Irene POV
Irene melihat Lobak yang sedang berkutat dengan laptopnya lalu ia tersenyum, "lo... cakep banget hari ini" Irene yang merasa haus langsung berjalan menuju mejanya dan mengambil gelas tumblr miliknya.
Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia memejamkan matanya, "gue pengen ngubah lo jadi vampir, biar kita bisa hidup selamanya" Irene mengusap wajah Lobak dari kaca kantornya. "Andai aja lo tau..." lamunan Irene terganggu karena ia mendengar suara dering telpon dari hapenya.
Irene langsung berjalan menuju mejanya lalu ia mengangkat telpon tersebut, "halo?" Irene membelalakkan matanya dan mengambil handbag dan kunci mobil miliknya. "Gue segera ke sana" Irene langsung berjalan terburu-buru dan ia tidak sengaja menabrak salah satu karyawannya.
"Maaf, saya buru-buru" Irene berusaha menghindari kontak mata Lobak dan berjalan menuju lobby kantornya.
Lobak POV
Lobak hanya menggelengkan kepalanya dan membantu salah satu pegawai Rose yang terjatuh, "lo gapapa?" Lobak membantu orang tersebut membereskan kertas-kertasnya, "lain kali minta tolong aja" Lobak tersenyum tipis dan memberikan kertasnya yang terjatuh.
"Ini, nama lo siapa?" Lobak melihat ID Card yang menggantung di lehernya dan tersenyum, "Nama gue Lobak, salam kenal. Nama lo... Aoi Sukiyama? Bukannya lo anak Yakuza?" Lobak memelankan suaranya dan ia melihat keselilingnya.
Aoi hanya menundukkan kepalanya malu lalu ia tidak sengaja menginjak kaki Lobak dengan heelsnya, "aduuhh...." Lobak melepaskan sepatunya dan mengusap jari-jari kakinya dan menghembuskan napasnya kasar. "Lobak, ada apa? Siapa yang menyakitimu!?" Lobak menahan lengan Rose lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Apa kau tahu dimana Irene?" Lobak mengendikkan bahunya, "yang gue liat tadi buru-buru" Rose hanya menganggukkan kepalanya lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Baiklah, lagi pula sebantar lagi makan siang" Lobak menatap Rose lalu ia menahan lengannya, "sebentar" Rose menatap Lobak bingung.
"Lo... kenapa?" Rose menggelengkan kepalanya, "apa... ada yang perlu di bicarakan?" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia menggelengkan kepalanya, "eggak bukan itu" Lobak menggaruk rambutnya.
Rose POV
Rose menatap mata Lobak, "ada apa?" Lobak langsung melepaskan tangannya dan memeluk Rose. "Kau..." Lobak masih memeluk Rose lalu ia menatap kembali matanya dan ia menatap Lobak menjadi hijau, "apa?" Rose menggelengkan kepalanya.
"Apa.... kau adalah..." Lobak mengerutkan keningnya bingung lalu ia menatap Rose. "Apa?" Rose menggelengkan kepalanya lalu ia mendorong Lobak perlahan. "Apa kau sadar?" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia memasukkan tangannya ke dalam saku celanannya.
"Lo mau makan?" Rose masih menatap Lobak karena ia bingung atas perlakuan Lobak yang tak biasa terhadapnya. Rose menganggukkan kepalanya ragu dan menatap matanya sekali lagi. "Lobak... apa kau, pernah merasakan sesuatu pada tubuhmu?" Lobak mengerutkan keningnya.
Lobak POV
"Maksudnya kaya gimana?" Lobak langsung mengambil hapenya, Rose menggeram kesal dan menatap Diego yang sedang menelpon Lobak, "bentar ya?" Lobak berjalan menghampiri Diego dan menghembuskan napasnya kasar. "Kita berusaha ngelindungin lo" Lobak menghembuskan napasnya kasar.
"Bang Diego, dan Nancy... thanks, gue hargai bantuan kalian. Tenang, gue masih idup dan keadaan utuh! Jadi jangan terlalu panik, oke?" Diego hanya menganggukkan kepalanya, "kalo gitu, gue mau ajak bos buat makan, apa pada gak laper lo berdua?" Nancy menunjukkan bekalnya, "gue sama Diego bawa makan" Lobak menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan menghampiri Rose.
