Cantika menatap Runny dengan bingung. Tak biasanya gadis itu terlihat tampak cemas.
Mereka masih berada di koridor sekolah menunggu hujan reda. Selama satu jam ibu kota di guyur oleh hujan membuat sebagian besar siswa memilih untuk bernaung di sekolah.
"Kenapa muka kamu ditekuk gitu?" ujar Cantika sembari mengangkat salah satu alisnya.
"Itu, Zilo." Gumam Runny membuat Cantika semakin heran.
Baru saja berkenalan dengan Runny dan Zilo, Cantika bisa menebak jika mereka memang memiliki perasaan yang sama tapi tak pernah di ucapkan satu sama lain.
"Memangnya Zilo kenapa sampai wajah kamu ditekuk seperti itu?" tutur Cantika.
"Zilo mau ikut seleksi Famaur!" ujar Runny sembari menoleh sekejap pada Cantika. Sedangkan Cantika melebarkan matanya sempurna.
"Seleksi Famaur?" gumam Cantika dan di angguki oleh Runny.
"Dia mau coba ikut masuk ke dalam komunitas Famaur. Gue udah coba buat nggak aneh-aneh, tapi dia ngeyel tetep ikut. Lo tau apa yang bikin dia ngeyel mau ikut seleksi?"
Cantika mengelengkan kepalanya.
"Dia cuman ingin lihat ketua Famaur! Cari mati emang tuh orang!" seru Runny sebal.
Di saat Runny tengah mengomel akan sikap Zilo yang ingin mengajukan diri ke Famaur lain halnya dengan Cantika yang tengah berpikir agar dirinya pun bisa masuk ke dalam komunitas Famaur. Namun, bagaimana bisa?
Sedang asik-asiknya mengobrol, deting ponsel Cantika berbunyi, kedua alisnya saling bertautan melihat nama stevi terpampang jelas di layar ponsel.
"Run, aku angkat telepon dulu, ya?" ujar Cantika sembari melenggang pergi meninggalkan Runny.
Merasa sudah cukup jauh dari jangkauan Runny, Cantika langsung mengangkat telepon dari sahabatnya yang ada di Cirebon.
"Halo, kenapa?"
Terdengar napas yang memburu membuat Cantika heran. "Kenapa Stevi? Tumben lo telepon gue?" bisik Cantika agar tidak ada yang tahu.
"Gawat Tika!"
"Gawat kenapa?"
"Lo bisa tolongin kita nggak? Gue sama Mayang lagi ada di tengah-tengah orang tawuran! Lo bisa tolongin kita nggak?!" seru Stevi panik.
"Lah, lo pikun? Gue di Jakarta bukan di Cirebon Stevi. Lagi pula, lo berdua kenapa bisa ada di sana sih? Mau cari mati apa?" cecar Cantika kesal akan kedua sahabatnya yang sering kali berulah.
"Omg! Gue lupa. Terus gue minta tolong ke siapa dong? Aishh ... gue bingung mana Mayang masih di belakang. Gue takut dia kenapa-napa!"
"Telepon polisi Stevi bukan telepon gue! Punya temen kok bego!" cecar Cantika kesal.
"Oh iya! Gue tutup dulu!"
Pangilan pun di matikan tapi tak lama kemudian Stevi kembali meneleponnya.
"Apa lagi?" ketus Cantika.
"Nomor polisi apaan Tika, gue nggak pernah kontek-kontekan sama polisi malah di suruh telepon!" sembur Stevi yang masih mengumpat di balik semak-semak.
Cantika menepuk jidatnya sendiri. "Untung lo jauh kalau nggak gue pites kepala lo!"
"Stevi! Lo ngapain ngejogrok di situ? Lari bego!" terdengar teriakan Mayang dari sana.
Cantika bisa menebak jika sebentar lagi Mayang pasti akan mengoceh tiada henti saat melihat Stevi. Mengingat kedua sahabatnya membuat Cantika mendadak rindu akan mereka berdua.
"Lo berdua hati-hati gue nanti akan telepon lagi!" ucap Cantika segera mematikan pangilannya saat melihat beberapa siswa maupun siswi memilih menundukkan kepala saat kedatangan dua pria yamg tengah berjalan di ujung koridor.
"Siapa mereka?" gumam Cantika.
"Anak Famaur."
Cantika terkejutnya bukan main mendengar seseorang berbicara di sampingnya. Dan, saat menoleh wajah Zilo tengah tersenyum sembari menepuk pundak Cantika.
"Kenapa wajah lo kek terkejut gitu liat gue?" ujar Zilo membuat Cantika sentak langsung mengubah mimik wajahnya.
"Hah? Masa sih?" papar Cantika sambil mengalihkan pandangan ke arah lapangan, di mana dua Pria yang menjadi pusat perhatian tengah berjalan di bawah hujan seakan tak mempermasalahkan akan basah kuyup.
"Apa anak Famaur semuanya seperti itu?" tanya Cantika yang masih memperhatikan mereka.
"Darren dan Lux."
Cantika menoleh sembari mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya?"
"Nama Mereka berdua. Darren sama Lux. Mereka terkenal di kalangan anak Famaur yang lain cuman bukan mereka aja sih ada juga si Nata, Ajun dan Rafael. Ke lima pria itu yang paling populer dari yang populer di Famaur." Jelas Zilo saat itu.
"Aku perhatiin kamu kok tahu banget tentang Famaur?"
