Chereads / THE WEREWOLF ACADEMY / Chapter 19 - MALAM MENCEKAM

Chapter 19 - MALAM MENCEKAM

"Duarrrr," sebuah ledakan besar terdengar menggelegar di tengah kesunyian malam. Sophia, Bianca dan Erick yang tengah berjalan tersentak dan seketika menutup telinga karena suara yang begitu keras. Ketiganya saling berpandangan dan merasa ketakutan.

"Apa yang terjadi?" tanya Bianca ketakutan.

Erick sebagai ketua asrama bergegas kembali ke koridor untuk mengecek keadaan sementara Sophia menarik tangan Bianca untuk mengikuti kepergian Erick. Ketiganya berlarian di sepanjang koridor yang sunyi. Derap langkah mereka terdengar menggema di sekitar koridor.

Dari arah hutan terlarang terlihat nyala api yang membumbung tinggi.Ketiga remaja yang tengah berlari terkejut ketika melihat kenyataan yang terjadi di hadapan mereka.

"Sepertinya suara serigala yang bersahutan berkaitan dengan adanya kebakaran di hutan terlarang. Kira-kira apa yang menyebabkan kebakaran terjadi di kawasan yang terlarang untuk didekati siapapun itu?" tanya Erick tanpa mengalihkan pandangan dari arah hutan terlarang. Pemuda berhidung mancung itu tengah berkonsentrasi mengawasi terjadinya kebakaran yang terjadi mendadak tersebut.

"Sangat menakutkan!" tanggap Bianca bergidik ngeri.

Sophia hanya terdiam mengamati hutan terlarang. Gadis itu tidak bisa menebak apa yang terjadi disana karena banyaknya suara bersahutan yang terdengar di telinganya.

"Sophia, bagaimana kalau pertempuran terjadi dengan sengit?" tanya Bianca yang membuat Sophia mendongak. Gadis itu mulai merasa cemas kalau para guru mengalami kekalahan.

"Pertempuran apa yang kalian bicarakan?" tanya Erick penasaran.

Bianca dan Sophia saling berpandangan karena mereka tidak mungkin menyembunyikan kenyataan dari Erick yang merupakan ketua asrama. Pemuda itu harus mengetahui apa yang sedang terjadi di sekolah.

"Sebenarnya tadi aku bertemu Kepala Sekolah dan tidak sengaja mengetahui bahwa hutan terlarang telah didatangi sesuatu yang membuat para binatang berlarian. Kuat dugaan itu adalah kaum penghisap darah. Kepala Sekolah berserta seluruh penjaga tengah menuju kawasan hutan terlarang namun seperti yang kita ketahui terjadi kebakaran disana. Bukankah besar kemungkinan penyusup tersebutlah yang menyebabkan semua kekacauan ini," jelas Sophia.

"Benarkah ada penyusup disana? Kurasa tidak mungkin para penghisap darah berani mendatangi wilayah ini. Mereka dan werewolf memiliki kesepakatan wilayah yang dilakukan sejak ratusan tahun lalu," bantah Erick.

"Aku tidak mengetahui soal itu tetapi aku yakin ada sesuatu yang tengah mengicar sekolah kita. Mereka akan merebut dan menguasai sekolah dalam waktu dekat," imbuh Sophia sembari menatap ke arah hutan terlarang yang masih mengeluarkan asap membara.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Bianca.

"Sepertinya kita harus segera bersiap. Aku takut kalau terjadi sesuatu dengan para guru maka keselamatan kita juga akan terancam. Kita harus berkemas serta mencari tempat berlindung yang aman," jelas Sophia kepada Bianca.

"Apakah kamu pikir para guru akan kalah? Mereka adalah orang terpilih yang hebat. Aku yakin para guru akan menang melawan para makhluk penyusup itu," ujar Erick dengan penuh keyakinan.

"Aku tidak meragukan kemampuan mereka, setidaknya harus waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi," jelas Sophia sembari bergegas menarik tangan Bianca untuk menjauh. Kedua gadis itu berjalan meninggalkan Erick yang masih menatap semburan api di wilayah hutan terlarang.

"Tunggu! Aku akan mengantar kalian ke dalam asrama," kata Erick sembari berjalan mengiringi kedua siswa baru tersebut.

"Semuanya! Jangan biarkan para penghisap darah menyerang murid di sekolah. Mereka adalah calon werewolf penerus kita. Bertahan sekuat mungkin demi mereka," sebuah bisikan terdengar di telinga Sophia. Gadis itu mengenalinya sebagai suara kepala sekolah.

Sophia menatap ke arah Bianca dan menyembunyikan semua yang baru didengarnya. Dia segera mengajak sahabatnya bergegas untuk berkemas karena mereka tidak boleh tertangkap oleh para vampir yang ada di hutan terlarang.

Seluruh siswa di asrama sedang berkumpul di ruang tunggu ketika Sophia, Bianca dan Erick tiba. Mereka langsung menatap ke arah ketiganya dengan penuh tanya.

Seorang ketua asrama perempuan mendatangi Erick.

"Kamu darimana saja? Telah terjadi ledakan dan seluruh siswa dilanda kepanikan?" tanya Lucy. Gadis itu menatap ke arah Sophia dan Bianca dengan pandangan yang penuh kecurigaan.

