Aku berjalan mengekor juragan Somad memasuki ke hotel yang sudah di sewanya. Aku tidak bisa mengelak dan lari karena tangan ku di cekal nya sangat keras sehingga aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Biarlah, dia membawaku yang penting dia tidak bisa melihat wajahku dan selama itu pula aku harus mencari cara supaya bisa terlepas dari pria tua ini.
Langkahku sengaja diperlambat bukan ingin berlama-lama berjalan bersama Pria ini, tetapi aku mau mencari cara untuk melepaskan diri dari juragan Somad sebelum kami sampai di kamar hotel. Tanganku masih dicekalnya, namun dia terlihat sangat penasaran dengan wajahku yang sedari tadi tidak ku perlihatkan.
"Wajahmu ini, aku ingin sekali melihat nya! Apa perlu aku melebihi bayarannya supaya aku bisa memandang wajah mu, yang pastinya cantik sekali?" Pinta juragan Somad mencolek dagu ku dengan rayuan yang mematikan.
"Bagaimana kalau anda melihat wajahku ketika kita sampai di kamar saja? Katakan saja ini sebuah kejutan dari ku, untuk pelanggan terbaikku!" Seru ku semoga saja lelaki tengil ini mau menerima alasan ku.
"Oh.. ckckck..jadi ini toh alasan mu, tidak memperlihatkan wajah ayumu? Baiklah jika seperti itu, saya siap menunggu kejutan dari mu manis." Tangan nakalnya kembali mencolek dagu ku hingga berkali-kali, membuat aku ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya.
Senyum palsuku mengiringi tingkahnya yang begitu pecicilan bagaikan orang dalam gangguan jiwa saja. Pokoknya aku sangat ingin muntah melihat perlakuan nya. Dibanding melayani dia, mungkin lebih baik aku melayani bocah saja sekalian dari pada si tua bangka yang sikapnya lebih dari bocah tengil.
Tidak lama kami sudah berada di depan dalam ruangan hotel menemui Front office untuk check-in penyewaan hotel tersebut. Juragan Somad menghampiri salah satu staf karyawan yang berkedudukan sebagai front office, dan meminta nomor kamar yang akan kami tempati untuk bermalam.
"Selamat malam. Ada yang bisa kami bantu?" Ucap karyawan perempuan yang bertugas sebagai front office hotel, dengan sangat ramah ketika menyambut kedatangan kami.
"Hehehe..ada dong cantik. Saya ingin mengambil kunci kamar! Kalau bisa dengan nomor kamu sekalian, biar nanti kita bisa teleponan! Begitu. Iya, kan?" Kini rayuan itu mampir di karyawan front office perempuan, yang menyambut kami ramah barusan.
Dia terus mengeluarkan jurus jitu nya di depan para wanita cantik yang menjadi incaran nya. Dagu Wanita itu terus-menerus di colek-colek, hingga terlihat sangat tidak nyaman dengan sikapnya yang tengil tersebut. Mungkin kalau dia bisa, dia akan melipat tangannya hingga patah. Atau paling tidak kulitnya yang sudah mulai keriput itu, dia tarik saja supaya dia sadar diri bahwa dirinya itu sudah tidak lagi muda.
Akan tetapi hal itu tidak bisa dia lakukan mengingat juragan Somad salah seorang pelanggan, yang kayaknya sering mampir ke hotel tersebut untuk membawa para wanita seperti ku bermalam di hotel ini.
Dia hanya bisa tersenyum kecut sambil sesekali dia menepis tangan juragan Somad dengan sedikit kasar karena terus mengganggunya. Aku berniat untuk menghentikan pria ini, namun aku teringat akan sesuatu yang tiba-tiba saja mampir di otakku.
Benar. Dengan membuat pria ini sibuk bersama wanita, dia akan melupakan orang sekeliling nya meskipun orang itu pergi meninggalkan nya. Aku tahu itu dari semenjak dulu, sebelum aku berada di tempat ini sekarang. Juragan Somad akan sangat tidak fokus, kalau ada wanita yang melayaninya meski hanya mengobrol saja.
Aku harus melakukan itu kalau mau pergi dari nya! Ku kedipkan sebelah mataku kepada wanita front office yang kini sedang di rayu pria tua ini. Aku memberikan tanda untuk Wanita itu, supaya dia mau mengajak juragan Somad berbincang dulu.
Beruntungnya wanita itu menoleh ke arah ku, sehingga bisa dengan mudah aku memintanya untuk melakukan apa yang aku minta. Dia terlihat kebingungan ketika aku memberikan sebuah kedipan mata, mungkin belum mengerti apa yang aku maksudkan.
