Setelah malam panjang bondan bersama adik Hikma hingga akhirnya adik hikma tidur dirumah bondan tanpa terkecuali. Mereka telah kelelahan karena bermain bersama. Makan disebuah restaurant mahal dan hasin bersama saudaranya diberi kebebasan untuk mmeilih semua makanan yang mereka mau. Memilih meja makan, tempat bermain dan hal lain yang selama ini belum pernah mereka jalani.
Dengan menaiki mobil pajero keluaran 2021 dengan warna putih gigi yang sangat cantik, karena jika dikalkulasi mobil seharga setengah miliar. Sangat sesuai dengan apa yang ditawarkan fasilitas mewah mobil ini. Adik hikma pun sangat merasa nyaman berada di mobil ini, walau awalnya terjadi sebuah masalah karena tidak terbiasanya mereka naik mobil sehingga menyebabkan mereka mabuk darat sehingga mendapatkan obat medis agar tetap terjaga staminanya.
Bondan : " Hikma, mau pulang kapan, adikmu sudah menanyakan diirmu terus menerus. Ada yang sampai menangis karena memanggil dan merindukanmu. Sebenearnya apa yang terjadi padamu, coba cerita barangkali aku bisa membantu sedikit masalahmu ini.
Begitulah pesan yang dikirimkan Bondan kepada Hikma, menanyakan sebuah keadaan atau sebuah masalah yang sedang menimpa Hikma ini. Bondan juga sangat khawatir terhadap kondisinya tersebut. Dimana sebenarnya Hikma sekarang.
Bondan pun menunggu sejengkal sebuah jawaban dari Hikma, di sebalik ponselnya. Sambil melihat segala tingkah dari adik Hikma yang sangat menggemaskan, tidak jarang bahkan Bondan terkekeh karena tingkah lucu mereka, walau kepalanya kadang juga pusing jika menemui mereka bertengkar berebut mainan atau hal lain yang bisa mereka rebutkan.
" Seberat ini dan Hikma bisa menjalaninya selama ini, menjadi wanita yang tabah, menjadi orang tua tunggal bagi mereka, sunggu hal yang bahkan tidak semua orang bisa melakukanya, bahkan aku sendiri saja akan sangat menyerah jika dihadapi dengan situasi yang seperti ini setiap harinya. Tetapi wanita itu bisa kuat dan tidak pernah sama sekali protes dengan semua keadaanya. Sunggu sangat menawan, menjadi sebuah wanita idaman. Bahkan jika suatu saat ada lelaki bersamanya maka akan sangat bahagia"
Begitulah gumam Bondan yang tidak sadar telah menjatuhkan sebuah gelas air minumnya yang tadi di genggam.
" Pyaarrrrrrrr"
Sontak Bondan terkejut dan langsung membereskan bekas gelas tersebut, hingga tanganya tiba-tiba terkena pecahan tersebut dan terjadi luka pada tanganya. Hasan yang melihat tersebut langsung berlari dan segera menghirup darah tersebut, bahkan Hasan tidak merasa risih sedikitpun. Setelah dihirup Hasan langsung mencari kotak obat untuk mengobati Bondan agar tidak terjadi infeksi.
Sebuah gerakan yang sangat cepat dari Hasan, dirinya memang terkenal menjadi seorang anak yang sangat patuh, menjadi adik hikma yang sangat dirinya harapkan. Begitu besar nilai Hasan dari pada adiknya yang lain.
Tangan bondan pun selesai di obati oleh Hasan, kini perasaanya sungguh tidak enak. Ada sebuah firasat buruk kepada Hikma, entah apa yang terjadi kepadanya sehingga membuat Bondan terluka seperti ini. Firasat yang terjadi Bondan selalu melesat di jalan yang benar, pernah suatu masa Bondan bahkan menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah, firasatnya buruk terhadap Hikma, dan naas ternyata Hikma saat itu ditambrak oleh kendaraan yang tidak bertanggung jawab.
Bondan : " Semoga kali ini bukan sebuah hal yang buruk yang terjadi pada Hikma, semoga Hikma tetap baik-baik saja, semoga dirinya selamat dari segala mara bahaya yang mungkin sedang menghantuinya"
Bondan kembali mengecek handphonnya dan berharap bahwa Hikma akan membalasnya atau sekedar memberinya kabar dimana sebenarnya diirnya. Memberi sebuah pertanda apa yang terjadi kepada Hikma.
