"Benar Nona. Mereka semua sudah tiba di sini. Mereka membawa banyak koper. Sepertinya mereka akan tinggal lama."
"Gerald kita akan berlatih nanti! Dan kalian semua bisa bubar dan beristirahat. 10 orang ikut aku untuk menyambut pamanku," ujarku memerintahkan mereka.
"Hah! Setelah Ibuku tiada dan kakek juga berada di rumah sakit, mereka kembali kesini. Apa yang mereka inginkan sebenarnya?"
Aku tidak mengerti dengan paman Mark. Bukankah dia sudah bersumpah untuk tidak akan kembali kemari lagi?
Aku juga penasaran dengan apa yang akan mereka katakan. Aku segera berjalan menyusuri Mansion dan tiba di ruang tamu.
Paman Mark dan Istrinya Nyonya Sonia Jenkins duduk di kursi tamu. Nyonya Sonia menghampiriku dan memelukku. "Sienna! Kau sudah besar sekarang! Sudah lama kita tidak bertemu."
Nyonya Sonia melepaskan pelukanku dan tersenyum manis. Ya, senyum penuh kemunafikan. Apa dia pikir aku bodoh? Aku pernah menyimpan sebuah kamera tersembunyi di sekitar ruang tamu saat dulu aku masih kecil.
Dan kalian tahu apa yang Nyonya Sonia katakan? Dia berharap aku, ibu dan Jonathan segera mati agar dia bisa menguasai semua harta kakek.
"Aku juga senang melihat bibi. Tapi kenapa bibi dan paman bisa ada di sini? Kalian punya mansion sendiri kan?" Ucapanku yang datar membuat kening mereka berkerut.
Nyonya Sonia balik menjawab. "Apa ada masalah jika kami kembali ke sini? Apa kau tidak senang kami kembali? Padahal aku sangat mengkhawatirkanmu, Sienna. Bisa-bisanya kau berpikiran seperti itu pada kami yang sudah datang jauh-jauh kemari."
Nyonya Sonia memasang wajah menyedihkan. Dia lalu duduk di kursi ruang tamu di depan pamanku yang sedang santai menyantap kopi dan cemilan yang diberikan pelayan.
"Sonia, Mansion ini sangat luas. Tidak bisakah kau berbagi dengan keluargamu? Bagaimana pun aku adalah pamanmu. Aku juga berhak berada di mansion ini," ucap Paman Mark dengan tegas.
Dia melirikku dengan sinis lalu berkata, "atau jangan-jangan kau ingin berkuasa atas semua harta kakekmu? Aku jadi curiga. Jangan-jangan keberadaan ayah di rumah sakit itu adalah ulahmu."
Hampir aku ingin menyiram kopi panas itu ke atas kepala paman tapi aku sebisa mungkin menahan emosiku. "Paman menuduhku? Harta kakek? Harta kakek yang mana?"
"Jangan bilang paman tidak tahu kalau perusahaan kakek bangkrut. Apa paman tau aku bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan perusahaan kakek dari ambang kebangkrutan."
"Harta kakek sudah habis paman. Yang tersisa hanya Mansion dan perusahaan yang sedang aku selamatkan.
"Paman jika menuduh harusnya ada bukti. Anehnya setelah perusahaan bangkit, paman malah segera datang kemari. Bukankah itu sedikit aneh?" ucapku dengan geram. Aku tidak duduk dan masih berdiri di dekat sofa.
Seenaknya saja paman menuduhku, padahal aku yang berusaha mati-matian untuk menyelamatkan perusahaan kakek. Aku bahkan sampai harus terjebak pernikahan kontrak dengan seorang iblis.
Aku menyilangkan kedua tanganku di dada. "Atau jangan-jangan ini semua adalah rencana paman untuk menghancurkan perusahaan kakek. Kalau memang benar, paman kau terlalu kejam."
Prank! Paman Mark menjatuhkan cangkir bekas kopinya, entah dia sengaja atau tidak. Bodyguard segera menghadang takut kalau terjadi kekerasan padaku.
"Astaga! Berhentilah! Suamiku, kau ini kenapa? Kita kesini sebagai keluarga. Sebentar lagi Sienna akan bertunangan. Bagaimana kau bisa bersikap seperti ini?"
"Keponakanmu tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu. Sienna, pamanmu hanya emosi. Maafkanlah dia. Sienna, kau jangan berpikiran yang tidak-tidak pada kami.
"Maksud kami datang kemari hanya untuk membantumu mempersiapkan pertunangan dan pernikahanmu. Setelah itu kami akan segera pergi dari Mansion ini.
