"Oh astaga, maafkan aku Lily, aku hanya merasa senang setelah mendengar kau sudah siuman," kata Demian sambil melepas pelukannya dari tubuh Brenda.
Sementara itu Brenda yang awalnya masih syok dengan sikap Demian barusan, mulai bisa mengontrol dirinya sendiri. Tentu saja Brenda begitu terkejut ketika tiba-tiba pria itu datang dan langsung memeluknya begitu saja.
"Aku tadi sangat mengkhawatirkanmu, Lily," ucap Demian.
Awalnya Brenda tidak tahu harus bereaksi bagaimana, karena situasi ini membuat suasana jadi sedikit terasa canggung. Namun kemudian ia menanggapi pengakuan pria itu dengan sesantai mungkin.
"Well, terima kasih Demian karena sudah mengkhawatirkanku," kata Brenda sambil tersenyum.
Demian mengangguk. "Keadaanmu sudah membaikkan?" tanya pria itu.
"Iya, aku merasa jauh lebih baik. Ini berkat Tuan Matteo yang sudah menolongku. Jika dia tidak ada disana, aku tidak tahu bagaimana keadaanku saat ini," ucap Brenda jujur. Meski ia masih kesal mengetahui fakta jika Matteo tidak memberitahunya jika itu tempat yang berbahaya, namun ia tetap berterima kasih pada pria itu. Kemudian Brenda terdiam ketika menangkap perubahan ekspresi di wajah Demian.
Ia sudah menjadi agen FBI selama bertahun-tahun dan belajar sedikit tentang ilmu micro expression. Brenda tahu betul akan maksud perubahan kilat ekspresi pria itu barusan ketika ia menyebut Matteo sebagai penolongnya.
Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu saat ini, yang jelas ada yang tidak beres pada diri Demian.
Jika membicarakan tentang ketidakberesan, Brenda merasa ada banyak hal yang tidak beres di rumah ini. Dimulai dengan pernikahan kontrak antara Matteo dan Ritta misalnya.
Membicarakan tentang pernikahan kedua orang itu, menurut informasi yang ia dapatkan dari Simon, sebenarnya Matteo sama sekali tidak menginginkan sebuah pernikahan. Namun ayahnya, Sean Rimora terus mendesaknya agar cepat-cepat mencari pasangan untuk melanjutkan keturunan mereka di masa depan.
Matteo memang dikenal sangat menghormati Sean, jadi karena hal itu ia terpaksa menuruti permintaan dari Sean. Meski disaat itu, dia tidak sedang dekat dengan wanita manapun, karena Matteo tipikal pria player yang menggunakan wanita hanya untuk bersenang-senang. Dan bagaimana ceritanya akhirnya pria itu menikah dengan Ritta?
Kata Yesi, pernikahan antara Ritta dan Matteo sama sekali tidak diduga. Seluruh orang di rumah itu dikagetkan dengan kabar mengejutkan itu dua hari sebelum pernikahan diadakan. Tentu saja hal itu mendadak sekali, namun tidak ada yang berani mencari tahu, mereka pikir awalnya mungkin saja Ritta hamil karena Matteo, tapi ternyata tidak seperti itu kronologisnya. Padahal, pernikahan tidak terduga itu memang hanyalah pernikahan kontrak yang dibuat Ritta dengan alibi membantu Matteo. Karena sebenarnya, wanita itu hanya memanfaatkannya dengan timbal balik agar Matteo membantunya dengan mengirimkan salah satu anak buahnya untuk membunuh ibu kandung dan ayah tirinya yang selama ini sudah membuatnya menderita.
Sejak kecil Ritta selalu dipaksa bekerja dari menjadi pengemis, pencuri bahkan memuaskan nafsu para rentenir yang meminjamkan uangnya untuk melunasi hutang ibunya. Tidak jarang juga dibelakang ibunya, ayah tirinya itu juga melecehkannya. Itulah yang membuat Ritta menjadi seperti sekarang.
Ritta benar-benar menderita dengan kehidupannya, dan setiap kali wanita itu berusaha berkali-kali untuk membunuh ibu dan ayah tirinya, usahanya selalu gagal. Karena Ritta tidak memiliki sebuah keberanian.
Dan ya, pada akhirnya ia bisa terbebas dari kedua orang itu berkat bantuan Matteo, dan timbal balik yang pria itu dapat adalah ia juga tidak lagi terus-terusan didesak oleh Sean untuk segera menikah.
