Chereads / Good or Bad Ending / Chapter 13 - Kontrak Pernikahan

Chapter 13 - Kontrak Pernikahan

Hari ini adalah hari aku bertemu dengan Dave. Aku membawa pengacaraku, Derrick. Aku juga membawa Steve, dan beberapa Bodyguard.

Golden Restaurant. Salah satu Restoran mewah yang berada di ujung jalan dekat dengan Kantorku. Seorang pelayan membukakan pintu dan tersenyum dengan ramah.

"Selamat datang di Golden Restaurant. Reservasi atas nama siapa, mam?"

"Dave Mckill." Ucapanku membuat si Pelayan tadi malah bertambah semakin sopan. Sikapnya yang awalnya terkejut lalu penuh kekaguman. Sepertinya dia sudah tau siapa kau.

"Mari, saya antarkan ke ruangan Tuan Mckill." Si Pelayan pun berjalan di depanku. Hingga kami berhenti di sebuah pintu besar dengan simbol mawar merah di tengahnya. Pelayan membukakan pintu saat aku akan masuk.

Dave, Mr.Felix dan pengacaranya. "Duduklah, kau punya orang yang cukup banyak untuk orang yang akan bangkrut," ejek Dave. "Kau…."

Mr. Felix mempersilahkan orang-orangku untuk duduk di Sofa tidak jauh dari meja Dave ini. "Tuan Derrick silahkan duduk juga di sebelah Nona Sienna." Aku duduk tepat di depan Dave dan hanya meja yang menghalangi kami. Di sisi Kirinya ada pengacara dan Mr.Felix yang selalu berdiri di sampingnya.

Para pelayan juga membawakan makanan dan minuman ringan untuk kami. Dave kemudian mendorong Kontrak Pernikahan dan memintaku untuk membaca setiap pasalnya.

Aku pun membaca satu demi satu dengan teliti. "Apakah ada yang perlu untuk di ubah atau di tambahkan?" tanya Dave sambil meminum kopi dan memakan cemilan.

"Aku ingin menambahkan beberapa hal." Dave dan pengacaranya memperhatikanku bicara. "Aku ingin tidak ada sentuhan ehm maksudku tidak berhubungan suami istri meski menikah." Wajah ku sedikit memerah dan malu, aku menundukkan sedikit pandanganku.

Tentu saja aku ini masih perawan, aku sangat menjunjung tinggi tentang sex di lakukan setelah menikah. "Tidak bisa," ucap Dave tegas. Semua orang pun bingung.

"Kenapa, kau tidak berpikir untuk menyentuhku setelah pernikahan, kan?" Tubuhku langsung gemetar, aku menyilangkan kedua lengan di tubuhku.

"Tentu saja setelah menikah harus berhubungan badan, apa ada yang salah dengan itu, apa kau takut kalau aku tau kalau sebenarnya kau tidak perawan?" Mata Dave turun ke bawah melihat celah di antara dua pahaku di bawah meja kaca di antara kami.

Matanya kembali naik melihat dadaku yang ku tutupi dengan kedua lengan. "Dasar brengsek! Aku ini masih perawan!" aku melemparkan kontrak itu di depan wajahnya.

Tanpa sengaja aku berteriak karena hal tidak sopan yang Dave lakukan.

Steve dan yang lainnya saat itu sedang minum bahkan tersedak dan batuk-batuk. Wajahnya tertunduk dan mata elangnya melihatku dengan amarah.

"Baru kali ini aku bertemu wanita yang tidak punya sopan santun, sangat liar." Dave seolah makin tertarik padaku. Mr.Felix mendekatinya dan berkata, "berhentilah bermain-main tuan, kau menakuti Nona Sienna."

Steve pun berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku. "Ucapan Tuan Dave merendahkan Nonaku. Candaan Tuan sangat tidak lucu," ucap Steve serius.

"Aku hanya bercanda," ujarnya sambil tertawa terpingkal-pingkal. Apanya yang lucu? Apa aku benar-benar akan menikah dengan orang ini? Jangan-jangan dia ini sakit jiwa.

Melihat orang lain gemetaran dan marah tapi itu suatu hal yang menarik untuknya."Dan tambahkan lagi 1 hal."

"Apa lagi," tanya Dave sambil mendekatkan wajahnya padaku. Aku benci ini, ada garpu di sini dan aku ingin mencongkel matanya.