"Bagaimana mungkin kami tega membiarkanmu sendirian di pesta pertunangan dan pernikahan tanpa keluarga?
"Kami tahu kau marah karena kami tidak menjenguk ayah. Itu karena kami punya alasan. Keluarga Jenkins juga sedang berduka saat itu, Paman bibi meninggal dunia.
"Dalam adat keluarga Jenkins selama 3 bulan kami semua tidak boleh keluar rumah dan tidak memegang alat komunikasi. Kami semua harus berduka.
"Itulah alasan kami, kenapa kami tidak bisa datang kemari saat itu." Nyonya Sonia memegang tanganku dan bersikap lemah lembut. Paman Mark menghela napas lalu berkata, "Maafkan Paman, Sienna. Paman salah telah menuduhmu."
"Heh," aku memalingkan wajah karena sudah lelah berdebat dengan pria ini.
Plak! Suara tamparan seseorang terdengar di lantai 2. Aku melihat Carissa marah-marah. Entah siapa kali ini sasarannya. "Beraninya kau tidak mengijinkan ku masuk ke kamarku. Menyingkir!"
"Maafkan saya Nona Carissa. Tanpa ijin dari Nona Sienna tidak ada yang bisa masuk ke kamar mana pun." Carissa semakin marah dan dia hendak menampar bodyguard ku untuk kedua kalinya.
"Berhenti!" aku tiba di lantai 2 saat Carissa hampir menampar bodyguard ku. "Berani sekali kau meletakkan tanganmu pada orang-orangku." Aku langsung tiba di depan Carissa dan dia tidak menghentikan tamparannya. Dia malah tersenyum sinis.
Aku menangkap tangannya yang hampir menyentuh pipiku. Aku melihat kaki kanannya yang terlihat indah dan langsung menendangnya hingga itu meninggalkan lebam di sana.
Dia terduduk memegang kakinya, berteriak dan menangis tak karuan memanggil ibu dan ayahnya. Kakaknya Jack nampak tidak terlalu peduli sementara adiknya Philip ingin membantunya tapi Carissa malah mendorongnya.
"Ibu! Ayah! Tolong aku. Sienna ingin membunuhku. Hiks! Hiks! Hiks Ayah! Ibu! Cepatlah kemari." Carissa berteriak-teriak seperti orang gila. Ibu dan ayahnya segera naik ke lantai 2 dan memeriksa keadaan Carissa.
"Apa yang terjadi nak?" Paman Mark begitu khawatir dan memeriksa luka di kaki Carissa. "Sienna, kenapa kau begitu kejam pada saudara sepupumu sendiri, bagaimana jika dia tidak bisa berjalan lagi?" Bentak Paman Mark padaku.
"Paman, anakmu ini berani memukul orangku. Tentu saja aku harus membalasnya karena tidak ada yang berhak memukul Bodyguardku kecuali aku sendiri karena mereka semua adalah orang-orangku."
"Bagaimana keluarga bisa di samakan dengan bawahan?" Ucap Paman Mark lagi. "Bisa paman. Mereka tidak akan berkhianat dan menyakitiku tidak seperti keluarga ini. Dia hampir saja mencelakai wajah Calon pengantin Dave Mckill."
Aku melihat Carissa yang nampak geram dengan ucapanku. Ekspresi Nyonya Sonia pun nampak tak sedap di pandang tapi tentu dia bisa mencerna kata-kataku karena dia tahu persis sifat dan karakter Carissa.
"Sienna, Bibi minta maaf atas perlakuan Carissa. Ku harap kau tidak memasukkannya ke hati." Ucap Nyonya Sonia nampak tulus dan bijaksana.
"Ibu bagaimana bisa ibu…"
"Diam, kau mempermalukan ibu. Kita datang kemari sebagai keluarga, kenapa kau malah bertengkar dengan Sienna?" Carissa memalingkan wajahnya dan hanya diam.
Aku sudah lelah dan tidak ingin ini berlanjut lebih jauh. Jadi aku mempersilahkan mereka untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing.
"Paman, bibi dan semuanya, Silahkan kalian beristirahat dulu di kamar masing-masing dan jangan lupa untuk turun makan malam pukul 7.
"Ah, ya bibi aku peringatkan jika terus terjadi keributan seperti ini. Aku tidak akan segan-segan mematahkan lengan Carissa. Bibi tidak mungkin bisa menerima kemarahan tunanganku kan?" Aku tersenyum penuh kemenangan.
Aku membiarkan mereka tinggal di sini sementara untuk melihat hal apa yang akan mereka lakukan padaku. Aku tidak takut karena aku memiliki lebih dari 100 Bodyguard yang melindungi ku.