Di rumah siska
Hikma kini sedang di sekap karena ketahuan melindungi Siska waktu itu ketika siska mau di aniaya oleh suaminya. Hikma berhasil membuat Siska lepas sedangkan Hikma sendiri di sekap, tetapi untukngnya lelaki tersebut atau bahkan premanya tidak bisa menyakini Hikma sedikitpun karena segala keberanian yang Hikma miliki.
Hikma : " Sebenarnya apa yang kamu mau, apakah bisa aku penuhi dan hentikan topengmu. Kamu itu baik, saya yakin akan hal itu. Apa yang membuatmu berubah seperti monster yang menakutkan seperti ini?"
Lelaki yang menyandang gelar sebagai suami siska itu masih saja diam, duduk ditempatnya dengan tatapan kosong dan juga membawa sebatang rokok yang terus dirinya hisap. Sangat menggelikan, tetapi Hikma sangat yakin bahwa lelaki ini memiliki sifat yang jauh lebih baik dari yang orang lain bayangkan. Mungkin siska sudah terlalu ketakutan dan menganggapnya seseorang yang jahat, tetapi Hikma mampu membaca sebuah mata yang menyinarkan sebuah energi kebaikan.
Hikma terus saja memancing agar lelaki itu mau membuka mulutnya dan bercerita terhadapnya. Hikma sangat yakin bahwa ada sebuah hal yang terjadi kepadanya sehingga membuat diirnya berbuat hal yang seperti ini.
" Aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini. Aku dipaksa ayahku karena perusahaan ayah sedang membutuhkan sebuah donor keuangan hingga ayah tega menjodohkanku dengan perempuan yang tidak aku kenal sebelumnya. Aku tidak mencintainya, aku sudah memiliki sebuah pilihanku sendiir. Setelah aku menikah dan memaksa menerima sebuah keaaan ini, aku ingin bercerai denganya tetapi ayah memaksaku untuk tetap menjadi suami siska hingga semua harta ayah siska jatuh terhadapku. Ini adalah sebuah cara agar aku dibenci dikeluarga ini, dan siska menggugat cerai. Maka dengan itu ayahku tidak akan pernah bisa menolaknya karena bukan aku yang meminta perceraian"
Lelaki itu akhirnya membuka mulutnya walau masih dengan posisi tatapan kosong.
Hikma : " Boleh lepaskan ikatan ditanganku? Aku tidak akan kabur, hanya ingin mengambilkan sebuah minuman untukmu agar tubuhmu rileks"
Rahmat : " Jangan macam-macam kau denganku! Apa kau akan mati konyol disini!"
Hikma : " Percayalah padaku, seperti percayamu ketika dirimu bercerita tadi"
Rahmat akhirnya menatap tajam wajah Hikma yang kini sedang terlihat sangat serius. Rahmat akhirnya menyuruh anak buahnya untuk melepas tali yang mengikat tangan Hikma saat itu.
Hikma akhirnya berjalan ke dapur dengan didampingi pesuruh Rahmat agar Hikma tidak kabur meninggalkanya. Hikma akhirnya membuatkan secangkir kopi hitam panas juga sepiring biskuit dengan tujuan agar Rahmat sedikit lebih tenang dari ini.
Minuman pun siap dengan cemilan yang sudah beres, Hikma akhirnya membawanya di hadapan Rahmat yang masih melamunkan sebuah hal entah itu apa, mungkin masalahnya ini. Sangat terlihat bahwa Rahmat sedang sangat membenci orang tuanya.
Hikma : " Ini diminum terlebih dahulu. Oh iya, kadang kita sellau tidak mampu meremot sebuah takdir yang sudah tertuliskan kepada kita. Kita selalu mampu berencana, tetapi nyatanya semesta sellau punya sendiri catatanya. Hal terbaik selalu ada jika kita mampu mengartikanya. Jangan menyakiti dan membenci siapapun, itu adalah langkah ringan yang mampu membuatmu jauh lebih bahagia. Maafkan semuanya dan bicaralah apa adanya dengan segala konsekuensinya"
Rahmat terlihat sedikit membaik karena minuman yang Hikma buakan ditambah sebuah nasehat yang terasa seperti pedang yang melesat di hatinya. Hingga senyum puntidak terasa terukir diwajahnya.
Lalu sekarang Jika masalah sudah terbuka, akankah kita harus mencari solusinya?