Ace melemparkan ponselnya sembarangan. Dia menggenjot pemuda di bawahnya dengan kasar. "Dave, pelan-pelan. Ini sakit!" Ungkap Joddy yang saat ini di tindih oleh Dave.
Tidak puas dengan posisi misionaris, Dave membalikkan tubuh Joddy dan menghunuskan kejantanannya dengan kasar dan cepat. Joddy benar-benar tidak sanggup lagi.
Himpitan dan gesekan antara genjotan Dave dan kasur di bawah tubuh Joddy membuat burung kecilnya tidak bisa bertahan lagi. Dia keluar dengan cukup banyak begitu juga Dave yang mengeluarkan itu di dalam Joddy.
Dave segera melepaskan tubuhnya dari Joddy dan melihat air mani keluar dengan deras di bokong Joddy. Dave tersenyum puas. Dia sangat menyukai bercinta dengan orang baru seperti Joddy.
"Hah hah hah." Joddy terengah-engah karena keletihan. Dia menghabiskan 2 jam bercinta dengan Dave. Padahal masih tengah hari Dave mendatangi Club dan meniduri Joddy lagi untu kedua kalinya.
"Dave, kenapa kau liar sekali?" Tidak ada lagi bentuk kesopanan karena Dave yang memerintahkan pada Joddy untuk memanggil namanya saja jika mereka sedang berduaan.
Dave yang sedang duduk di pinggir ranjang sembari menyulut rokok hanya menatap Joddy dan tersenyum.
Pak! Dave memukul bokong seksi Joddy dan mencetak bentuk telapak tangan yang kemerahan.
"Karena kau sangat menggemaskan! " Ucapan Dave tak ayal membuat wajah Joddy memerah. Dia malu dan terdiam.
Mereka kemudian membersihkan diri bersama di kamar mandi. Dave yang geram melihat tubuh Joddy tak kuasa menahan hasratnya hingga mereka bercinta lagi seperti di kamar.
Dave menghampiri Joddy dan mencium keningnya. Ya, Dave mulai tertarik dengan Joddy. Hanya tertarik seperti pasangan-pasangan sebelumnya.
"Kau tau, aku sebenarnya tidak suka untuk terus berganti pasangan. Tapi pasangan-pasanganku sebelumnya selalu membuat masalah.
"Aku harap kau tidak seperti mereka." Dave mengambil ponsel dan mentransfer beberapa milyar untuk Joddy.
"Aku sudah mengirim uang untuk jajanmu. Ahh iya, aku membeli ini beberapa waktu lalu." Dave mengambil sebuah kotak yang berisi jam tangan dan memberikannya pada Joddy.
Sebuah jam tangan rolex dengan warna emas. Harganya mencapai 1,5 milyar. Joddy terlihat sangat menyukainya. Dave memasangkan jam itu di tangan Joddy.
"Sangat cocok dengan kulit putihmu," Puji Dave yang mendapat reaksi malu-malu dari Joddy. "Terima kasih Dave," ucap Joddy.
"Ahh iya. Ini satu lagi! Aku membelikanmu sebuah Apartemen di jakarta selatan. Daripada harus bolak-balik Club yang lumayan jauh lebih baik kita bercinta di sana saja."
Dave juga memberi sebuah kartu sebagai kunci untuk masuk ke apartemen. " Ini hadiah dan apartemen itu atas namamu."
Joddy kembali terkejut dengan segala pemberian Dave tapi anehnya dia tidak terlalu senang seperti wanita atau pria yang baru mengenal barang mahal.
"Aku tidak sangka akan mendapat hadiah yang begitu mewah, terima kasih sekali lagi Dave," ucap Joddy lemah lembut.
"Setelah ini kemasi barangmu dan pergilah ke apartemen. Jangan datang ke klub lagi." Joddy menganggukkan kepalanya dan segera berkemas.
Dave segera menelpon supir untuk mengantar Joddy ke apartemen. Sedangkan dia kembali ke kantor.
Joddy tiba di sebuah apartemen mewah. Dia menaiki lift ke lantai 10 menuju kamarnya. Setelah tiba di kamar dia melipat pakaian dan menaruhnya di lemari.
Tring! Tring! Tring! Suara nada dering dari ponsel Joddy berbunyi. Ada panggilan dari nomor tidak di kenal tertera di layar ponselnya.
"Halo." Wajah Joddy memucat saat mendengar suara di ponsel. "Ka-ka-kakak," ucap Joddy tergagap.
