Asap rokok memenuhi ruang kerja Dave. "Iya, Kontrak Pernikahan."
"Apa keuntungan kontrak pernikahan ini," tanya wanita di seberang sana. "Tentu saja aku akan memberimu 1000 Triliyun."
"Oke, tapi apa keuntunganmu dalam pernikahan ini? Tidak mungkin kan kalau kau akan memperkosaku ribuan kali untuk itu?" ujar Sienna yang seenaknya saja bicara.
"Kau tidak perlu memikirkan itu, aku akan membuat kontraknya. Memperkosamu? Itu tidak perlu karena wanita yang lebih cantik darimu banyak yang tergila-gila padaku dan mau menyerahkan tubuhnya dengan suka rela."
"Dasar brengsek!" Cerca Sienna. "Kalau begitu aku akan mempersiapkan kontraknya, sampai jumpa, Darling!" Ucap Dave terakhir sebelum dia menutup teleponnya. "Pergi kau ke neraka, sialan." Maki Senna dengan kesal. Dia membanting ponselnya setelah itu.
"Felix bagaimana menurutmu dengan pernikahan kontrak ini?" Tanya Dave tiba-tiba pada Felix yang ada di belakangnya.
"Em, itu bagus tapi bagaimana jika wanita itu hamil nanti?" Dave menjentik kening Felix. "Auh, sakit Dave." Felix meringis dan dia melihat wajah Dave melembut.
"Aku tidak akan menyentuhnya jika kau tidak suka." Kata-kata dave membuat Felix terpaku. "Apa urusannya denganku, memangnya aku siapamu?" Nada suara Felix seolah mengejek dirinya sendiri.
Dave mengusap kepala Felix. "Kau tahu dengan jelas posisimu untuk hidupku."
"Sekarang berikan laporan kerja sama dengan anak perusahaan King James." Felix kemudian mengambil beberapa lembar kertas dari tas nya dan memberikan itu pada Dave.
"Kita harus mendapatkan proyek ini apapun caranya. Dengan begitu keuntungan yang akan kita peroleh sangat besar, panggil kepala penanggung jawab proyek ini. Aku akan memberikan arahan padanya." Felix segera berdiri dan memanggil orang yang di maksud Dave.
Tidak terasa siang pun berganti menjadi malam. Sebelum kembali ke mansion, tidak lupa Dave mendatangi sebuah Club malam yang biasanya dia datangi.
Dia duduk di atas, di tempat VIP. Semua wanita mulai mendekatinya, Felix dari kejauhan hanya menatap Dave tanpa ekspresi, tapi genggaman tangannya yang kuat pada gelas itu memperjelas situasi kalau Felix benar-benar marah.
"Hai, pria tampan bermainlah bersamaku!" Wanita berbibir eksotis dengan tubuh seksi datang mendekat dan melingkarkan lengannya di tangan Felix. Felix mendorongnya agak keras sehingga wanita itu hampir terjatuh.
"Menjauhlah dariku, bitch!" Tegas Felix yang membuat wanita itu segera pergi menjauh dengan wajah kesal dan marah. Wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa karena Felix adalah Tangan Kanan Dave.
Dave melihat semua tingkah Felix. Terutama setelah dia mereguk minumannya sampai habis dan mengendorkan dasinya. Felix nampak berbalik dan memunggungi Dave. Sepertinya Felix sedang melihat ke bawah di lantai dansa.
"Sial bahkan setelah bersama wanita pun aku masih ingin merusaknya," batin Dave bergejolak saat pandangannya lurus ke depan.
"Tuan Dave, minumlah lagi," ujar wanita cantik di sebelah kanannya. "Tuan Dave, kau bilang akan memberikanku kalung permata seharga 10.000 dolar, jadi bisakah aku mendapatkannya sekarang?" Tanya wanita lain di sebelah kiri dengan manja sembari memeluk dave.
Dave berdiri dan menjauh dari wanita wanita itu, "pergilah ke Felix dan ambil uang kalian! Jangan muncul lagi di hadapanku! Aku sudah muak dengan kalian."
"Tuan Dave, tunggu." Teriak para wanita itu dan di ikuti dengan tangisan. Wanita yang sudah di tinggalkan Felix tidak akan pernah bisa kembali lagi menjadi wanitanya.
Dave pergi ke ruang Manager, dan duduk di depan pria tua. "Hehehe Tuan Dave aku punya barang baru untukmu, dia masih perawan." Senyum licik menghiasi wajah Manager. Tentu saja dia senang karena jika Dave puas dia akan di beri tips ratusan juta.
"Dia wanita atau?" tanya Dave. "Bawa masuk pemuda itu." Manager Club memanggil bawahannya untuk membawa masuk seorang pemuda.
