Chereads / Mission (un)Completed / Chapter 17 - Chapter 17

Chapter 17 - Chapter 17

Braaakkkk!

Matteo memukul meja di depannya dengan keras setelah mendengar laporan Demian mengenai Brenda yang tidak datang ke butik hari ini. Padahal ia sudah mengantarkan wanita itu kesana tadi. Apakah wanita itu sedang merajuk padanya karena ia tidak jadi menemaninya memesan gaun? Batinnya menahan kesal.

"Sebenarnya apa mau wanita itu sih?!"

Demian yang mengetahui kemarahan Matteo disebabkan oleh Brenda, secara diam-diam tersenyum miring. Ternyata ia tidak perlu susah-susah membuat wanita itu dibenci oleh bosnya sendiri. Ia memang tidak tahu apa yang membuat Matteo tadi tiba-tiba merubah rencana awalnya akan menemani wanita itu datang ke butik, karena ia malah pergi ke bar dan terlihat emosi. Demian senang jika perubahan mood yang dimiliki bosnya itu dikarenakan Brenda.

"Sejujurnya anda sudah terlalu mengistimewakannya, Tuan. Bahkan jika dibandingkan dengan wanita lain, itu sangat berlebihan. Dan menurut saya, dia memanfaatkan momen keistimewaan itu untuk bisa membuat anda agar terus melihatnya dengan berbuat hal semacam ini." ucap Demian mengompori.

"Kurang ajar! Beraninya dia! Kau benar, Demian. Mungkin aku memang sudah salah langkah dan lengah. Terima kasih sudah mengingatkanku, kau memang mafioso andalanku."

Demian membungkukkan badannya menanggapi pujian yang dilayangkan matteo padanya. Benar, memang seharusnya begini. Citra wanita itu tercoreng dengan sendirinya tanpa ia harus susah-susah turun tangan sendiri dan melupakan bantuan tak berguna dari Ritta. Wanita itu hanyalah mengacaukan rencananya, dasar wanita bodoh. Batinnya kesal.

Ya, sejak insiden di Dapur waktu itu dimana dia dan Yesi membuat drama menjijikkan itu yang pada akhirnya mempermalukan mereka sendiri, Demian sudah enggan membuat rencana dengan kedua wanita itu. Memangnya apa gunanya memanfaatkan dua wanita yang bodoh-bodoh sementara dirinya tidak perlu susah-susah melakukan hal berat menghancurkan agen FBI itu? Tentu saja, Tuhan pun juga berpihak padanya.

"Tuan, ini adalah salah satu tugas saya selain menjadi mafioso anda. Pokoknya saya tidak akan membiarkan wanita seperti dia membuat anda menjadi seperti ini." kata Demian berubah serius.

Semenjak ia memutuskan untuk memasuki dunia mafia dan menjadi bagian di dalamnya dengan masuk ke kawanan Rimora, disaat itulah ia mengenal seorang pria yang bahkan jauh lebih muda darinya. Ia begitu ahli memainkan bidang ini. Pada awalnya ia pikir pria itu sama sekali tidak pantas mendapatkan posisi tertinggi di kawanan ini menggantikan Sean Rimora, tapi pandangannya kemudian berubah setelah mengetahui langsung bakatnya dan akhirnya membuatnya begitu mengaguminya sampai membuatnya menjadi panutannya. Matteo Rimora adalah mafia terhebat yang pernah Demian temui, maka dari itu disaat ia resmi menjadi bagian dari mafioso-nya, ia berusaha keras agar Matteo melihat kemampuan yang dimilikinya dalam hal berjudi sampai akhirnya ia pun di apresiasi olehnya. Maka dari itu, mulai saat-saat itu ia berjanji akan menjaga Matteo seperti yang dimandatkan Sean. Ia rela melakukan apapun asal keselamatan Matteo terjamin. Dan ia juga tidak akan membiarkan wanita FBI itu menghancurkan kawanan Rimora dengan mudah. Karena dia sudah lancang masuk ke dalam kawasan rumah pimpinan tertinggi di Rimora saat ini dengan berdalih menjadi pelayan, maka Demian juga tidak akan melepaskan wanita itu dengan mudah.

"Aku memang tidak salah memilihmu. Aku bangga padamu."

Dan percakapan mereka terpaksa diakhiri ketika bunyi telepon dari ponsel Matteo mengalihkannya. Pria itu mengernyit ketika pada layar ponselnya tertera nama ayahnya.

"Tumben sekali orang tua ini menghubungiku."

Matteo bukan tanpa alasan mengatakan itu, karena pasalnya selama ini Sean jarang menghubunginya kecuali ada hal penting. Dia lebih sering menemuinya secara langsung tanpa memberitahunya jika ada kepentingan. Seperti yang dilakukannya akhir-akhir ini mengenai pernikahannya dengan wanita itu.

"Halo, pa?"

