Aku terkaget seketika Kala memasuki ruang kamar yang sangat besar dan mewah ini. Aku terpaku dengan hanya terdiam saja tanpa mau melakukan apa-apa. Bukan hanya dengan keadaan kamar ini aku terpesona, tetapi dengan sosok pria yang kini merangkulku dan menempatkan ku di dada bidangnya.
jantungku dag… dig..dug..tak karuan, tidak bisa menahan pacu yang sangat kuat di dalam jiwaku. semakin ku pandang wajahnya, semakin aku terpesona dengan wajah tampannya yang kini berdiri tepat di hadapan ku. Dia mengelus lembut wajahku, namun membuat aku sedikit risih. bukan karena sentuhan nya, tapi karena sikap ku yang seakan tidak sopan memasuki kamar orang yang tidak dikenal.
"Maaf, saya tidak sengaja masuk ke kamar mu!" Lirih Ku menyesal telah Sembrono masuk ke kamar orang.
"Tidak apa, aku suka dengan kedatangan mu. Sebenarnya aku sudah menunggumu dari tadi, dan kini kau datang. Mana bisa aku membiarkan ini?" Desahnya terus menyeka rambut ku yang terus nakal terurai menghalangi wajah cantik ku.
"Apa? menungguku? Sejak kapan kita bertemu? Bukankah aku orang asing bagimu?" Aku keheranan mendengar perkataannya yang ngelantur itu. Aku maklumi itu, karena aku tahu bahwa pria ini berada dalam pengaruh alkohol.
Ku buat tubuhnya menjauh dari tubuhku untuk menghindari apa yang nantinya akan terjadi jika tidak aku tepis kan. Namun bukannya dia melepaskan lingkaran tangannya yang berada di pinggulku, dia malah melumat habis bibirku tanpa ampun. Dia tidak membiarkan aku berbicara lagi, yang dia tahu aku akan menolaknya.
Tubuhku dia buat menjauh dari lawang pintu kamar nya, membawa ku sedikit ke dalam kamar setelah itu baru terdengar bunyi suara pintu tertutup keras.
Brugg….
Seketika pintu itu tertutup setelah kakinya mendorong pintu kamar nya dengan sengaja tanpa menggunakan tangannya, sebab tangannya sibuk berada dalam area-area tertentu di tubuhku. Dia melumat bibirku sambil mengiring ku dari pintu masuk hingga keranjang tidurnya, tanpa mau melepaskan pagutan bibirnya.
Dengan sedikit tenaga, dia mulai melepas semua pakaian yang melekat di tubuhku membuat kini diriku polos tanpa sehelai benang pun di tubuhku. Melihat keindahan tubuhku yang putih bersih tanpa cela, pasti siapa pun yang berada di posisinya akan membuat semua lupa diri mungkin begitu pula dengan dirinya.
Dengan tidak sabaran dia kini mulai menjelajah buah melon ku dengan terus diremasnya, yang sesekali dia cicipi dengan bibirnya. Aku merasakan hal itu dengan melampiaskan nya melalui suara lirihan yang kini memenuhi ruangan itu. Terdengar pula Suara seksi yang keluar dari mulutnya, membuat aku makin terbuai oleh nya.
Seketika tangannya menyangga kakiku, hingga aku jatuh terjengkang di kasur empuk miliknya, tapi bibirku masih saja berada dalam lumatan di bibirnya tanpa dia mau melepaskan kecupan tersebut.
Badan pria ini terjatuh tepat di atas tubuhku, hingga kita saling menatap dalam keadaan tubuhnya menindih tubuhku. hembusan bau alkohol yang menyengat dari nafasnya, yang bercampur dengan wangi parfum mahal yang dia gunakan saat ini membuatku semakin melayang ke angkasa.
Setelah di perhatikan aku mengenal pria ini, meskipun keadaan nya yang sangat kacau. Wajahnya yang kusut, juga rambut nya yang acak-acakan membuat aku hampir melupakan wajah tampannya.
Semakin ku perhatikan, semakin aku mengenal nya sehingga membuat aku nyaman meski dia menindihku. Memang berat sih, karena tubuh nya lumayan berisi. Akan tetapi jika melihat ketampanan nya, membuat aku lupa kalau Pria ini sedang berada di atas tubuhku. Ya, dia Alexa pria yang aku temui dua puluh empat jam yang lalu.
"Alexa?" Seruku kaget. Tapi tak bisa di pungkiri perasaan ku sangat senang sekali mengingat aku mendambakan pria ini semenjak kita bertemu.
"ya, sayang. ini aku. kau baru menyadari nya?" ucap Alexsa dengan mengernyit kan dahinya.