"Lily, kau baik-baik saja?" Intrupsi Demian membuyarkan lamunannya dan memaksanya agar kembali ke dunia nyata. Namun, bertepatan dengan itu ia tidak sengaja melihat seseorang yang sangat dikenalnya terlihat berjalan berbalik setelah menyadari ada dirinya dan Demian disini.
Bukankah itu Yesi? Batinnya.
Brenda kemudian menatap Demian yang sepertinya juga menyadari keberadaan Yesi barusan. Namun lagi-lagi, Brenda bisa membaca perubahan ekspresi di wajah pria itu dengan jelas. Brenda terdiam.
Sebenarnya ada apa dengan orang-orang di rumah ini? Mengapa mereka begitu misterius sekali, apakah ini pertanda agar dirinya harus lebih berhati-hati dan untuk tidak mempercayai siapapun dengan mudah agar nantinya ia aman?
Brenda tahu, hal semacam ini memang sering terjadi mau dimanapun tempatnya. Ia tidak boleh memercayai seseorang dengan mudah, karena makin kesini manusia itu lebih menakutkan daripada hantu.
Ya, memang seharusnya begini. Brenda sadar ia sedang berada di sarang penjahat, orang baik tidak bisa terjamin tinggal disini.
Yesi dan Demian, sebenarnya orang seperti apa mereka itu? Jika kedua orang itu jahat, mengapa mereka harus berpura-pura baik dan peduli kepadanya? Apakah mereka sama-sama sedang bersandiwara di depannya?
"Demian?" panggilnya.
"Iya, Lily?" Pria itu memang masih bertahan disini, meski mereka sudah tidak memiliki bahan obrolan lagi. Dan semenjak gerak-gerik Yesi yang sangat mencurigakan tadi, Demian nampak tidak bergeming di tempatnya.
"Aku masih mau beristirahat. Maaf, aku tidak bisa menemanimu lebih lama," ucap Brenda beralasan agar Demian segera pergi dari sana.
"Oh, baiklah. Tapi, apakah kau ingin kupanggilkan dokter lagi?" Demian terlihat memasang ekspresi khawatir, namun Brenda tidak akan memercayainya dengan mudah.
Ia pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya menolak tawaran Demian. "Tidak, terima kasih. Aku hanya butuh beristirahat saja."
"Baiklah, kalau begitu jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa langsung mengatakannya padaku, Lily."
Tidak akan. Aku tidak mau membahayakan diriku sendiri dengan mempercayaimu atau orang-orang yang ada disini dengan mudah sekarang. Batinnya.
"Tentu," jawabnya tidak sesuai dengan hatinya.
Setelah itu, Demian pun pamit pergi dan Brenda segera masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintunya dari dalam.
"Tempat ini tidak dilengkapi kedap suara, orang bisa mendengarmu dari luar jika kau berbicara keras."
Kata-kata Yesi kini menghantuinya. Mulai sekarang ia harus lebih berhati-hati saat sedang menyambungkan teleponnya dengan Simon. Saling bertukar kabar melewati chat, jauh lebih aman saat ini.
Simon, ini darurat. Tempat ini benar-benar bukan main. Mulai sekarang aku tidak bisa menelponmu sembarangan. Kita bisa berbicara melewati pesan karena itu aman. Sekarang aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki dua orang sekaligus. Pertama, wanita bernama Yesi Orien dan kedua pria bernama Demian William. Aku benar-benar membutuhkan informasi tentang orang-orang ini, Simon. Aku mengandalkanmu. Dan tolong jangan mengkhawatirkan aku, karena aku bisa menjaga diriku sendiri dan akan berhati-hati mulai sekarang.
Brenda mengirimkan chat pesan yang begitu panjang untuk Simon agar pria itu mengerti. Kini ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar itu untuk memikirkan rencananya memulai aksinya mencari bukti itu apapun caranya. Namun, disisi lain ia juga harus berhati-hati kepada Ritta, Yesi dan Demian atau bahkan orang-orang di rumah ini juga.
Besok, Brenda akan menyelinap masuk ke dalam ruang kerja Matteo. Ya, sejak kemarin ia sudah mengawasi ruang mana saja yang harus ia masuki. Dan tempat kerja Matteo adalah sasaran utamanya.