"DASAR BOCAH TIDAK TAHU DIUNTUNG! DIMANA KAU SEKARANG?!"

*****************

Brenda hanya mengurut-urut pelan pangkal hidungnya ketika Sean baru saja menghubungi Matteo karena melihatnya berada di rumah lebih dulu dan tidak jadi pergi ke butik. Sebenarnya ia tidak menjelaskan apa alasan pembatalan rencana itu kepadanya, tapi entah mengapa Sean berasumsi jika semua ini disebabkan oleh Matteo. Sean memang benar jika hal ini terjadi karena keputusan sepihak pria itu yang meninggalkannya begitu saja di depan butik tadi, tapi disisi lain ia juga enggan mencari gara-gara dengannya walaupun ia merasa kesal pada pria itu.

"Tuan Sean, ini tidak seperti yang anda pikirkan."

"Sssttt! Calon menantu, aku tahu bocah itu seperti apa. Jadi jangan berusaha membelanya ya?" ucap Sean memotong kalimat Brenda menasehatinya.

Sementara itu Brenda mengernyit tidak terima karena kata-kata Sean seakan memposisikannya jika ia begitu peduli pada Matteo. Padahal tidak seperti itu kenyataannya, ia begini karena tidak ingin berhadapan dengan Matteo lagi. Tapi ia tidak punya kesempatan untuk membela diri karena ia juga tidak mau membuat Sean salah paham.

"Pria itu memang begitu, jadi jangan diambil hati ya?" sambung seorang pria yang datang bersama Sean. Tunggu, siapa pria ini? Pria itu sepertinya tahu akan kebingungannya dan memperkenalkan diri.

"Namaku Robert. Namamu Lily kan, adik ipar?" tanyanya memastikan.

Ah, jadi pria ini yang namanya Robert. Brenda benar-benar dibuat berdecak kagum dengan ketampanan yang dimiliki putra sulung Rimora ini. Entah apa yang membuat Sean tidak memilih Robert yang notabenenya putra kandungnya sendiri untuk menggantikan posisinya, dan malah sebaliknya memilih seorang Matteo yang hanya anak angkatnya saja.

"Tidak, calon menantu. Aku tahu Robert itu tampan sepertiku, tapi kau sudah milik Matteo sekarang." ucap Sean menyadarkannya dari lamunan singkatnya sekaligus memandang Sean dengan tatapan kesal karena kalimatnya barusan. Memangnya dia wanita seperti apa, Brenda bukan tipikal wanita yang mudah jatuh cinta.

Sean tergelak mengetahui itu, "Maafkan aku, calon menantu. Aku tahu kau tipikal wanita yang setia. Jadi, jangan anggap serius selentinganku barusan."

Brenda berniat akan menjawab perkataan Sean, tapi tindakan beberapa pelayan yang tiba-tiba muncul berbondong-bondong berlari menuju ke arah Robert yang posisinya dekat dengannya, membuatnya terdorong beberapa meter dan nyaris akan jatuh mencium dinginnya lantai jika saja sekarang tidak ada yang menahan pinggulnya. Brenda memandang siapa penyelamatnya dan ketika manik matanya bertemu dengan manik mata orang itu, ia tertegun.

Matteo Rimora? Batinnya tidak percaya.

Ya, penyelamatnya adalah pria itu. Brenda sama sekali tidak menyangka akan mengalami situasi semacam ini dengan Matteo. Waktu seakan berhenti didetik itu ketika mereka masih saja saling bersitatap.

"Kau tidak apa-apa kan?" tanyanya dan kemudian membantunya kembali berdiri dengan tegap. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah para pelayan yang masih sibuk mengerubungi Robert. Sepertinya mereka adalah penggemar berat pria itu. Dia kembali memandang Brenda lalu menarik wanita itu menjauh dari kerumunan itu.

Brenda yang terkejut karena perubahan sikap Matteo pun menghentikan langkahnya paksa.

"Ada apa?" katanya.

Brenda memandang wajah Matteo lekat-lekat. "ADA APA DENGAN ANDA? TADI PAGI ANDA MENINGGALKAN SAYA BEGITU SAJA, LALU SEKARANG ANDA BEGITU PEDULI PADA SAYA. JANGAN MEMBUAT SAYA BINGUNG!" bentaknya meluapkan emosinya yang sudah ia tahan dari tadi.

Dan entah mendapat bisikan dari mana, Brenda begitu lancar mengatakan kalimat-kalimat itu. Tapi ia tidak peduli, karena sekarang ia memang penasaran dengan perubahan sikap pria itu yang seperti bunglon. Namun disisi lain, Brenda juga tidak mengerti pada dirinya sendiri mengapa harus memikirkan hal ini.

"Apakah kau pernah mendengar pimpinan mafia jatuh cinta pada pelayannya sendiri? Itu yang kurasakan sekarang." ucap Matteo menjawab pertanyaan Brenda.