Drt...drt…
Suara gawaiku berbunyi dengan lumayan lama, di saat aku terlelap tidur. Di pelukan pria Ceo, Alexa. Ku coba raih gawai ku, yang ku simpan di nakas kamar hotel. Agak jauh dari tempat tidurnya, sehingga aku harus membuat panjang tangan ku supaya bisa nyampe ke nakas tersebut.
Ku tatap layar hp ku, ternyata tertulis Mamy dengan jelas di layar hpku. melihat nama itu menghubungiku, membuat aku cepat-cepat menjawab telepon dari nya. Walaupun pikiran ku masih belum kumpul semua di kepala, mungkin karena aku masih ngantuk dan bangun yang terlalu cepat membuat aku tidak sadar sepenuhnya.
Ku tekan tombol hp ku, kini suara khas wanita mucikari itu terdengar di telingaku.
"Anes! Kamu ini kemana saja? Juragan Somad datang ke sini, dengan sangat marah katanya kamu kabur dari dia. Apa itu benar? Heh! Dia itu sudah bayar ke Mamy dengan sangat mahal, tahu gitu biarkan si Reina saja yang pergi bukan kamu. Jadinya tidak akan kena masalah kalau bukan kamu yang pergi." Oke, sekarang aku baru ngeh kalau aku sedang lari dari seseorang.
Lari dari si tua bangka itu, dan malah berada di ranjang ini bersama Alexa. Baru menyadari nya bahwa aku sedang berada dalam masalah hari ini. Bagaimana tidak. Aku tahu jika juragan Somad kaya gimana orang nya. Kalau dia sedang kecewa dan marah, pasti semua akan dia lakukan untuk membuat mereka menderita. Siapapun itu, tanpa peduli orang itu dari keturunan konglomerat sekalipun.
Dan hari ini, hari dimana aku mengecewakan dia. Sudah pasti dia akan datang ke tempat di mana aku berada, bersama para bodyguard-bodyguard nya untuk membuat masalah di sana. Sehingga Mamy menghubungi ku dengan marah pula. Ya, aku tahu kalau ini semua adalah salahku. Aku sudah membohongi semua orang termasuk Reina gadis yang aku tolong itu.
Aku jadi kepikiran dengan gadis itu, setelah Mamy menyebutkan namanya. Bagaimana kalau Mamy memaksa dia untuk menggantikan aku melayani juragan Somad? Kasihan gadis malang itu, dia sangat ketakutan pas aku pergi dan tidak mau aku tinggal kan.
Aduh.. bagaimana ini? Nasib Reina akan hancur seperti aku, dia juga akan kecewa kepadaku yang telah mengingkari janji kalau aku akan membuat dia pergi dari tempat itu.
"Anes! Kamu jangan diam begitu! Saya ini sedang bicara dengan mu, bukan dengan mannequin yang dipajang di pertokoan. Jangan suka main-main dengan mereka, kalau tidak mau dapat masalah!" Cecar Mamy terdengar sangat marah ketika aku hanya terdiam saja.
"I-iya Mam. Maafkan aku, Mam! Bukan mau lari, aku juga sedang bersama pria yang membooking ku. Aku sebenarnya sudah dapat pelanggan sebelum juragan Somad datang." Berbohong adalah keahlian ku. Memang bukan inginku, tapi ini semua terpaksa aku lakukan dari pada harus ribet.
"Siapa? Kau di mana sekarang?" Tanya Mamy terdengar sangat penasaran.
"Aku sedang di hotel Cempaka. Kalau Mamy tidak percaya, aku akan tunjukan pria ini." Ku ganti sambungan telepon ini dengan video caal saja untuk meyakinkan bahwa aku sedang bersama pria walaupun sebenarnya bukan seorang pelanggan.
Tapi setidaknya aku bisa lolos dari amukan Wanita mucikari tersebut. Setelah ku buat dia melihat Alexa yang tertidur di samping ku, dia tidak terdengar marah lagi dan langsung saja mengakhiri telepon dari ku. Dia bilang akan membantu ku supaya juragan Somad, tidak marah-marah dan mau di gantikan dengan temanku yang lain di tempat itu.
Siapapun yang dia pilih, asal jangan gadis malang benama Reina saja. Aku sangat menitipkan Reina pada Mamy supaya dia tidak menunjukkan keberadaan nya di sana.
