Aku mengikuti permintaan Dave dan mengubah ekspresi wajahku. "Oh My God, Apa ini Dave? Ini kalung yang sangat indah. Apa kau memberikan ini untukku?"
Aku meraba kalung yang melingkar di leherku dengan ekspresi yang bahagia. Beberapa pasang mata karyawati di sana menunjukkan rasa iri padaku.
Dengan suara yang cukup nyaring dia berkata, "Sienna, ini adalah kalung peninggalan ibuku dan merupakan kalung turun temurun di keluargaku. Seharusnya ibuku yang memakaikannya di lehermu karena kau adalah menantu satu-satunya dari keluarga Mckill.
"Tapi karena ibuku sudah tiada maka aku yang akan memakaikannya padamu di hari pertunangan kita. Untuk sementara aku akan menyimpan kalung ini."
Dave kemudian melepaskan kalung yang indah itu dari leherku . Dave hanya menggunakannya padaku untuk mengatakan pada orang-orang di sini bahwa dia benar-benar serius padaku.
Terutama untuk beberapa wartawan yang menguntit dan diam diam mengambil foto kami. Dave ingin agar mereka menyebarkan berita itu ke seluruh dunia.
Dave benar-benar pintar beracting. Di depan semua orang dia merangkul pinggulku dan menuntunku untuk memilih beberapa gaun lagi. Semua orang benar-benar mengira kami sebagai pasangan kekasih.
"Madam ria, antar semua gaun ini ke kediaman Bratt dan berikan tagihannya padaku," ucap Dave pada Madam Ria.
Madam Ria tersenyum dan mengirim tagihan itu pada Felix yang kemudian membayarnya. Pemuda di samping Felix yang memiliki wajah orang oriental itu nampak terlihat cemas.
Aku menghampiri dan menyapa pemuda itu. "Aku Sienna." Pemuda itu menatapku kaget dan menundukkan wajahnya tapi dia tetap menjabat tanganku. "Joddy," lirihnya.
Dia terlihat malu dan cepat menarik tangannya. "Apa kau merasa tidak nyaman padaku atau ada alasan lain kau terlihat cemas?"
Dia dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak, bukan begitu hanya aku.. aku..." Aku segera memotong ucapannya. "Aku sudah tau hubunganmu dengan calon suamiku."
Ucapanku tentu saja membuat Joddy membulatkan mata dan wajahnya berubah pucat. Aku hanya terkekeh melihatnya. "Hehe, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak marah. Aku tidak akan mencampuri urusan Dave mengenai tentang siapa saja partner sex nya."
Aku menyentuh rambutnya yang halus. "Aku memiliki adik seusia denganmu, jadi melihatmu bersama Dave membuatku agak kasihan."
Tanpa sadar Dave tiba di sebelahku. "Apa sudah selesai mengobrolnya?" Dave tersenyum lembut padaku. Yah, bagiku itu menjijikkan. Tiba-tiba aku malah teringat Jonathan.
"Ingat ya Dave, jangan coba-coba mendekati adikku. Aku akan membunuhmu," lirihku berbisik di telinga Dave. Aku segera pergi menjauh ke arah toilet wanita.
Di dalam toilet ada beberapa karyawati yang masuk dan mencuci tangan di wastafel. "Nona Sienna sangat beruntung ya mendapatkan Tuan Dave sebagai calon suaminya."
"Eh, Tuan Dave juga beruntung mendapatkan Nona Sienna. Lihat wajahnya yang sexy, kulitnya yang putih dan lembut, terutama dadanya yang sangat besar, ahh aku iri sekali."
Suara wanita lainnya berkata, "Kalian bodoh ya? Apa kalian tidak tahu gosipnya?"
"Eh gosip apa cepat beritahu!"
"Heh, aku beritahu ya Tuan Dave itu memiliki banyak kekasih sebelumnya. Tidak hanya wanita ada lelaki juga, eh tapi ini rahasia jangan sampai bocor atau aku akan mati."
"Hah benarkah? Aku tidak sangka kalau Tuan Dave bisa suka sejenis juga, eh lalu kalung yang di kenakan Nona Sienna tadi apa kau tau itu?"
