Lobak POV
Lobak menatap Rose yang tertidur di sampingnya, Lobak berjalan menuju kamar mandi lalu ia mencari kaos yang di pakai untuknya. "Kenapa bangun?" Lobak menengok ke samping kirinya lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Gue mau cari angin, gak bisa tidur" Rose memeluk Lobak dari samping lalu ia meletakkan dagunya di pundak.
"Apa aku membosankan?" Lobak menggelengkan kepalanya, "gak kok, cuman hati gue belom siap" Rose hanya menganggukkan kepalanya dan menatap Lobak. "Aku mencintaimu" Lobak tersenyum tipis lalu ia mencium pipi Rose sekilas.
"Gue mandi dulu, gue janji bakalan balik ke sini" Rose menatap mata Lobak lalu ia menganggukkan kepalanya, "baiklah aku pegang janjimu" Rose berjalan keluar dari kamar mandi lalu ia menghembuskan napasnya kasar lalu menyalakan kerannya.
Lobak memutar keran bathtube dan menunggu airnya hingga setengah. "Apa dia melukaimu hingga kau seperti ini?" Lobak hanya diam. Rose berjalan menghampiri Lobak lalu ia memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung Lobak. "Di sisi lain... gue gak mau nyakitin Irene" Rose mengusap punggung Lobak lembut dan menganggukkan kepalanya.
Lobak membalikkan badannya lalu ia duduk di pinggir bathtube dan mengusap pipi Rose. "Apa lo percaya sama takdir?" Lobak mengeluarkan keringat dingin dan menatap mata Rose, "gue percaya suatu hari kalo Tuhan ngasih balesan ke dia" Rose mencium pipi Lobak dan tersenyum.
"Cobalah buka hatimu perlahan, Lobak" Lobak menatap mata Rose lalu ia tersenyum, "aku... ingin membawamu ke suatu tempat sehabis kerja" Lobak menganggukkan kepalanya. "Oke gue bakalan tunggu" Lobak menatap mata cokelat Rose lalu ia tersenyum.
"Gue gak akan janji... bisa buka secepat orang lain" Rose menganggukkan kepalanya, "aku percaya kepada takdir, Lobak. Kau lah takdirku" Rose mencium bibir Lobak dengan lembut lalu ia tersenyum. Lobak menyentuh dada kirinya dan menghembuskan napasnya kasar.
"Apa kau..." Lobak menganggukkan kepalanya, "gue mau mandi" Rose menganggukkan kepalanya dan mendudukkan Lobak perlahan di dalam bathtube. "Bagaimana... kita..." Lobak langsung menarik Rose ke dalam pelukannya dan menganggukkan kepalanya. "Jangan banyak omong" Rose menyunginggkan senyumannya.
.
.
.
.
.
.
Lobak berjalan menuju meja dan meletakkan tas laptop miliknya dan menghembuskan napasnya kasar, "sekarang... fokus kerja" Lobak langsung meletakkan kopinya di meja dan ia melihat Irene yang berjalan ke arahnya.
"Lo tumben berangkat pagi" Lobak menghembuskan napasnya kasar, "gue... baik-baik aja kok" Lobak berdiri lalu ia menatap mata Irene, "siang ini... gue mau ngajak makan lo di luar?" Irene menganggukkan kepalanya, "oke, lo yang traktir?" Lobak tertawa kecil lalu ia menganggukkan kepalanya. "Yup..." Lobak langsung mengambil hapenya dan menunjukkannya kepada Irene.
"Gue duluan" Irene hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ruang server.
Irene POV
Irene hanya diam lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "ada apa lo hari ini? Kayanya mood lo lagi bagus ya?" Irene tersenyum sambil berjalan menuju kantornya. "Ms. Sanjaya?" Irene mengerutkan keningnya karena ia melihat Lacy sedang duduk di sofanya.
"Ada apa?" Lacy menggelengkan kepalanya, "s-saya..." Irene melihat Lacy menurunkan rok pendeknya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, Irene melihat tatapan sayu Lacy hanya menganggukkan kepalanya. "Saya tahu maksud kamu" Irene langsung menutup pintunya lalu ia memasang headset dan menyetel lagu lewat aplikasi Spotify miliknya.
