Chereads / THE WEREWOLF ACADEMY / Chapter 21 - BALAS DENDAM

Chapter 21 - BALAS DENDAM

Malam itu Sophia bisa bernapas lega karena semua kecemasan yang ada di dalam pikirannya telah sirna dengan kemenangan pihak sekolah mengalahkan vampir. Entah mengapa gadis itu merasa sangat bahagia. Dia berjalan perlahan menyusuri lorong yang menuju ke arah asrama.

Di dekat pintu masuk, Sophia berpapasan dengan Erick yang masih menunggunya kembali. Sebagai seorang ketua asrama yang bertanggung jawab, pemuda itu tetap setia menunggu kedatangan Sophia meskipun matanya sudah mulai mengantuk. Sophia merasa senang karena memiliki ketua asrama sebaik Erick. Pemuda itu pasti akan menjadi pemimpin werewolf yang baik di masa depan. Sophia meyakini hal tersebut jauh di dalam hatinya.

"Astaga, Kakak belum tidur?" tanya Sophia kaget ketika melihat sosok Erick yang berdiri di dekat pintu masuk asrama. Pemuda itu terlihat kusut karena sudah menahan kantuk. Sophia merasa bersalah melihat keadaan Erick.

Erick tersenyum menyambut kedatangan Sophia. Setelah melihat kedatangannya, Erick langsung berjalan menghampiri. Dia tidak sabar mengetahui kelanjutan cerita mengenai pertempuran di hutan terlarang.

"Aku menunggumu kembali!" balas Erick. Sophia tersenyum mendengar kebaikan dari Erick.

"Aku melihat semua guru beserta kepala sekolah berjalan menuju ke dalam asrama. Mereka semua selamat meski ada beberapa luka di tubuh mereka. Namun aku yakin kemampuan werewolf dalam menyembuhkan luka tidak dapat diragukan. Sekarang kita bisa tidur dengan tenang malam ini," ungkap Sophia sebelum Erick menanyakan. Dia tahu bahwa ketua asrama itu juga sama cemas seperti dirinya.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu," tanggap Erick dengan senyuman manisnya yang menawan. Pemuda itu menghembuskan napas lega diiringi ucapan terima kasih karena Sophia sudah memberikan berita bahagia untuknya malam ini.

"Maaf ya, malam ini aku telah membuat banyak kekacauan di asrama. Kakak sudah sabar membantuku dan aku sangat berterima kasih untuk hal itu," ungkap Sophia dengan tulus.

Erick nampak merona setelah mendengar ucapan terima kasih dari Sophia. Gadis yang belum lama dikenalnya itu memang begitu istimewa baginya.

"Jangan berkata seperti itu! Semua yang kulakukan memang sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang ketua asrama. Kamu tidak perlu berterima kasih padaku," sahut Erick.

"Sekarang sudah malam. Kamu segeralah menuju ruanganmu untuk beristirahat," imbuh Erick.

Sophia mengangguk dengan mantap sebelum beranjak untuk meninggalkan Erick. Sebuah senyuman mereka bagikan sebagai ucapan selamat malam yang begitu mengesankan.

"Selamat malam!" pamit Sophia.

"Sampai jumpa besok," ucap Erick sebelum keduanya berpisah di lorong yang menghubungankan ke dalam ruangan masing-masing. Sophia masih belum bisa menghilangkan senyuman di wajah cantiknya karena kemenangan pihak sekolah. Gadis itu berjalan dengan penuh semangat.

Tidak berapa jauh dari keduanya seorang pemuda tengah mengamati percakapan diantara ketua asrama dan Sophia. Pemuda itu tidak menyukai apa yang ada di hadapannya. Tangannya mengepal dan matanya menatap lekat ke arah sejoli di hadapannya.

"Aku tidak menyukai semua ini!" batin Andrew sembari menahan emosi di dalam hatinya. Pemuda itu merasa cemburu ketika melihat Sophia berbicara dengan pemuda lain, terlebih pemuda itu adalah ketua asrama.

"Aku menyukai Sophia dan aku tidak mau siapapun mendekati dirinya!" imbuh Andrew sebelum meninggalkan ruangan. Pemuda itu segera berlalu menuju ke dalam kamarnya dengan membawa kekesalan. Dia bertekad untuk mulai mendekati Sophia supaya Erick tidak merebut gadis itu darinya.

Setelah berpisah dari Erick, Sophia berjalan perlahan ke dalam kamarnya. Dia sudah tidak sabar mengatakan berita gembira kepada keduanya. Beberapa kali senyuman terkembang di wajah putih Sophia.

"Sophia!" seru Bianca ketika melihat Sophia memasuki ruangan. Bianca dan Rosie langsung menghambur ke dalam pelukan Sophia untuk menanyakan perihal keadaan sekolah setelah kebakaran di hutan terlarang. Keduanya nampak cemas menantikan kabar terbaru dari gadis tersebut.

