak menemukan Sienggar di sana.

"Kemana dia?" gumam Cantika mengedarkan pandangan ke seluruh taman. Hingga saat berbalik Cantika terkejut bukan main mendapati Sienggar tengah bersandar di pohon yang sama, kedua tangannya di tengelamkan ke saku celana dengan tatapan mengarah tajam pada Cantika. Seakan-akan mengatakan, 'ngapain lo!'

"Si-siengar?" cicit Cantika pelan.