"Kau mau ini?" Ujar pria yang kini di hadapan ku. Dia menawarkan segelas minuman yang mungkin berkadar alkohol yang lumayan tinggi untuk yang pemula seperti ku.
"Hey? Kau dengar aku?" Pria itu kembali menyentuh ku, karena tidak adanya jawaban dariku.
Aku hanya terfokus pada pria CEO yang berada di depan, lumayan jauh dariku. Aku khawatir sekali pada nya walaupun belum ada reaksi dari obat yang tadi di masukan ke dalam jus oleh Wanita yang bernama Donna, Donna itu.
Biarpun dia terlihat baik-baik saja, namun tetap saja dia sudah meminum itu dan aku melihat nya dengan mata kepalaku sendiri. Atau mungkin saat ini dia masih terlihat baik, tidak tahu setelah beberapa menit lagi apa obat itu akan mulai beraksi seperti dugaan ku? Entahlah, yang pasti saat ini dalam pikiran ku sangat berkecamuk. Penuh perasaan khawatir, dan yang paling besar adalah rasa bersalah ku kalau sampai ada apa-apa padanya.
Ku lihat dia memainkan kerah bajunya dan terlihat sangat gelisah sekali, keringat nya mulai membasahi tubunya terlihat dari bajunya yang kini mulai basah. Tidak mau diam walaupun banyak orang yang mengajak nya berbincang, seperti nya dia sudah tidak fokus lagi. Aku yakin racun itu mulai bereaksi di tubuhnya.
"Kau ini kenapa, hanya bengong? Lihat apa di depan?" Pria yang di hadapan ku, kembali menyadar kan aku dengan pertanyaan nya tersebut.
"Oh, maaf! Aku sedang banyak pikiran. Anda bicara apa barusan?" Seruku sedikit tegang, takut dia marah padaku karena aku mengacuhkannya.
"Aku menawarkan mu minum, kau mau? Kita duduk, dan mimun bersama. Setelah itu kita pergi, aku sudah tidak sabar ketika mencimun wangi tubuh mu!" Rayu pria ini sangat tengil mana dia colek-colek daguku lagi, tidak sopan.
Ingin sekali aku melipat tangannya sampai patah, biar dia itu kapok dan mau menghargai perempuan. Ku raih tangannya yang terus menyentuh ku, berpikir aku ingin melakukan itu atau memberikan sebuah bogeman keras di wajahnya.
Tapi tunggu! ada apa dengan aku ini? Dia melakukan itu padaku, karena aku sudah tahu pekerjaan ku. Aku memang pantas di perlakukan seperti ini, tidak menghargai ku sebagai wanita yang mempunyai harga diri karena menurutnya aku memang bukan wanita baik-baik.
Aku pun sadar itu, sehingga tangan yang tadinya ingin aku patahkan ku elus dengan sangat lembut berpura-pura bahagia duduk bersama nya.
"Kau juga sudah tidak sabar, kan? Tunggu sebentar lagi, setelah selesai kita langsung pergi saja!" Lontar nya sambil membalas genggaman tangan ku.
"Boleh tidak, aku minta sesuatu dari mu sebelum kita pergi?"
"Apa itu, cantik? Kau ingin apa, tinggal bilang saja! Aku akan mengabulkan ke inginan mu."
"Aku ingin berkeliling di hotel ini! Baru pertamakali aku masuk ke hotel semewah ini, aku sangat penasaran apa saja fasilitas yang ada di tempat ini!" Aku duduk di pangkuan nya, berusaha mencari alasan supaya aku bisa menolong pria Ceo dari racun yang kini mungkin sudah menjalar di tubuh nya.
Semua orang tidak ada yang tahu dia dalam bahaya. Hanya aku, juga sang asisten nya yang menaruh obat di jus nya. Itu artinya aku terlibat dalam masalah ini dan harus menyelamatkan dia sebelum terlambat. Biarlah urusan ku dengan pria ini nanti saja, dari pada aku menjadi orang jahat sebab aku membiarkan diriku menjadi pembunuh. Aku sama jahatnya dong dengan wanita tadi, kalau membiarkan pria Ceo kehilangan nyawanya.
Aku harus super extra merayu lelaki ini, supaya aku bisa lepas dulu dan menolong dia.
"Minuman apa ini?" Ku sentuh minuman yang tadi dia tawarkan kepada ku. Air yang warna nya sedikit aneh, tidak sama dengan yang orang minum.
"Ini khusus untuk mu. Kalau kau ingin berkeliling, ayo kita berkeliling dulu sebelum acara ini selesai!" Pria itu bangun dari duduknya dan menggandengku mengajak berkeliling hotel.
"Tidak. Mas tunggu saja di sini! Aku tidak mau membuat mu cape, takut nanti mengganggu aktivitas mu saat di tempat tidur." Bisik ku di telinga pria ini, mulai merayunya.
"Emm, Kau sangat pengertian sekali. Aku senang karena tidak salah pilih orang. Tapi, kamu tidak akan berusaha untuk kabur kan?" Pria ini masih ragu kepadaku, mungkin dia sedikit menyadari alasan ku.
"Aku tidak akan kabur kemanapun. Aku hanya berkeliling di Sekitar area hotel ini, seperti apa yang aku katakan tadi."
"Aku akan percaya, setelah kau meminum ini." Pria itu mendekat kan gelas yang isinya air alkohol kepada ku. Dia meminta bukti aku tidak akan lari, dengan meminum air itu.