"Kalian tenanglah! Semua sudah teratasi. Para pahlawan werewolf academy telah kembali ke dalam asrama membawa kemenangan. Sudah tidak ada yang perlu kita cemaskan lagi," ungkap Sophia.

"Apa kamu yakin?" ulang Rosie.

Sophia menganggukkan kepala dan mencubit pipi sahabatnya dengan gemas.

"Aku melihat dengan mataku sendiri mereka memasuki halaman sekolah," imbuh Sophia.

Rosie langsung tersenyum riang karena mendapatkan berita yang sungguh membahagiakan. Semua ketakutan langsung sirna seiring kedatangan Sophia ke dalam ruangan membawakan berita.

"Berarti malam ini kita bisa melanjutkan bersenang-senang bersama," imbuh Rosie seraya memegang tangan Sophia dan Bianca.

"Tentu saja," jawab Sophia seraya memandang ke arah Bianca yang tertegun menatapnya. Keduanya langsung tersenyum bersama.

"Siapa takut!" balas Sophia dan Bianca serempak. Ketiganya langsung menari bersama sambil bersenda gurau. Tidak nampak lagi kecemasan yang beberapa saat lagi terlihat di wajah ketiganya. Suasana di werewolf academy kembali seperti semula.

Ketiga gadis itu memanfaatkan waktu untuk bersama karena esok dalah hari libur sekolah. Meski mereka tidak bisa pergi ke desa sebelah namun mereka akan menghabiskan waktu untuk bermain bersama sepanjang hari.

"Apakah kamu sudah tidak mendengar suara aneh lagi?" tanya Bianca.

"Semua suara sudah menghilang dan aku merasa lega karenanya," jelas Sophia.

Di tempat lain, Helen tengah membanting beberapa barang miliknya yang berada di dalam kamar. Gadis itu merasa kesal setelah mendapatkan hukuman di dalam sidang pelanggaran. Apalagi seorang temannya telah berani membantah keinginannya.

"Aku akan melakukan sesuatu pada Carol, tetapi sebelum itu Sophia harus mendapatkan hukuman dariku. Aku sangat membenci gadis itu!" seru Helen di hadapan teman sekamarnya. Dia merasa kehilangan semakin kesal karena Sophia mendapatkan perlindungan dari ketua asrama.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Ivo, teman sekamar Helen. Gadis berambut pendek itu menatap Helen dengan penuh kesungguhan. Dia rela melakukan apa saja untuk membantu Helen karena balas budi kepada kedua orang tua Helen yang telah merawat gadis itu sejak kecil. Kedua orang tua Ivo telah meninggal dalam sebuah kecelakaan sehingga gadis itu tinggal bersama Helen sejak kecil.

"Aku akan membuat Sophia dibenci oleh semua orang!" ucap Helen dengan rasa percaya diri. Dia sudah menyiapkan sebuah rencana jahat di dalam kepalanya. Gadis itu memang licik.

"Apa yang harus kulakukan untuk membantumu?" tanya Ivo penasaran.

Helen melirik ke arah Ivo sebelum mendekatkan bibirnya ke telinga gadis tersebut. Helen mengatakan seluruh rencananya kepada Ivo dan berharap gadis itu akan membantunya.

Kedua gadis itu langsung tersenyum penuh kesenangan. Mereka sudah yakin bahwa semua rencana pasti berjalan lancar.

"Baiklah, aku akan melakukannya," janji Ivo kepada Helen. Kedua gadis itu tertawa bahagia karena telah memiliki rencana untuk membalas Sophia.

"Aku akan membuatmu tidak betah sekolah disini, tak berapa lama lagi kamu pasti akan mengundurkan diri dari sekolah. Tempatmu memang bukan disini wahai darah campuran," gumam Helen sembari menatap ke arah cermin di hadapannya. Seringai liciknya sungguh menyeramkan.

Rupanya kemarahan tidak hanya berada di dalam ruangan Helen karena di asrama lelaki, Andrew juga sedang kesal. Pemuda itu terus membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya seakan enggan terpenjam dan terus memikirkan hubungan diantara Sophia dan Erick. Ketika cemburu, pikiran memang tidak bisa rasional.

"Bagaimana caranya menjauhkan Erick dari Sophia?" batin Andrew seraya menatap langit-langit kamarnya. Pemuda itu terus menerus memikirkan Sophia dan rasa cemburunya.

Suara dengkur dari teman sekamar Andrew terasa bagai musik malam yang menemani lamunan pemuda tampan tersebut. Andrew terlalu hanyut dalam perasaan cemburu dan tidak berminat membaca buku seperti yang selalu dilakukannya sepanjang malam.

"Sophia benar-benar membuatku merasa frustasi!" keluh Andrew sembari menutupi wajahnya dengan selimut. Malam ini akan menjadi malam yang panjang baginya.