"Udah, tenang aja" Rose memeluk lengan Lobak erat lalu ia menyandarkan kepalanya di pundak kiri Lobak. "Mengapa pundakmu begitu nyaman?" Lobak mengendikkan bahunya, "lagian lo bukan orang pertama yang bilang" Rose menatap wajah Lobak dari samping lalu ia mencium pipinya dan tersenyum tipis.
"Apa?" Rose menggelengkan kepalanya. "Apa kau tidak ingin makan di luar?" Lobak menengok ke belakangnya sekilas, ia melihat Gi Hoon, Nancy, dan Diego mengikutinya. "Apa lo sadar dan tahu yang gue maksud?" Rose menganggukkan kepalanya.
"Aku akan memecatnya nanti jika mereka juga mengikuti kita hingga parkiran" Lobak menengok ke belakang, Gi Hoon, Nancy, dan Diego langsung berlari kembali ke meja mereka, "too deep sih..." suara lift membuat Lobak sadar, ia langsung menahan penutup liftnya dan tersenyum.
Rose POV
"Silahkan masuk" Rose menganggukkan kepalanya dan ia menatap mata Lobak. Pandangan mata mereka bertemu dan tidak ada yang ingin memulai pecakapan. Lobak membalas tatapan Rose, jantung Rose berdetak sangat cepat.
"Apa kau menggunakan mata hijaumu untuk menyihirku?" Lobak menggelengkan kepalanya, "gue gak tau apa yang di maksud sama mata ijo, ya kali gue kaya Bruno. We don't talk about Bruno, no, no, n..." Rose mencium bibir Lobak dan memencet tombol bewarna merah.
"Kini hanya kita berdua, Lobak. Aku ingin bertanya kepadamu, apa kau merasakan ada yang aneh?" Lobak menghembuskan napasnya kasar, "kek gimana?" Rose merubah matanya menjadi merah dan menatap Lobak, "kek lo gitu?" Rose menganggukkan kepalanya.
"Yang gue denger dari polisi... gue nge-hancurin rumah sakit dan untungnya gak ada korban jiwa, cuman banyak yang luka" Rose masih menatap mata Lobak dan matanya berubah menjadi warna hijau. "Apa kau merasakan kemarahan..." Lobak langsung memencet tombol merah dan lift yang di tumpangi oleh mereka menyala kembali.
Lobak menjauhkan dirinya dan ia langsung duduk di pojok, "ada apa? Apa kau baik-baik saja?" Rose yang ingin memencet tombol merah di lift tersebut langsung mengurungkan niatnya. "Gue punya..." Rose berjalan menghampiri Lobak lalu ia memeluk dan mengusap rambutnya lembut.
"Apa itu... alasannya?" Lobak menganggukkan kepalanya, "maafkan aku... aku..." Lobak menganggukkan kepalanya. Rose menatap mata Lobak dan matanya masih bewarna hijau, "apa kau ingin pulang? Aku akan menyuruh Young Jae untuk mengantarmu" Lobak masih tidak begeming Rose langsung melihat Young Jae yang berdiri di depan pintu lift dan langsung menghampiri keduanya.
"Apa lebih..." Rose menggelengkan kepalanya, "tolong bawa dia ke McConmark Manor, aku akan ke sana setelah rapat ini selesai" Young Jae langsung menggendong Lobak di punggungnya.
Rose POV
Rose berjalan keluar dari lift dan melihat pegawainya berbisik tentang Lobak. Rose langsung berjalan menghampiri pegawai tersebut dan menatapnya dingin, "s-selamat..." Rose langsung menampar pegawai tersebut.
"Kau ku pecat!" Rose langsung berjalan menuju kantin kantornya untuk makan siang.
.
.
.
.
.
.
Rose menghembuskan napasnya kasar dan meregangkan otot-ototnya yang kaku dan melihat jam di dindingnya, Young Jae masuk ke dalam ruangannya dan menatapnya, "bagaimana kondisinya?" Young Jae menghembuskan napasnya kasar, "dia tidak ingin makan" Rose meletakkan bingkai fotonya lalu ia membuangnya ke tempat sampah.
"Aku ingin barang-barang tentang Kelvin Sanjaya yang ada di kantor ini dibuang" Rose menghembuskan napasnya kasar, "apa..." Rose menatap Young Jae. "Aku merasakan hal yang tidak biasa ketika aku bersamanya, Young Jae" Young Jae menganggukkan kepalanya, "baiklah saya mengerti" Rose berjalan keluar dari kantornya.
TBC