"Mamy tunjukkan saja wanita lain, yang sangat cantik dan bohay! Kasih diskon khusus untuk nya, sebagai permintaan maaf kita!" Lontar ku terdengar mengatur dia sih, tapi biarlah dia juga mau-mau saja aku kasih masukan.
Mamy terdiam sebentar, mungkin merenungkan saran dari ku yang masih di cerna dalam pikirannya sebelum menerima apa yang aku barusan katakan. Setelah beberapa saat dia berpikir, terdengar lagi suara sayu nya di telepon.
"Bagaimana, Mam? Setuju dengan pendapat ku? Atau Mamy akan meng cancel gadis untuk juragan Somad, lalu mengembalikan uang nya." Rasa penasaran ku dengan apa yang akan Mamy pilihkan.
"Akan Mamy coba dulu. Kalau tidak, juragan Somad mau Mamy berikan gadis itu. Bukan tidak mengganggap mu, Mamy hanya tidak mau berurusan dengan dia apa lagi sampai harus bermasalah dengan nya." Wanita itu takut kalau salah satu dari mereka di kecewakan di sini.
Apapun yang terjadi, Mamy harus bisa mengatasi mereka meskipun harus melakukan apapun itu. Aku sedikit tidak rela kalau harus Reina yang akan dia berikan kepada juragan Somad. Semua yang di katakan tadi, akan dia lakukan demi tidak membuat juragan Somad marah lagi.
"Jangan Reina dong, Mam! Aku sudah bilang sama Mamy, untuk tidak melibatkan dia apapun yang terjadi!"
"Kau mau Reina tidak aku berikan sama juragan Somad? Kalau begitu, cepat pulang dan kembali pada dia! Gantikan lagi si Reina kalau kamu mau!" Suara Mamy terdengar dan sangat membentakku, mungkin dia marah sebab aku hanya memberikan janji saja tanpa mau melakukan nya.
"A-aku, aku akan pulang! Tunggu sebentar lagi, aku janji!" Rintih Ku memohon supaya wanita itu mengerti keinginan ku.
"Janji? Jangan hanya janji, janji tapi tidak kau tepati! Kau memang pergi dengan nya, namun setelah itu kau lari tanpa kau pikirkan apa yang akan terjadi. Mamy tidak mau terus-menerus ada orang yang marah dan menyerang tempat ini, apa lagi sampai ngamuk-ngamuk ingin menghancurkan tempat ini. Kau ingat! Kalau sampai itu terjadi lagi, kau yang harus menanggung semua akibatnya termasuk perbaikan apartemen ini!" Sebuah ancaman dari dia yang membuat aku takut.
Bukan takut akan di pukuli nya. Akan tetapi takut kalau mereka marah-marah dan menghancurkan tempat tersebut dan itu semua karena aku, maka aku yang harus mengeluarkan banyak uang sebagai pembayaran bangunan yang di perbaiki.
Gawat juga Kalau uang ku harus di pakai untuk itu, bagaimana dengan kebutuhan keluarga ku? Pembayaran rumah sakit ayah, sekolah Ara, dan kebutuhan untuk makan mereka. Sudah pasti akan terabaikan dengan adanya masalah itu.
Itu tidak boleh terjadi padaku. Aku harus segera pulang ke tempat Mamy, untuk menemui juragan Somad supaya tidak mengecewakan nya. Biarlah juragan Somad tahu aku seperti ini, yang penting aku bisa membuat mulutnya untuk tidak bicara kepada keluarga ku di kampung.
Aku menggeser tubuh Alexa yang tidur sambil memelukku, supaya aku bisa pergi tanpa harus pamit dulu padanya. Bukan apa-apa, aku hanya tidak mau mengganggu dia yang sedang tertidur pulas. Kasihan sekali kalau aku harus membangunkan nya, mengingat apa yang telah terjadi semalam pada kita.
Dia Pasti Sanga ngantuk, sehingga aku tidak mungkin membangunkan nya. Ku punguti baju-baju yang berserakan di lantai, untuk aku kenakan kembali sebelum aku pergi. Agar aku bisa pergi dengan kembali menggunakan pakaian ku. tidak lupa ku hampiri Alexa, dan ku kecup bibirnya sebagai ucapan selamat tinggal ku padanya.