"Jadi, apa saja yang sudah kau peroleh dari Si Brengsek itu?" Suara pria di ponsel itu terdengar emosional.
"Di-di-dia memberiku uang dan juga banyak barang mewah. Dia bahkan memberikanku sebuah apartemen," jawab Joddy dengan jujur.
"Heh, kau sudah menjual tubuhmu tentu saja harus mendapat bayaran yang setimpal."
"Apa kakak akan mengambil uang dan juga barang-barang ini?" Tanya Joddy lagi yang tentu saja menyulut api kemarahan dari pria di ponsel.
"Apa kau tidak waras? Apa aku seperti orang yang kekurangan uang? Jika kau ada di sini aku akan menamparmu dan merobek mulut sialanmu yang berbicara sembarangan itu," ucap pria itu dengan nada suara yang tinggi.
Keringat menetes di dahi Joddy. Punggungnya pun basah oleh keringat. "Kak, maafkan aku aku salah bicara, aku mohon jangan pukul aku," rintih Joddy.
"Heh, kali ini kau selamat karena kau tidak ada di hadapanku. Jika kau bicara sembarangan lagi dimana pun kau berada aku akan mengejar dan menghajarmu.
"Teruslah jadi kekasih Dave, kalau bisa kau harus masuk kerumahnya dan mendapatkan jadwal kegiatan Dave setiap hari. Kau mengerti?"
"Iya kak aku mengerti." Sambungan telepon pun di tutup oleh pria kasar di seberang sana. Wajah Joddy berubah murung. Dia menghempaskan tubuh di kasur lalu memiringkan badannya.
Dia sedih, Joddy merasa sangat sedih. Kenapa kakak yang merupakan satu-satunya keluarga harus begitu kasar pada dia. Orang tua mereka sudah meninggal dan Joddy tidak mau mengingat kejadian itu lagi.
Kakaknya selalu menyiksanya jika dia marah. Beruntung saat dia beranjak dewasa kakaknya sudah jarang melakukan itu. Kakaknya berkata bahwa Joddy harus menjaga kemulusan tubuhnya.
Dia tidak tahu bahwa kakaknya tega membawa dia ke klub malam dan menjual dia pada manager di sana. Setiap malam Joddy menangis meratapi dirinya hingga dia bertemu dengan Dave.
Ternyata memang itu adalah tujuan untuk membuat Joddy sebagai mata-mata dan melaporkan setiap hal yang dia ketahui dari Dave pada kakaknya.
Kakaknya berubah saat tau kematian kedua orang tuanya berkaitan dengan keluarga Mckill sehingga dia berusaha untuk balas dendam dengan cara apapun.
Bahkan dia tega menjual adik satu-satunya untuk mencapai tujuan balas dendam. Joddy berpikir dengan keras hingga dia kelelahan dan terlelap tidur.
"Nak, Ibu tidak apa. Kakak adalah yang paling tua harus menjaga adik Joddy dengan baik." Seorang wanita yang berusia 30an berbicara dengan lancar walau perutnya tertusuk pedang.
Entah bagaimana wanita itu bisa mengeluarkan suara selancar itu. Wanita itu dengan tangannya yang bergetar mengusap kepala Joddy.
Hingga saat dia ingin mengusap kepala kakak Joddy tangannya berhenti di udara dan terkulai lemas. Kakak Joddy seketika histeris dan berteriak. Ibunya telah tiada.
Sebelum itu ayahnya juga tertusuk pedang yang sama dan mati saat itu juga tanpa meninggalkan pesan apapun.
Kakak Joddy melihat Joddy dengan penuh amarah. Dia memukuli Joddy hingga babak belur. Joddy yang tubuhnya mungil dan tidak tahu bela diri sama sekali tidak melawan.
Kerah Joddy di tarik oleh kakaknya. Dia berkata, "Kau adalah malapetaka, sejak kau hadir di keluarga kami kau hanya mengundang masalah. Lihatlah kedua orang tuaku meninggal gara-gara kau.
"Kau itu hanya anak pungut yang ibu bawa ke rumah ini. Kau memang pembawa masalah!" Teriak kakak Joddy putus asa.
"Tidak kak, aku bukan pembawa masalah, aku bukan malapetaka, bukan, bukan, bukan!" Teriak Joddy tak kalah histeris. Dia menangis. Remaja 13 tahun yang tidak tahu apa-apa telah di pukul hingga babak belur.
Jedar!!! Suara petir membangunkan Joddy dari tidurnya. Dia bermimpi. Mimpi kejadian di mana ibu dan ayahnya mati.