"benarkah ini, kamu?" Aku kembali menyentuh wajahnya untuk meyakinkan jika pria yang kini berada di atas tubuhku memang dia.
"hemm." Anggukan kepalanya mengakhiri ketidak percayaan ku.
Aku pikir itu hanya bayangan semata, namun sekarang aku berada dalam satu ranjang yang sama. Baru beberapa puluh jam aku tidak melihat wajah tampannya, akan tetapi saat ini aku bertemu lagi dengan nya. Dan dengan kesalahan yang sama sekali tidak aku rencanakan, kita kembali bertemu.
Tapi sayangnya kita bertemu dengan kondisi yang berbeda, sepertinya dia dalam keadaan tidak sadar akibat jahatnya air beralkohol membuat membuat sikapnya pun berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang asalnya sopan dan pendiam, sekarang menjadi penuh hasrat dan tidak menghargai perempuan.
Untungnya ini terjadi padaku, yang setiap harinya menemui pria seperti ini bahkan lebih. Coba kalau bukan sama aku, sudah pasti dia akan kena gampar dari mereka. Alexa akan dianggap sebagai pria tidak berakhlak, yang tidak menghargai apa itu artinya menghargai wanita. Karena ini aku Aneska si wanita kupu-kupu malam, menghadapi pria begini sudah menjadi makanan sehari-hari. Bukan hal yang menakutkan bagiku, apalagi dia Alexa yang notabenenya bukan pria hidung belang sudah pasti tidak aneh lagi.
Ku coba untuk membuat tubuhnya Alexa menepi dari atas tubuhku, namun dia tidak mau itu terjadi.
"Tunggu sebentar! Apa kita perlu bicara dulu?" Pinta ku sambil menjauh kan bibir yang mau mengecup ku lagi.
"Ada apa?"
"Sedang apa kau di tempat seperti ini?" Tanyaku sedikit kebingungan dengan keberadaan nya di hotel ini.
"Sudah ku bilang, aku sedang menunggu mu." Jawabnya terkekeh sambil menyunggingkan bibirnya.
Sedikit bingung, namun ku coba untuk mencerna ucapan nya. Aku berpikir untuk tidak mencecarnya dengan pernyataan ku dulu. Dia kini sedang di bawah pengaruh obat, tidak mungkin akan menjawab ku dengan baik. Pasti dia akan bicara dengan pernyataan yang sedikit tidak nyambung.
Sebaiknya aku harus menjauh kan tubuhnya dari ku, supaya dia berhenti melakukan hal ini dan segera sadar dari pengaruh alkohol tersebut. Bukan aku tidak mau, tapi aku tidak ingin mengotori kesucian nya sebagai pria baik-baik oleh diriku yang sangat tidak layak untuk nya.
Bukannya berhasil lepas darinya. Tangannya malah mencekal tangan ku sangat kuat, hingga diriku tidak mampu melawan tenaganya. Dia malah membuat wajahnya mendekat kepadaku. Semakin dekat semakin aku merasakan hembusan nafasnya, semakin aku menginginkan hal itu. Kini mulutnya semakin dekat pula dengan mulutku. Ingin aku menghindar, namun tidak bisa aku lakukan sebab aku pun mengharapkan ini terjadi.
Matanya menatap mesra ketika memandangku, senyumnya merekah mungkin bahagia berada di posisi itu. Sehingga aku pun menyambut senyuman nya. Bibirnya yang merah kini melumat habis lagi bibirku terasa semakin ganas, hingga membuat aku kehabisan nafas. Ah, sekarang bodo amat walaupun dia dalam pengaruh alkohol, yang penting aku juga menikmati itu hingga ku pejamkan mataku sambil kumainkan lidahku dan membiarkan kedua bibir ini untuk berperang.
Kini bayangan ku melayang jauh di angkasa, bersama desahan dari pria yang kini mulai merasakan manisnya bibirku. Pagutan bibir nya di hentikan, lalu menyasar di leherku yang putih ini tanpa terlewatkan. Dalam pikirku berharap semoga dia tidak meninggalkan jejak merah di sana, supaya tidak ada corak bekas bibirnya di leherku.
Semakin dalam semakin aku larut dalam nikmatnya lumatan bibirnya, sehingga aku tidak menyadari nya kalau ternyata bibir pria ini sudah berada di pucuk gunung kembar ku.
Aku tidak mau menepis nya, ini kesempatan ku untuk mendapatkan pria ini dan memutuskan untuk aku biarkan dia melakukan apa yang di inginkan nya. Lidahnya menyeka ke seluruh tubuhku, dengan sangat mesra sekali sehingga membuat semua bulu halus ku merinding.
"Ah..... Hany." Desahnya sambil terus meremas-remas buah dadaku.