"Aku beserta mereka ingin mengetahui apa yang terjadi sehingga kami melihat ke koridor. Ternyata ada sebuah kebakaran yang terjadi di kawasan hutan terlarang," jelas Erick. Dia sengaja mengarang kebohongan untuk melindungi Sophia dan Bianca dari hukuman karena menyelinap keluar saat tengah malam.

"Kebakaran di hutan terlarang?" ulang Lucy.

Seluruh siswa yang hadr di dalam ruang tunggu langsung terbelalak dan kaget mendengar penjelasan dari Erick. Mereka tidak menyangka hutan terlarang terbakar dan menimbulkan ledakan yang dahsyat.

"Apakah kamu tidak berbohong? Mana mungkin kawasan yang tidak boleh didatangi oleh siapapun itu bisa terbakar?" bantah salah seorang siswa laki-laki kepada Erick.

Erick maju selangkah dan menatap seluruh penghuni asrama FRESH BLOOD yang berada di hadapannya. Dia sedang gelisah memikirkan semua kemungkinan dari ucapan Sophia. Jika semua yang dikatakan oleh Sophia merupakan sebuah kenyataan maka seluruh siswa berada dalam keadaan berbahaya.

"Teman-teman, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri asap membumbung tinggi di kawasan hutan terlarang. Sebelum terjadi ledakan dan kebakaran, aku mendengar suara seigala bersahutan. Kupikir kaum werewolf memang sedang berkumpul di sekitar hutan terlarang karena sesuatu hal. Semoga bukan sesuatu yang membahayakan. Malam ini aku mengajak kita semua waspada untuk mengantisipasi semua kondisi terburuk yang mungkin bisa terjadi," jelas Erick dengan tegas. Pemuda itu terlihat sangat bijaksana dan memiliki aura pemimpin yang nampak jelas.

Seluruh siswa saling berbisik karena kaget setelah mendengar penjelasan dari Erick. Ada yang langsung memucat karena katakutan, namun ada juga yang bereaksi biasa saja.

Rosie yang sejak tadi berada di dalam asrama langsung menghampiri kedua rekannya. Dia hendak menanyakan situasi yang sebenarnya pada kedua rekannya.

"Apa yang terjadi di luar sekolah?" tanya Rosie. Gadis bermata bulat itu menatap lekat kedua temannya secara bergantian. Dia merasa ketinggalan berita karena sejak tadi berdiam di dalam kamar ketika dua rekannya pamit hendak berganti pakaian di kamar mandi.

"Sesuatu yang gawat sedang terjadi, nanti kami akan menceritakannya," bisik Bianca pada Rosie. Dia berusaha meyakinkan Rosie untuk tidak panik sementara dirinya sendiri tengah menata keberanian dalam dirinya sendiri.

"Kondisi terburuk apa yang kamu maksudkan?" tanya Lucy kepada Erick. Gadis ketua asrama itu nampaknya sedang berusaha mengatasi situasi yang mulai dilanda ketegangan. Semua mulai terlihat panik setelah mengetahui hutan terlarang telah terbakar.

"Seandainya makhluk selain werewolf yang mendatangi hutan terlarang," ungkap Erick yang membuat seluruh siswa langsung terdiam. Semuanya merasa tegang dan takut seandainya benar ada penghisap darah di sekitar sekolah.

"Sekarang, kumohon semuanya kembali ke dalam kamar sampai kita mendapatkan jawaban dari guru yang mengetahui situasi secara pasti. Untuk sementara, aku dan ketua asrama yang lain akan berjaga disini. Kalian bisa beristirahat!" ujar Erick yang langsung disambut pembubaran siswa secara serempak. Semua begitu menghormati ketua asrama. Mereka kembali ke dalam kamar masing-masing secara serempak meski beberapa masih saling berbisik.

"Kita kembali ke kamar!" ajak Rosie pada kedua rekannya.

Sophia hendak melangkah bersama Rosie dan Bianca ketika Andrew Davidson memanggil namanya.

"Sophia!" panggil Andrew. Pemuda tampan itu langsung berlari menghampiri ketiga gadis yang mematung menunggunya.

"Sebenarnya segawat apa situasi di luar sekolah?" tanya Andrew kepada Sophia. Dia mengerti bahwa Sophia pasti mendengarkan sesuatu melalui kepekaan indra telinganya. Andrew harus segera mencari tahu jawabannya.

"Sepertinya aku sudah meminta semua untuk kembali ke dalam kamarnya," tegas Erick yang membuat Andrew merasa tidak nyaman. Dia pun segera berbalik untuk meninggalkan semuanya dengan perasaan kecewa.

"Sophia, aku ingin bicara denganmu!" ajak Erick kepada Sophia. Gadis itu meminta Bianca dan Rosie untuk meninggalkannya lebih dulu karena dia hendak berbincang bersama Erick.

"Kami duluan!" pamit Bianca dan Rosie secara bersamaan. Keduanya langsung meninggalkan Erick bersama Sophia di dekat kursi tamu, sementara ketua asrama yang lain sedang berkeliling untuk mengecek siswa yang masih ada disana.

"Ada apa Kak?" tanya Sophia ketika suasana di ruang tunggu sudah mulai sepi. Keduanya saling berbicara dengan suasana yang akrab satu sama lain.

"Apa yang kamu sembunyikan dari kami semua? Apakah kamu memiliki sesuatu bakat yang istimewa atau semacam itu?" tanya Erick.

Sophia berpura-pura tidak mengerti dengan semua yang dikatakan oleh Erick. Dia hanya membalas semua pertanyaan dari ketua asrama dengan sebuah senyuman.