Chereads / SUAMIKU AYAH IBU TIRIKU / Chapter 9 - Bab 9 Ada apa dengan Siska?

Chapter 9 - Bab 9 Ada apa dengan Siska?

Hikma terus membaca sebuah buku diary yang ditulis siska, dari hasil bacaan yang dirinya tangkap adalah bahwa keadaan siska yang kini sedang berada pada kondisi yang tidak baik. Sesuatu yang buruk menimpanya.

Siska dikurung di dalam rumah dan tidak diperbolehkan untuk keluar sama sekali, walau perginya hanya berbelanja ke pasar swalayan di yogyakarta. Ada seseorang yang memfitnahnya sehingga membuat dirinya mendapatkan sebuah hukuman besar dari sang ayah.

" Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu wahai siska, aku ingin sekali segera menemuimu dan mengetahui apa yang kini menimpamu secara langsung diceritakan darimu"

Begitulah gumam Hikma yang sembari mengintip pintu depan untuk mengecek keadaan bagian luar karena Hikma sudah geram dengan keadaan siska yang sangat mencurigakan tersebut. Dan ternyata ada dua penjaga yang kini berada di depan pintu ruangan tersebut, alih-alih itu adalah penjaga yan ditugaskan untuk menjaga Siska agar tidak kabur dan keluar dari rumah ini. Siska yang ingin sekali keluar dan menuju ke kamar siska pun kini terhalang oleh kedua penjaga tersebut.

Hikma : Bagaimana ini, aku sudah tidak mempunyai pintu rahasia untuk menuju ke kamar siska agar bisa menemuinya.

Hikma yang kini sedang memikirkan seribu cara pun tiba-tiba dikejutkan dengan suara yang sangat keras dan bersumber dari luar ruangan yang kini sedang Hikma kunjungi.

Kata-kata umpatan kasar yang mengandung kebencian itu terdengar dengan sangat jelas dari telinga Hikma, berbagai bentuk ujaran yang bahkan tidak pantas tersebut keluar dari suara seorang lelaki yang sangat tidak asing bagi Hikma. Dia adalah Raden Rahmat Ng, yang kini menyandang status sebagai suami Siska. Yang katanya seseorang pahlawan yang lemah lembut dengan darah biru keturunan bangsawan miliader.

Namun hal yang sangat mengejutkan Hikma kini ternyata seorang kesatria yang katanya sangat hebat tersebut ternyata berani membentak seorang gadis yang terlihat sangat lemah lembut dan bernama siska tersebut.

Bahkan sosok lelaki tersebut tanpa ragu membentak seorang anak yang berada di rumah tersebut, dengan sebuah suara yang bahkan dikeraskan.

Hikma yang mendengarkanya saja menangis iba dan tidak percaya, traumanya tentang kejadian yang dulu menimpa kedua orang tuanya itu dengan secepat kilat tiba-tiba hadir di dalamlamunan Hikma. Dulu juga ayahnya sering memaki ibunya dengan kata-kata yang jauh dari kata pantas untuk didengarkan.

Bahkan dengan kondisi beberapa adik Hikma yang masih kecil dan belum siap menerima atau mendengarkan sebuah suara keras yang berbentuk umpatan tersebut.

" Kenapa siska sampai diperlakukan seperti ini dirumahnya, kenapa ibu dan ayah dari siska juga tidak membela anaknya karena telah dibentak oleh seorang lelaki yang mengaku sebagai suaminya. Ada apa sebenarnya ini, oh Tuhan tolong beri tahu aku"

" Ceklek, ceklekkk"

Suara pintu tiba-tiba terdengar, itu berarti akan ada orang yang masuk ke dalam ruangan ini. Mungkin saja siska atau entah lelaki itu yang ingin mengecek tentang keadaan ruangan ini. Hikma pun panik dan segera mencari sebuah tempat persembunyian yang akan membantu diirnya agar tidak ketahuan dan menambah sebuah masalah baru.

Dibawah kasur adalah keputusan terakhir yang Hikma ambil karena ternyata sudah ada seorang lelaki yang memasuki ruangan ini. Matanya sedang mencari mangsa, memastikan agar ruangan ini tetap steril tanpa adanya penyusup yang masuk. Karena memang dari info yang diberikan satpam bahwasanya beberapa hari ini sedang tidak menerima tamu siapapun.

