Chereads / She is My Mate / Chapter 18 - Chapter 18: Kyung Won's Anger (Part 1)

Chapter 18 - Chapter 18: Kyung Won's Anger (Part 1)

Lobak POV

Lobak menghembuskan napasnya kasar karena ia melihat Kyung Won tidak menjawab pertanyaannya, "gue tanya sekali lagi, mau lo apa!?" Kyung Won langsung meletakan kembali bingkai fotonya lalu ia menatap Lobak. "Apa kurang jelas!?" Lobak langsung berdiri dan memasukkan tangannya ke dalam kantong.

"Adek lo Irene kan?" Kyung Won hanya diam, "gue anak orang kaya di Indonesia, jadi gue tau Sanjaya" Kyung Won masih tidak begeming, "yang gue denger kalo nyokap lo itu..." Kyung Won langsung meninju Lobak namun, Lobak dapat menghindari Kyung Won dengan mudah.

"Lo..." Lobak menghembuskan napasnya kasar dan mendorong punggung Kyung Won dan jatuh ke lantai rumahnya. "Dengan lo culik gue kaya gini, gue yakin lo gak akan pernah dapet perhatian dari bokap lo" Lobak berjalan menuju kulkas lalu ia membukannya.

"Mau lo apa sebenernya?" Lobak langsung mengeluarkan kotak yang berisi pizza dan membukannya, "ya kalo jadi penculik modal dikit napa, mana lo make rumah gue" Kyung Won menghembuskan napasnya kasar. Lobak mengambil satu potong pizza dan memakannya dengan santai. Kyung Won merubah matanya menjadi bewarna kuning.

"Denger kalo lo mau cari ribut sama gue, mendingan lo..." Lobak langsung mengambil hapenya dan menelpon Rose. "Bangke, dia gak bisa pake hape atau gimana?" Lobak melihat hapenya tertukar dengan milik Rose lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Mana gue gak apal nomer lagi" Lobak langsung memasukkan hapenya ke dalam laci yang berisikan pisau.

Ia melihat Kyung Won menatapnya tajam, "lo mau ngapain!?" Lobak mengangkat tangannya dan menaikkan satu alisnya. "Menurut lo?" Kyungwon menggeram lalu ia membelah dirinya menjadi dua.

Lobak mengunyah pizzanya perlahan dan mengerutkan keningnya karena ia bingung, "lo amoeba?" Kyung Won langsung mencengkram kerah kemeja milik Lobak lalu ia melemparnya ke luar rumahnya.

"Eh..." punggung Lobak langsung membentur pintu mobil yang terparkir tepat di depan rumahnya, "umm... Ms. Aryanti?" Lobak menatap kedua pasangan tersebut dan tersenyum. "Tolong telpon polisi" Lobak langsung menatap Kyung Won dan kembarannya yang kini menatapnya tajam dari dalam rumahnya. Lobak merasakan sakit di tulang rusuknya.

"Lobak..." kedua pasangan tersebut langsung menatap Lobak kaget karena mereka menatap mata Lobak yang berubah bewarna hijau. "Sono lari!" Lobak langsung menatap Kyungwon tajam dan menyerang Kyung Won.

Flashback on

Jakarta, Indonesia

Lobak menghembuskan napasnya kasar dan menyandarkan punggungnya di tembok dan memejamkan matanya, "Heh!?" Lobak langsung membuka matanya dan kaget karena Eva mendorongnya dengan pelan. "Kamu apain pacar aku!?" Author melihat Adi yang kini sedang tersenyum mengejeknya.

"Jawab!" Eva mendorong pundak Lobak hingga ia terbentur tembok. "Aku gak apa-apain pacar kamu..." Adi mendorong Lobak dan punggungnya membentur tembok, "jangan boong lo!" Lobak menghembuskan napasnya kasar.

Ia mengepalkan tangannya, Eva dan Adi langsung menatap mata Lobak yang berubah menjadi hijau, Lobak langsung mendorong Adi hingga punggungnya membentur pilar. "Lobak! Stop!" Seluruh orang yang ada di dalam rumah sakit langsung berlari keluar karena rumah sakit tersebut akan runtuh. Lobak yang tidak bisa mengendalikan amarahnya langsung melempar Eva hingga punggungnya membentur pilar. "Kamu..." Eva pingsan.

Adi mengambil kapak lalu ia menyerang Lobak lalu ia menghindarinya. Lobak yang masih tidak bisa mengontrol amarahnya langsung mendengang Adi ke jendela dan tubuhnya terpental keluar dan ia jatuh tepat di atas mobil.

Lobak berjalan menghampiri Eva yang pingsan lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Kalo kamu gak nuduh..." Lobak menengok ke belakang dan menyunggingkan senyumannya dan mengangkat tangannya ke atas.

5 tahun kemudian...