Remaja itu berusia 17-18 tahun. Kulitnya putih pucat. Wajahnya tampan khas orang Asia Timur. Tidak memiliki lipatan di matanya membuat Dave sangat tertarik. Wajahnya juga cantik dan Feminim.
Dave mendekat dan menyentuh wajahnya. "Sangat mulus dan cantik. Berapa harganya?" tanya Dave pada Manager. "Harganya 1,5 milyar Tuan Dave, aku pastikan dia perawan dan belum di sentuh orang lain."
Dave mengelus leher dan turun ke dada. Orang di depannya menggigit bibir dengan wajah merona menahan malu. Dia juga memejamkan matanya. "Aku beri 2 milyar."
Mata manager itu bergetar saat mendengar angka 2 milyar. Dia bahkan mendapat bonus 500 juta. Luar biasa, jika terus begini Manager Club berpikir bisa membeli mobil baru.
"Ayo masuk ke kamarku!" Dave merangkul pemuda yang tadi baru di pilihnya ke sebuah kamar VIP. Kamar itu begitu mewah dan besar membuat remaja itu kagum.
Remaja itu berdiri di depan cermin menatap dirinya. "Aku benar-benar di dandani dengan cantik," dia membatin. Dave muncul di belakang dan merengkuhnya. Wajah Dave tepat berada di atas pundak remaja itu.
"Siapa namamu?," tanya Dave. "Namaku Joddy, Joddy Andreas." Joddy menatap tubuh mereka di kaca. "Aku akan melakukannya dengan lembut," ucap Dave yang kemudian menarik Joddy ke tempat tidur.
2 jam setelahnya Dave telah memakai pakaian. Dia menatap Joddy dan menciumnya. "Benar-benar sempit dan masih perawan."
"Ini kartu namaku, di bawahnya ada nama Felix, hubungi dia jika kau membutuhkan Uang. Em, berapa nomor rekeningmu?" Joddy mengambil kartu nama yang di sebutkan dan menyebutkan nomor rekening.
Dave mengetik sesuatu di smartphonenya. "Aku sudah mengirim 1 milyar ke rekeningmu. Kau sudah menjadi kekasihku jadi jangan pernah berpikir untuk selingkuh. Setiap bulan asistenku akan memberimu bulanan, mungkin sekitar 4 milyar/bulan."
Joddy mengangguk dan terlihat sangat patuh. Dia pun pemalu dan sedikit bicara. Dave menarik dagunya. "Benar-benar indah. Kau benar-benar tipeku. Cantik, penurut, pemalu, dan juga lembut." Dipuji demikian, semburat merah terlihat di wajah Joddy. Itu juga membuat senyum Dave makin mengembang.
Dia suka barang baru. Entah sampai kapan Joddy akan jadi kekasihnya. 1 bulan, 2 bulan, atau setahun. Tidak ada yang tahu kapan Dave bosan.
Keluar dari kamar, Dave melihat Felix yang lagi-lagi menatap Dave tanpa ekspresi. "Aku mendapat barang baru lagi, kirim 4 milyar tiap bulan ke rekeningnya." Dave memberikan Smartphonenya pada Felix.
Di sana tertulis nama Joddy Andreas dan Nomor rekeningnya. Genggamannya semakin mengencang. Dave telah jauh berjalan dia melihat ekspresi marah Felix dan tersenyum licik.
"Felix, cepat pulang kerumah kita." Felix pun segera memasukkan handphone ke sakunya dan melangkah pergi bersama Dave. Dave berusaha merangkulnya tapi Felix berjalan lebih cepat. Dave hanya menggelengkan kepala dan tertawa.
Joddy Andreas masih berada di kamar. Dia mengingat ucapan terakhir dari Dave. "Untuk seterusnya jika kau ingin beristirahat mintalah kunci pada manager untuk memakai kamar ini." Dave mengecup kening Joddy.
Joddy memegang keningnya mengingat momen itu. Dia berusaha berdiri dari tempat tidur. Keadaan tubuhnya tanpa di tutupi sehelai benang pun.
"Ahh," Joddy mendesis menahan sakit di pinggangnya. "Lembut apanya, setelah aku bilang enak dia terus saja mendorong benda sialan itu dengan kasar dan cepat."
Di depan kaca dia melihat seluruh bagian tubuhnya di cap merah dan keunguan. "Dia benar-benar kuat." Wajah Joddy memerah dan bagian bawah tubuhnya mengeras.
"Aku tidak tau jika akan seenak ini, aku menginginkannya lagi dengan Dave." Joddy menutup wajahnya yang memanas. Dia sangat malu akan pengalaman pertamanya dengan seorang Pria Dewasa.