"Bagaimana jika kamu ke kamar mandi? Mumpung masih sepi" Lacy langsung berlari menuju kamar mandi. "Kenapa gak di pecat aja, orang kek begitu!? Mana bisa nge bobol pintu gue lagi" Irene duduk di kursi dan menghembuskan napasnya berat. Irene memejamkan matanya sambil membayangi Lobak menyentuh tubuhnya. "Irene?" Irene masih memejamkan matanya dan tersenyum.
(Earn it - The Weekend [OST. Fifty Shades of Grey] plays in the background)
Irene membuka matanya dan ia terkejut. Irene langsung mematikan musik dan melepaskan headset lalu ia menegakkan tubuhnya. "Apa kau sakit?" Irene menggelengkan kepalanya, "g-gue..." Irene mendengkus kesal karena Rose membaca pikirannya, "dasar kau wanita mesum!" Suara ketukan pintu membuat Rose dan Irene kaget.
"Permisi" Rose menengok ke belakang lalu ia melihat Ruby masuk ke dalam kantornya. "Aku harap kau tidak melalaikan tugas mu, Ms. Sanjaya" Irene hanya tersenyum dan mempersilahkan Ruby duduk.
"Ada apa?" Ruby memberikan sebuah surat pengunduran diri dan menundukkan kepalanya, "maaf..." Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Ruby, "apa kamu ada orang yang ganti posisi kamu?" Ruby menggelengkan kepalanya, "tapi saya yakin kok bakalan ada yang gantiin posisi saya secepatnya" Irene menghembuskan napasnya kasar.
"Apa kamu... baik-baik aja?" Ruby tersenyum lalu ia menganggukkan kepalanya. "Saya... baik-baik aja" Ruby berdiri lalu ia berjalan keluar dari kantor Irene. Irene hanya diam dan menghembuskan napasnya kasar. Irene berjalanmenuju jendela kantornya. Ia membuka tirainya dan menghembuskan napasnya kasar. Ia melihat Lobak yang sedang memperbaiki komputer milik Clarice.
Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia duduk di sofa dan menyilangkan kakinya sambil menatap tembok yang ada di depannya.
Flashback on
Irene menghembuskan napasnya kasar dan meregangkan otot-ototnya yang kaku lalu ia melihat Larry yang tertidur di sebelahnya. Irene hanya menggigit bibirnya dan menggelengkan kepalanya pelan. "Pagi" Irene hanya tersenyum tipis lalu ia melilitkan selimut di tubuhnya.
Namun, Larry menarik lengannya dan memeluknya. "Larry, gue udah bilang beberapa kali sama lo..." Irene mendorong tubuh Larry pelan lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "gue gak punya perasaan lebih sama lo" Larry hanya diam, "gue harap ini yang terakhir" Irene tersenyum lalu ia berjalan ke kamar mandinya.
Flashback off
Irene menghembuskan napasnya kasar. "Lo kenapa?" Irene menatap Lobak yang kini berdiri di depan Irene, "um... ini laporan ketidaknyamanan anak-anak sama orang baru" Lobak berjalan menuju meja Irene lalu ia melihat gelas tumblr bening Irene.
"Itu dalemnya darah?" Irene langsung berlari meghampiri Lobak dan menatap matanya. "Gapapa... gue bisa jaga rahasia kok" Irene menganggukkan kepalanya.
"Gue... vampire..." Irene menggeram karena Rose masuk ke dalam kantor Irene dan menatapnya, "kau dan aku sehabis ini ada meeting kan?" Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia mengambil laporan yang baru di berikan oleh Lobak.
Irene langsung menggunakan kesempatan tersebut untuk mencium bibir Lobak sekilas. Irene meraskan bibirnya perih dan menutup mulutnya dan menatap mata Lobak. "Irene!" Irene menengok sekilas Rose lalu ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dan menghembuskan napasnya kasar.
Lobak POV
Lobak menyentuh bibirnya dan menghembuskan napasnya kasar. "Kenapa harus kaya gini coba?" Gi Hoon masuk dan menatap Lobak, "heh, lo!" Gi Hoon langsung berlari dan Lobak mengejarnya. Lobak langsung menarik kerah belakang Gi Hoon lalu ia mengambil keycard miliknya.
"Gue laporin bapak lo nih" Young Jae langsung menghampiri Lobak. "Apa anda memanggil saya?" Lobak menggelengkan kepalanya. "Gak, gue cuman bercanda sama anak lo" Gi Hoon langsung mengambil money clip milik Lobak dan ia mengejar Gi Hoon untuk mengambil kembali dompetnya.
TBC