Ohh, tidak Sienna aku akan di penjara jika aku melakukan itu.

"Tulislah bahwa apapun yang terjadi padaku kau tidak akan pernah mengaitkan nya dengan adikku."

"Tulis juga bahwa kau tidak akan pernah menganggu dan memanfaatkan adikku."

Dave menatapku dalam dan berkata, "baik."

Kami pun bersama menandatangani kesepakatan kontrak pernikahan ini di depan pengacara.

Semua orang yang hadir dan tau tentu saja harus merahasiakan Kontrak Pernikahan antara aku dan Dave. Jika kontrak itu bocor maka semua nama baik kami akan hancur. Tentu saja akan semakin banyak berita dan paparazi yang akan mengejar kami.

"Berapa bulanan yang kau minta?" Tanya Dave tiba-tiba menganggetkanku. Bulanan untuk apa kita kan hanya nikah kontrak. Melihat kebingungan muncul di wajahku Dave pun berkata, "Aku akan memberimu 2 milyar tiap bulan, gunakan uangnya. Dan jangan menimbulkan kecurigaan."

"Aneh sekali, kita belum menikah dan kau sudah membicarakan soal uang. Apa di matamu aku ini mata duitan?" tanyaku agak marah. Ya mau bagaimana lagi aku sedikit tersinggung.

"Sienna, kau ini sangat cepat tersinggung dan mudah emosi," ucap Dave jujur. "Hah tentu saja aku marah, karena aku sangat kesal karena aku harus menikah denganmu."

"Apa salahnya menikah denganku? Semua wanita di Dunia ini mendambakan posisi sebagai istri dari Dave Mckill."

"Tapi tidak denganku!!!" Urusan kami pun selesai. "Dave jangan lupa segera Transfer 1.000 Triliyun ku, ingatkan pasal perjanjian pertama bahwa Kau akan segera mengirim uang itu kurang dari 1 minggu sejak Kontrak di tandatangani."

"Tentu saja sesuai dengan kesepakatan di Kontrak Perjanjian." Aku, Steve dan beberapa Bodyguard keluar dari sana dan pulang.

"Hah aku lelah sekali," aku menepuk pundak dan leherku yang terasa agak sakit. "Ini pasti hipertensi."

"Steve, sebaiknya kita ke rumah sakit. Aku mau periksa, darahku sepertinya naik lagi."

Sama seperti kakek, aku juga punya hipertensi. Aku harus menjaga pola makan dengan baik dan tidak terlalu emosional.

Tapi seperti penyakit yang di takdirkan, emosiku pun sering tidak stabil terutama saat aku sangat marah aku mulai merasakan seperti ini.

Sama seperti waktu aku memarahi Paman Mario, tapi saat itu rasa sakit masih bisa aku atasi. Aku tiba di Rumah Sakit kami, Rumah Sakit Bratt Family.

Dokter memeriksa darahku yang ternyata memang sangat tinggi. Aku di beri obat di minta untuk beristirahat untuk beberapa waktu.

Beberapa saat kemudian aku melihat ponsel dan menerima pesan singkat dari Jonathan. "Aku merindukanmu," katanya.

Lalu dia mengirim lagi. "Kakak belikan beberapa pakaian untukku. Kau harus memilihnya sendiri." Lihat bagaimana manjanya dia.

Aku jadi teringat saat dia sedang mengemaskan barang-barangnya dan melihat foto ibu, aku khawatir dia akan sakit lagi. Ternyata dia hanya tersenyum dan menempatkan foto ibu di atas pakaiannya.

Aku berharap Jonathan selalu bahagia. "Steve bilang pada supir untuk pergi ke pusat perbelanjaaan sebentar, aku ingin membeli beberapa barang untuk Jonathan," ucapku pada Steve saat kami baru saja turun lantai 5 dari Rumah Sakit menggunakan Lift.

Setibanya di Pusat perbelanjaan aku bergegas memasuki salah satu outlet langgananku di sana. Aku memilih beberapa pakaian untuk Jonathan.

"Sebentar lagi musim dingin, Coat ini cukup tebal warnanya juga kalem, sesuai kesukaan Jonathan." Aku juga melihat-lihat beberapa boots dan pakaian santai lalu meletakkannya di kasir.

Aku berkeliling lagi untuk mencari pakaian untukku dan memberikan untuk Steve dan beberapa Bodyguard yang mengikutiku hari ini.