Dia menaikan sebelah alisnya untuk balik memberikan tanda bahwa dia tidak mengerti apa yang aku maksud. Aku tahu jika wanita itu tidak mengerti apa yang diinginkan, berarti kode ku harus diperjelas. Dibuatlah telunjuk ku mengarah ke punggung juragan Somad, juga ku buat tangan ku seakan sedang berbicara sehingga dia mengerti apa yang aku inginkan.
Dia tersenyum setelah mengerti, lalu menganggukkan kepalanya tanpa pikir panjang wanita itu mulai menjalankan rencana ku. Dia menggenggam tangan juragan Somad dielusnya lembut sambil merayu pria tua ini dengan gombalan-gombalan khasnya.
Seketika juragan Somad meleleh termakan oleh rayuan wanita cantik, yang berprofesi sebagai front office tersebut. Untung lah dia mau menurunkan harga dirinya sebentar, demi membantuku walaupun orang yang tidak dia kenal sama sekali.
Mungkin ini balasan karena aku sudah menolong Reina tadi, Yang aku juga belum mengenalnya bahkan baru kali pertama kami bertemu. Tuhan memang baik, dan maha adil sebuah perbuatan yang baik sudah aku dapatkan dengan baik pula.
Saat juragan Somad sedang sibuk menggombal dengan wanita di hadapan nya, dengan gegas kaki aku langkah kan sangat perlahan. Aku mau berusaha keluar, tapi bukan melalui jalan depan sebab sudah pasti ada anak buah juragan Somad di luar menunggu bos-nya pulang. Aku memutuskan untuk mencari jalan lain yang pastinya ada jalan keluar di pintu belakang.
Segera aku pergi, lalu ku cari pintu lain supaya bisa dengan Segera aku lari dari pria tua bangka ini. Ku berjalan mengelilingi besarnya gedung hotel ini. Menghampiri semua pintu yang ada di dalam hotel, untuk meyakinkan jika itu pintu keluar lainnya.
Setelah aku muter-muter mencari di bawah namun tidak aku temukan, aku memutuskan untuk naik ke lantai atas takut juragan Somad mengejarku. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya di sana, dan aku bisa terbebas dari pria tua ini. Kumasuki lift yang menuju ke tingkat lantai atas, supaya aku bisa menghindari kejaran nya jika aku menggunakan lift karena jika melalui tangga mana mungkin aku bisa ke atas dengan cepat dan juragan Somad pasti akan segera menemukanku.
Celingukan berjalan dengan sangat tidak fokus sehingga tidak tahu arah kemana aku kini melangkah. Rasanya sudah terlalu jauh aku memutari gedung ini, sudah sangat capek aku berjalan lagi hingga makin ke lantai atas kini aku berada.
"Di lantai berapa aku sekarang?" Gumamku, kebingungan dengan keberadaan ku saat ini.
Ku lanjutkan langkah kakiku, sehingga aku makin kebingungan sekarang. Mungkin aku sedang kesasar oleh banguna besar ini, saking tidak fokusnya pikiran ku. Semakin dalam, semakin aku kebingungan sehingga aku menyentuh pintu yang mungkin tidak terkunci dan pastinya terbuka sedikit.
Betapa aku terkejut ketika seseorang mencekal tanganku dan membuat tubuhku mendekat kepada nya, sehingga aku berada tepat di dada kekarnya. Aku memandang wajah nya yang kini sudah berhadapan dengan wajahku, sehingga hidung kita hampir mau bersentuhan.
Tapi aku merasakan hembusan nafasnya menyengat bau alkohol berkadar tinggi. Sehingga membuat aku memalingkan wajahku tanpa aku lihat dengan jelas wajahnya. Namun sudah pasti ini bukan juragan Somad, sebab dari bentuk tubuhnya saja sudah sangat jauh berbeda. Jadi, aku sudah sedikit tenang Sekarang terbebas dari genggaman nya. Paling tidak aku bisa menyembunyikan pekerjaanku lagi dari keluarga ku.
Aku rasa, sekarang saatnya harus pergi tanpa memperdulikan pria yang kini memelukku. Aku harus segera mencari jalan keluar untuk ku, sebelum terlambat. Namun kakinya menyangga kakiku yang berusaha untuk melangkah keluar dari kamar itu, sehingga aku tidak bisa menahan berat tubuh ku dan membuat kami terjatuh bersamaan ke atas kasur empuk miliknya.