Chereads / Mission (un)Completed / Chapter 9 - Chapter 9

Chapter 9 - Chapter 9

"Kau menolakku?" ucap Matteo tidak percaya setelah mendengar kalimat penolakan keluar dari bibir Brenda sendiri.

Kini kedua orang itu sedang berada di dalam kamar milik Brenda, setelah Yesi pergi meninggalkan mereka berduaan.

"Saya bukan wanita yang seperti anda pikirkan. Saya tidak mau menjadi wanita bayaran!" ucap Brenda menolak Matteo dengan halus. Karena Brenda sedang malas berhadapan dengan pria ini.

Sementara itu, Matteo tiba-tiba terdiam di tempatnya dan hanya memandangi wajah Brenda untuk beberapa saat. Merasa terus diperhatikan, hal itu membuat Brenda merasa risih. Sebenarnya dia kenapa sih? Batin Brenda merasa heran.

"Tuan Matteo, jangan memandang saya dengan tatapan seperti itu," ucap Brenda menegur pria itu. Dan Matteo yang mendapatkan teguran dari Brenda, sontak membuat manik matanya kembali beradu dengan manik coklat mata wanita itu. Dia tersenyum miring.

Tidak mungkin. Batin Matteo tidak percaya.

Sementara itu, Brenda yang menyadari Matteo terus mempertahankan kebisuannya dengan masih menatapnya, lantas makin membuatnya kesal dan mulai mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah pria itu agar berhenti melakukan hal itu. Entah apapun alasan dari pria itu, Brenda merasa tidak nyaman. Ia pun kembali memprotes pria itu.

"Tuan Matteo, jangan..humph!"

Kalimat Brenda terpotong begitu saja ketika secara tiba-tiba pria itu langsung membekap mulutnya menggunakan bibirnya. Sementara itu, Matteo menggeram ketika bisa merasakan bibir Brenda untuk kedua kalinya.

Seorang Matteo Rimora tidak pernah mengecup wanita untuk kedua kalinya, dan ini adalah sebuah kesalahan. Tapi ia tidak bisa berhenti melakukannya karena begitu kecanduan.

"Tuan Matteo," ujar Brenda susah payah mengembalikan akal sehatnya.

Karena Brenda pikir, ia memang sudah mulai kehilangan akal sehatnya karena lagi-lagi ia tidak bisa menolak perlakuan Matteo padanya.

Sejujurnya, ia tidak mau jatuh pada pesona bos mafia ini, tapi sayangnya Matteo benar-benar lihai dan berpengalaman. Brenda yang masih amatir dalam hal ini seakan tertantang.

Sementara itu, disisi lain sebenarnya Matteo mengecup Brenda kembali karena ia ingin memberi pelajaran pada wanita ini yang dengan seenak jidatnya menolak tawarannya. Padahal ia tidak pernah meminta wanita manapun untuk menjadi wanita bayarannya kecuali mereka sendiri yang melemparkan tubuh mereka padanya. Matteo merasa jika ia sudah keluar dari jalurnya ketika dirinya dihadapkan oleh Brenda. Dia berbahaya.

Namun Matteo tetap tidak mau berhenti sampai pada akhirnya, ia meringis kesakitan karena ulah Brenda yang secara tiba-tiba menendang tulang keringnya.

Rasanya sakit sekali, Matteo tidak habis pikir bagaimana bisa wanita yang ukurannya tidak lebih besar darinya bisa menendang dengan sekeras itu.

"Argh! Kau mau membuatku cidera, ya?!" bentak Matteo marah. Pria itu tidak tahan merasakan sakit sekaligus perihnya kakinya.

"Maaf Tuan, saya tidak sengaja," ucap Brenda beralasan.

Wanita itu memasang ekspresi ketakutan untuk mengalihkan tindakan beraninya barusan, ia hampir saja memasrahkan diri pada mafia ini kalau saja akal sehatnya tidak menyadarkannya kembali. Ia tidak punya cara lain untuk menghentikan Matteo selain melakukan jurus andalannya ketika sedang terpojok.

Sepertinya ia harus berterima kasih kepada guru taekwondonya, karena ilmunya sangat bermanfaat sekali. Apalagi untuk pria-pria seperti Matteo.

"Tuan, ampuni saya!" Brenda mulai bersandiwara lagi dengan bersimpuh di bawah kakinya. "Jangan pecat saya!"

Tindakannya ini hanya sebagai pengalihan dan meredam kemarahan Matteo.