Lobak menghirup napasnya dalam-dalam dan memejamkan matanya. "Akhirnya bebas juga" Lobak tersenyum senang karena ia bisa menghirup kembali udara segar yang tidak ia dapatkan di dalam penjara.

Senyuman Lobak luntur karena ia tidak melihat seorang pun yang datang menjemputnya. Lobak menghembuskan napasnya kasar dan tersenyum pahit. "Permsi?" Lobak mengerutkan keningnya karena penjaga Lapas yang menjaga gerbang menepuk bahunya. "Ada apa ya?" Penjaga tersebut langsung menunjuk Rose di seberang jalan. Rose melambaikan tangan ke arahnya. "Gak ada selain dia?" Penjaga Lapas tersebut menggelengkan kepalanya. Tidak ada pilihan lain, langsung menghampiri Rose yang kini sedang menatapnya dari balik kacamata hitamnya.

"Lo siapa?" Rose mengulurkan tangannya dan tersenyum, "aku adalah Rose McConmark" Lobak membalas jabatan tangan Rose. "Apa kau perlu tempat tinggal dan pekerjaan?" Lobak mengerutkan keningnya. "Ini adalah kartu nama milikku" Lobak mengambil kartu namanya lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Jika kau ingin pekerjaan, hubungilah aku di nomor tersebut" Lobak memasukkan kartu nama tersebut di dalam kantong kemeja yang di kenakannya, "apa kau ingin tumpangan?" Lobak menggelengkan kepalanya.

"Gak makasih, gue... bisa naik bis" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia melihat mobilnya dan tersenyum, "itu mobil gue" Rose menengok ke belakang lalu ia menepuk pundak Rose.

"Makasih lo udah sambut gue, orang asing" Lobak langsung berjalan menuju mobilnya.

Flashback off

Lobak menangkis serangan Kyung Won lalu ia menatap matanya, "lo bisa gak, gak pake emosi!?" Kyung Won langsung menendang tulang rusuk kiri Lobak lalu ia merasakan nyeri di dadanya. "Lo..." Lobak terjatuh dan mengusap dada kirinya. "Ughh...." Kyung Won mengeluarkan daggernya dan menatap tajam Lobak.

"Kyung Won! Stop!" Irene langsung menyerang Kyung Won. "Lobak..." Rose menatap mata Lobak yang masih berubah bewarna hijau, "Gue..." Lobak mencoba berdiri lalu Rose menggelengkan kepalanya, "jangan..." Lobak menatap mata Rose lalu ia menganggukkan kepalanya.

Irene POV

Irene menatap Kyung Won lalu ia mendorong dan mencekik lehernya, "Irene! Irene, stop!" Irene langsung melepaskan cekikannya, lalu Larry memeluk Irene dan mengusap punggungnya. "Gue di sini" Larry langsung menyuruh anak buahnya menangkap Kyung Won.

"Lobak..." Irene langsung melepaskan pelukan Larry lalu ia berlari menuju Lobak yang sedang memejamkan matanya. "D-dia gapapa kan!?" Irene langsung duduk di samping Lobak dan menggenggam tangnnya, "maafin Kyung Won..." Lobak masih memejamkan matanya lalu ia menangis, Rose hanya diam dan menahan tawanya.

"Lobak... bangun..." Lobak tidak bergeming, Irene langsung mencium punggung tangannya, "kalo gak bangun gue gigit" Lobak langsung membuka matanya dan tertawa kecil, "anjir lo ya!" Irene memukul lengan Lobak. Rose dan Lobak tertawa lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Lo mah... lagi gak bercanda juga!" Lobak yang ingin di angkat oleh petugas medis langsung menggelengkan kepalanya.

"Udah gak luka lagi" Irene mengerutkan keningnya, "jangan boong deh lo! Udah pak, angkat aja!" Lobak langsung dia angkat oleh petugas medis lalu Rose dan Irene berjalan menuju ambulance. "Hanya satu orang yang oleh ikut" Lobak menatap Young Jae yang berdiri di samping Rose.

"Young Jae, lo ikut gue ada yang mau gue omongin" Young Jae menatap Rose lalu ia mengizinkan Young Jae untuk mengantar Lobak ke rumah sakit.

Irene memasukkan tangannya ke dalam kantong. "Sekarang...." Rose menghembuskan napasnya kasar dan menatap Irene, "jangan di sini, aku tidak suka" Irene menyunggingkan senyumannya lalu ia berjalan seduktif dan mendorong Rose di sofa, "k-kau... a-apa yang kau lakukan!?" Suara seseorang tidak sengaja menjatuhkan sesuatu membuat Rose mendorong Irene ke samping kanannya.

"Sakit, anjing!" Rose menghembuskan napasnya kasar dan menatap Irene. "Aku ingin istirahat" Rose berjalan menuju kamar Lobak dan di ikuti dengan Irene.