"Cih, kalian ini benar-benar tidak tahu apapun. Itu adalah kalung berlian paling mahal. Aku memiliki teman yang juga bekerja di kediaman Mckill."
Tiba-tiba wanita itu merendahkan suaranya, "ini rahasia. Jangan beritahu siapapun. Kalung itu adalah kalung turun temurun dari keluarga Mckill. Siapa pun yang mendapatkan kalung itu, dia akan menjadi nyonya sebenarnya di kediaman Mckill."
"Apa maksudmu nyonya sebenarnya? Bukankah di kediaman Mckill sudah ada nyonya kedua dan nyonya ketiga?"
"Haih kalian ini bodoh. Itu adalah kalung berlian termahal dan juga turun temurun. Itu berarti wanita yang memakainya akan menjadi menantu paling berpengaruh dan posisi pemakai bisa meroket."
"Selain itu aku mendengar bahwa Nyonya kedua dan ketiga ingin merebut kalung berlian itu. Tapi untungnya kalung itu sudah berada di tangan Tuan Dave."
"Dan yang pasti orang-orang kelas atas juga mengakui keberadaan Nona Sienna. Kalian juga tau kan bahwa Keluarga Bratt hampir mengalami kebangkrutan?" Ujar wanita itu lagi.
"Aku tidak menyangka jika Nyonya kedua dan ketiga ternyata wanita yang tidak tahu malu."
"Jadi, bantuan dari Tuan Dave yang membantu Perusahaan Keluarga Bratt tidak jadi bangkrut?"
"Tentu saja itu sudah di ketahui semua orang. Ehh cepat kita kembali bekerja. Aku takut Madam akan marah karena kita terlalu lama di sini."
Setelah selesai mendengar gosip mereka aku segera keluar dari toilet dan membersihkan tangan di wastafel. Aku tidak menyangka kalau kalung itu akan menjadi rebutan. "Hah, pria sialan itu akan membuat hidupku kesulitan."
Aku kembali ke ruang yang di penuhi gaun. Di sana aku melihat Joddy dan Felix sedang memilih jas sedangkan orang-orangku menyantap cemilan mereka.
Madam Ria segera menghampiriku. "Terima kasih Nona Sienna karena telah memilih butik kami untuk gaun pertunangan anda." Dia memberikan senyum tulus dan aku pun membalasnya.
"Madam Ria, aku sangat puas sekali dengan semua pakaian di sini. Aku berencana untuk memberikan pakaian baru untuk semua penghuni di Mansionku. Yah, aku harap kalian bisa datang ke mansion untuk mengukur orang-orangku."
Madam Ria tersenyum lebih lebar. Aku segera meninggalkannya dan bergelayut manja di lengan Dave hingga Dave cukup kaget melihat kelakuanku.
Dengan suara yang cukup keras aku berkata, "Sayangku, aku ingin membeli pakaian baru untuk hari pertunangan nanti untuk orang-orang di Mansion, kau bersedia untuk membayarnya kan?"
Dave tersenyum licik dan menarikku ke pelukannya, tanpa aba-aba dia langsung mencium pipiku. Aku terperangah. "Tentu saja sayangku, kenapa kau bicara seperti aku tidak akan membayar?"
Dave kemudian berkata lebih keras agar mencapai telinga Madam Ria. "Madam Ria, apapun yang sayangku ini inginkan berikan semuanya dan kirim tagihannya padaku."
Semua wajah orang di sana terperangah karena mereka berpikir bahwa Dave benar-benar mencintaiku. Aku jadi risih saat lengan Dave yang melingkar di pinggangku tak kunjung lepas. Dia sesekali menggodaku dengan mencium rambutku atau menggelitik pinggangku.
"Dasar bajingan ini!" Gerutuku dalam hati. "Bagaimana dia bisa bermesraan denganku di hadapan kekasihnya yang berawajah sendu itu?"
Tentu saja wajah Joddy menjadi muram melihat kemesraanku dan Dave.
Madam Ria segera membungkus gaunku dengan rapi dan memberikannya pada Bodyguardku untuk dibawa. Tidak mau berlama-lama aku segera berpamitan untuk pulang.