Matteo mendengus, ia merasa kesal pada wanita ini karena tindakannya, tapi Matteo tidak punya alasan lain selain mengalah. Kenapa dia jadi terlihat begitu menarik di matanya?

Seperkian detik berikutnya ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena merasa pening diakibatkan tingkahnya yang berada di luar nalar. Ia makin menjadi ketika berdekatan dengan wanita itu.

Apapun yang ada dalam diri Brenda seakan membangkitkan hasratnya tanpa ampun, padahal dia sama sekali tidak menarik saat pertemuan pertama mereka. Jika disandingkan dengan wanita-wanita bayarannya yang lain pun, Brenda tidak ada apa-apanya. Dia tidak pandai berdandan dan tidak memakai gaun seksi. Entah apa yang membuat Matteo begitu memandangnya berbeda saat melihatnya sekarang. Sepertinya Matteo harus memeriksakan dirinya ke dokter. Tanpa berkata-kata, Matteo pergi begitu saja dari kamar Brenda untuk meredam gairahnya.

Sepeninggal Matteo, Brenda bangkit dari posisinya dan langsung mengunci pintunya. Ia pun menyenderkan tubuhnya pada pintu itu dan tatapannya nampak menerawang kosong. Kadang Brenda bangga bisa memiliki kemampuan membaca ekspresi orang lain dengan cepat, tapi disisi lain ia juga merasa kemampuannya itu adalah bencana untuk dirinya sendiri. Seperti kejadian barusan sebelum Matteo pergi dari sini, ia melihat ekspresinya dan perasaan takut menggelayutinya.

Jangan jatuh jika tidak ingin merasa sakit. Batinnya mengingatkan.

Drrrt....drrrt....

Lamunan Brenda teralihkan ketika ponselnya tiba-tiba bergetar memecah hening. Ternyata ada pesan masuk dari Simon, Brenda bersyukur pria itu tidak kembali menghubunginya lagi karena ia sedang tidak mood untuk berbicara. Lantas ia segera membuka pesan itu dan langsung sumringah mengetahui isinya.

Nomor keberuntungan Matteo Rimora saat berjudi adalah 1004. Kau bisa mencobanya untuk membuka brangkasnya. Tulis Simon dalam pesannya.

Brenda senang karena pada akhirnya ia bisa cepat melakukan misinya dan buru-buru mencari bukti untuk segera menangkap Matteo jika ia bersalah dan mengakhiri semuanya. Pasalnya ia makin dibuat gila jika terus bertahan disini, apalagi dengan tingkah bos mafia itu yang sulit ditebak.

"Aku menyayangimu, Simon," pekiknya senang sambil mencium ponselnya. Dan tanpa Brenda sadari, lagi-lagi dari balik pintu luar kamarnya ada seseorang yang diam-diam menguping pembicaraannya.

****

"Kau kemana saja, Demian?" protes Matteo pada mafioso-nya itu. Mafioso adalah panggilan untuk si anggota mafia.

Demian membungkuk meminta maaf. "Tadi saya ada urusan, Tuan. Apakah anda menginginkan sesuatu, Tuan? Seperti menghubungi wanita bayaran anda, misalnya?"

Biasanya Matteo akan langsung setuju ketika Demian menawarkan wanita bayaran kepada dirinya, tapi entahlah kali ini ia sedang tidak berselera.

"Tidak!"

"Apakah Tuan ada masalah?"

Demian memang paling mengertinya, mafioso satunya ini selalu tahu jika ia sedang ada masalah.

"Ngomong-ngomong, karena kau juga seorang pria. Demian, apakah terus merasa bergairah pada seorang wanita yang bahkan tidak menarik dari segi penampilan disebut cinta?" tanyanya.

Demian tersenyum. "Dan siapa wanita beruntung itu, Tuan?" ucapnya membalikkan pertanyaan.

Matteo mendengus. "Mengapa kau balik bertanya padaku? Lagipula aku tidak berkata jika yang merasakan perasaan itu aku kan?"

"Dan saya tidak mengatakan itu anda."

Skakmat.

Matteo terdiam di tempatnya karena tidak menemukan kalimat yang pas untuk membalas kalimat Demian dan kemudian memilih bangkit dari kursinya.

"Antar aku ke bar, aku mau berjudi semalaman suntuk!" perintahnya.

"Baik, Tuan."

Jika wanita tidak mampu mengalihkan masalahnya, maka cara lainnya adalah berjudi. Dan Matteo akan menembak satu atau dua orang sebagai opsi ketiga, jika berjudi juga tidak bisa mengalihkan masalahnya. Dan siapapun orang itu nanti, semoga Tuhan memberkatinya.