Tidak lama, lelaki tersebut kini berjalan menuju meja letak dimana buku harian siska disimpan. Lelaki tersebut membukanya, duduk dan membuka setiap lembarnya. Hikma berharap ada setitik belas kasihan lelaki ini kepada siska, apapun kesalahan siska semuanya masih bisa diomongkan dengan hati yang dingin.

" SISKAAA!!! KEMARI KAU! DASAR ISTRI YANG TIDAK BERGUNA!"

Suara tersebut lagi-lagi mampu mengejutkan Hikma yang sedang berada dibawah ranjang ruangan tersebut. Dengan sangat cepat akhirnya seorang gadis yang dipanggilnya tersebut datang, siapa lagi kalau bukan siska.

" Auuww sakit! Lepaskan kepalaku lepaskan!"

Begitulah jeritan siska yang kini rambutnya sedang ditarik dengan sekuat tenaga oleh suaminya sendiri. Terdengar isak tangis yang keluar dari mulut siska, dengan sura rengekan kesakitan karena rambutnya dipegang dan ditarik secraa paksa.

Raden : " Dasar wanita tidak tahu diri! Saya itu mencoba menjadi lelaki yang baik buat kamu, menjadi lelaki di keluarga ini. Tetapi kamu menuliskan segala keburukanku dibuku ini. Apa maksudmu?! Apa semuanya kurang jelas/ Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk menikah denganmu, dang ingat! Jika bukan karena bisnis ayahku yang terancam bangkrut aku tidak sudi mempunyai istri bodoh sepertimu!"

Tidak lama siska akhirnya tersungkur ke lantai karena sebuah gerakan yang diberikan oleh Raden, lemparan itu membuat tubuh mungil siska tumbang dengan sangat mudah.

Langkah kaki raden akhirnya menjauh dari ruangan itu, untung saja raden dengansangat cepat keluar. Kalau tidak mungkin dirinya akan kena amukan dari sahbat istrinya tersebut yang dari tadi merekam setiap jejak dan gerakan lelaki yang menjadi suami siska itu.

Pintu ruangan itu akhirnya dikunci dengan sebuah tutupan pintu dengna suara yang sangat keras. Hikma akhirnya buru-buru keluar dari bawah ranjang tersebut dan segera meraih tubuh siska yang sedang menangis dan kelemasan.

Siska : " Loh, Hik, Hik, Hikmaaaa"

Begitu panggil siska yang bahkan wajahnya saja terlihat sangat muram, terlihat seperti orang yang sedang kekurangan tidur tetapi kebanyakan menangis. Sangat mengerikan.

" Ke, ke kenapa kamu disini? Bagaimana kamu bisa masuk hingga ke dalam sini? Bagaimana kalua kamu ketahuan, maka kamu akan dibunuh hidup-hidup oleh suamiku"

Ocehan yang dihiraukan oleh Hikma, padahal itu merupakan sebuah ucapan yang nyata adanya. Jika hikma ketahuan berada di dalam sini dan membantu siska, maka nyawanya terancam dengan sangat mengerikan. Tetapi ternyata demi sahabatnya itu Hikma mampu menghilangkan segala rasa takutnya.

Pelukan erat akhrinya meluncur, siska yang sangat membutuhkan hal tersebut pun akhirnya mennagis dengan sangat keras. Mungkin sudah tidak tertahan lagi, bahkan bentuk kekesalan Siska pun kini sedang diluncurkan ke badan Hikma, dada kepala bahkan tubuh Hikma kini sedang menjadi sasaran amukan siska yang sudah tidak tertahan.

Hikma yang bahkan faham dengan hal demikianpun hanya diam dan tetap memperhatikan setiap gerakan yang siska berikan. Hikma pun ikut menangis melihat kondiis sahabatnya kini yang sangat memprihatinkan. Hikma tidak pernah menyangka hal ini bisa terjadi kepada sahabatnya.

Setelah selesai dan dirasa siska sudah sedikit membaik, pelukan Hikma akhirnya kembali menghangatkan perasaan sahabatnya itu. Segelas air putih akhirnya diraih utnuk menenangkan siska.

Siska yang memang sedang hilang kendai malah membuang gelas yang diberikan Hikma tersebut. Rasa kesalnya terhadap keadaan sungguh sudah tidak bisa ditutupi lagi.