"Tentu aja gue tau orang gue fans Famaur. Bahkan gue berharap bisa masuk ke Famaur."
Cantika terdiam sejenak lalu menoleh ke kanan dan kiri. Mengingat jarak antara dirinya dengan siswa lain begitu jauh membuat Cantika ingin sekali mengali tentang Famaur dari Zilo.
"Eum ... Kamu bilang kamu tahu semua tentang Famaur. Kalau ketuanya kamu tahu?"
Mendengar pertanyaan Cantika langsung membuat Zilo tegang sambil melebarkan matanya sempurna. "Ngapain lo nanya ketuanya ke gue? Mana lo tanya masih di area sekolah lagi, gimana kalau anak Famaur dengar? Inget, tembok bisa aja dengerin omongan lo!"
"Cuman nanya aja reaksi kamu kaya maling yang ketangkep," cibir Cantika yang merasa percuma jika mengali informasi tentang Famaur lewat Zilo. Cantika pun memutuskan untuk pergi Zilo dari belakang.
Di lain tempat. Mayang serta Stevi baru bisa bernapas lega saat berhasil keluar dari tawuran antar siswa di Cirebon.
Kini, kedua sahabat itu tengah duduk di salah satu kursi taman sambil mengatur ritme jantung masing-masing.
"Semua ini gara-gara lo! Kalau lo nggak turun buat nemuin cowok soo ganteng itu kita nggak bakalan ampes kaya gini!" cecar Mayang menatap kesal pada Stevi.
Di sebelah Stevi hanya diam saja, gadis itu tampak bersalah. "Maaf, gue nggak ulangi lagi deh."
Mayang hanya mendengkus sebal mendengarnya. "Lo tadi telepon siapa?"
"Cantika."
Mendengar nama Cantika membuat Mayang langsung menoleh. "Cantika?" tanya Mayang sekali lagi.
"Iya Cantika."
"Kenapa lo nggak bilang sama gue? Gue mau minta Cantika penjelasan. Masa pindah sekolah nggak bilang-bilang sama kita?"
Mayang pun kini mengeluarkan ponselnya lalu segera menghubungi Cantika. Namun, tak ada balasan dari Cantika membuat Mayang kesal.
"Lo telepon Cantika?"
"Ya."
"Di angkat nggak?"
"Boro-boro di angkat, tersambung aja kagak!" oceh Mayang sebal.
"Kok bisa?"
"Pulsa gue abis. Pake ponsel lo aja!" ujar Mayang yang mampu membuat Stevi tertawa lepas.
"Bilang dong dari tadi!" sahut Stevi sembari tersenyum geli. Sedangkan Mayang hanya memutar bola matanya malas.
Tak lama kemudian pangilan pun di angkat oleh Cantika. Sebuah senyuman terpampang jelas di layar ponsel saat Stevi memilih video call ketimbang pangilan suara.
"Gue kangen kalian berdua!" seru Cantika dari seberang.
"Gue juga kangen sama lo. Lo kenapa sih pindah sekolah segala?" tukas Stevi.
"Sorry gue nggak bisa pamitan sama lo berdua. Gue pindah juga ada yang mesti gue selidiki tentang kasus saudara gue." Jelas Cantika masam.
"Kasus penganiyaan saudara lo belum terungkap juga?" timpal Mayang yang turut sedih atas yang ditimpa Cantika.
"Yah. Btw, lo berdua kenapa bisa ada di tawuran? Lo mau jadi jagoan hah?" omel Cantika menatap wajah kedua sahabatnya dengan tajam.
"Semua ini gara-gara Stevi!" ketus Mayang.
"Lo mah, gue udah minta maaf masih aja di salahin!" cetus Stevi.
"Memang salah lo. Andai aja lo nggak nyamperin tuh Juni eh sapa itu, kita nggak bakalan kaya gini," tutur Mayang yang kembali mengoceh.
"Juni siapa?" tanya Cantika heran.
"Ceritanya panjang. Btw, lo lagi di toilet terus lo kok pake kacamata? Gaya lo juga kek orang culun. Lo nyamar?" papar Mayang yang sedari tadi memperhatikan pakaian yang digunakan oleh Cantika.
"Ho'oh. Dan salah satunya harus merubah penampilan. Gue mesti cari tahu tentang Famaur." Kata Cantika saat itu.
"Semengerikan apa sih komunitas Famaur itu? Gue jadi kepo!" sahut Stevi dan di angguki oleh Mayang.
"Justru gue juga penasaran akan Famaur. Kalo lo berdua sekolah di sini gue jamin mata lo akan terus cuci mata setiap hari," tukas Cantika sambil tersenyum lebar.
"Wah parah lo. Inget tujuan awal lo pindah buat apa?" sahut Stevi.
Cantika hanya tersenyum menanggapi ucapan Stevi.
"Tika, gue rasa Famaur terlalu bahaya. Mendengar cerita lo terkait Famaur yang terlalu privat, gue jadi takut lo di sana kenapa-napa," seru Mayang yang tak tega melihat sahabatnya tengah mencari bukti sedangkan dirinya tak bisa bantu.
"May, lo tenang aja. Gue baik-baik aja kok di sini. Cuman ya gitu, gue di bully gara-gara penampilan culun tapi gue udah punya temen kok, dia Runny nanti gue kenalin dia ke lo berdua,"
"Cantika lo di dalam?" pangil Runny dari depan kamar mandi membuat Cantika langsung mematikan pangilannya.
"Gawat!" gumam Cantika.