"Biar aku saja. Aku bisa."
"Biar aku yang meminumkan nya padamu!"
Aduh bagaimana ini? Jika aku minum air ini, maka aku tidak akan sadar seratus persen. Pikiran ku akan kacau, bahkan akan lebih kacau lagi. Aku tidak seperti orang-orang yang sudah terbiasa dengan minuman ini, aku tidak akan sekuat mereka. Jangankan meminum air beralkohol, minuman yang bersoda pun aku tidak pernah meminum nya.
Kepalaku suka pusing, perutku perih kalau sekali waktu aku meminum air bersoda. Apa lagi ini air yang mempunyai alkohol, berkadar tinggi pula. Apa yang akan terjadi nanti padaku?
Aku harus menolak meminum air ini. Aku takut nanti akan membahayakan kesehatan ku, juga akal sehat ku. Akan tetapi bagaimana kalau dia curiga, anggapan nya tentang aku yang akan kabur pasti semakin kuat.
"Ini minuman yang akan membuat badan mu menjadi segera. Juga masalah yang selalu mengganggu pikiran mu, akan hilang seketik. Kau akan slow saja." Pria ini membuat gelas semakin dekat di bibirku, berusaha supaya aku bisa meminum air nya.
"Mas, juga akan meminumnya? Minum lah lagi yang banyak!" Pintaku mengulur waktu, selain itu juga aku akan membuat dia lebih mabuk lagi sehingga tidak ingat dengan ku.
Aku yakin meskipun dia terbiasa dengan minuman seperti ini, kalau terlalu banyak meminum nya pasti akan kacau juga bahkan mungkin akan ketiduran. Semoga saja ini terjadi kepadanya, selain aku bisa menolong pria Ceo aku juga akan bebas dari nya.
Aku harus membuat dia percaya padaku, satu-satunya cara adalah dengan aku harus meminum air ini meskipun entah apa yang akan terjadi kepadaku setelah ini. Yang penting aku bisa lolos dari nya, tanpa aku harus melakukan perlawanan.
Gelas berukuran kecil yang tadi aku biarkan saja, aku arahkan ke bibir lalu meminumnya tanpa ragu. Dengan dua kali tegukan, air itu sudah masuk di tubuhku dan mengalir dengan cepat.
"Hahaha.. cantiknya kau ini. Bagaimana, kau suka?" Pria ini mulai hilang akal sehatnya setelah beberapa gelas dia meminum airnya.
Ini kesempatan aku untuk pergi, sebelum otakku juga kacau oleh minuman yang kini sudah mulai naik ke kepalaku. Aku sudah merasakan pusing di kepala, juga perasaan aneh di tubuhku sehingga aku berjalan sedikit sempoyongan.
"Aku ke kamar kecil dulu." Cetusku sambil berdiri dengan keadaan yang tidak tegak.
"Pergilah! Tapi jangan lama-lama di sana, kita harus pergi!" Balas pria itu mungkin masih ada kesadaran meski pun hanya tinggal beberapa puluh persen lagi.
Aku tidak memperdulikan dia lagi, aku bermaksud untuk mencari keberadaan pria Ceo itu dan menolongnya. Ku berjalan memutari gedung hotel ini, dengan kaki yang sangat lemas sehingga jalan pun tidak beraturan lagi. Semakin lama, kepala ku semakin sakit dan pusing. Tubuh pun semakin tidak bertenaga, apa lagi bisa mengontrol keadaan sekitar. Membuat langkah kaki ku, semakin sempoyongan dan apapun yang ada di hadapan ku sudah pasti aku akan menabraknya seenak jidat ku saja.
Brukk…
Tubuhku ternyata menanbrak seseorang hingga kita tersungkur ke lantai.
"Maaf!" Ucap ku berusaha bangkit dari jatuh. Walau setengah Kesadaran ku sudah tidak ada lagi di kepalaku, tapi ku coba untuk bersikap sopan.
"Maaf, kau bilang? Seharusnya kau berhati-hati, pakai matamu kalau sedang berjalan! Jangan seenaknya saja menabrak orang, sakit tahu! kamu pikir aku bukan orang yang tidak punya perasaan meskipun kamu tabrak?" Cecar Seorang wanita yang ternyata aku tabrak barusan.
Dia sangat marah ketika aku menabrak nya, terlihat dari caranya berbicara kepada ku yang lantang dan penuh cacian. Kali ini aku tidak merasa sakit hati meskipun dia memarahi ku, aku malah tertawa mendengar nya mengomel entah itu aku kuat dan sabar atau pengaruh alkohol ini? Yang pasti sangat lucu kedengaran di telingaku kala dia marah pada ku.
"Hahaha..lucu sekali kamu. lihat bibir mu ini, sangat seksi! Eh..kamu bilang sakit, kan? kamu pikir aku tidak sakit, hah? Aku juga sakit karena bertabrakan dengan mu, aku juga jatuh ke lantai." Bentakku balik marah padanya.
Itu semua sebenarnya bukan ingin ku, tapi karena aku sedang kacau membuat aku hilang etika ketika berbicara.
"Ya ampun wanita ini, dia tidak punya sopan santun apa? Ih, mana mulutnya bau alkohol lagi? Ternyata kau tukang minum? Ngapain kau minum di sini, ini acara ulang tahun bukan pesta di klub malam." Cibir Wanita yang tadi aku tabrak sambil menutup hidung nya tidak mau mencium bau alkohol dari ku.