Lobak POV
Lobak mengejar Gi Hoon hingga mereka memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan perabotan tua. "Gi Hoon!?" Lobak tidak mendengar suara langkah kaki lalu ia berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut dan melihat Irene berdiri di situ.
Lobak mengerutkan keningnya bingung. "Irene? Lo ngapain di sini?" Irene tidak menggubris panggilan Lobak dan ia berlari menghampiri Irene. Namun, ia tidak melihat seorang pun di dalam ruangan tersebut. "Lo kepancing juga" Lobak hanya diam.
Ia menangkap dompetnya dan menghembuskan napasnya kasar. "Irene masih rapat sama Rose" Lobak langsung menangkis pukulan Kyung Won. "Kyung Won!" Kyung Won hanya menyunggingkan senyumannya lalu ia berjalan menuju Irene. Lobak menatap Irene dengan mata hijaunya lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
Irene menatap mata hijau Lobak dan ia hanya terdiam. "Gue.... gue pake lense" Lobak berjalan keluar gudang lalu ia menghembuskan napasnya kasar dan menyenderkan punggungnya. "Lobak apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tidak apa-apa?" Lobak langsung memeluk Rose erat dan memejamkan matanya.
"Sebentar aja" Rose langsung membalas pelukannya dan mengusap punggungnya lembut dan tersenyum. "Aku bisa mengerti perasaanmu, aku tahu... ini berat bagimu" Lobak menganggukkan kepalanya.
"Aku akan menemui sehabis pulang kerja" Lobak menghapus air matanya lalu ia tersenyum, dan mengusap pipi Rose dengan lembut. "Baiklah" Rose mencium bibir Lobak sekilas dan mendorong bahunya pelan.
"Lo gapapa?" Lobak tersenyum lalu ia menganggukkan kepalanya, "makasih udah tanya, gue kira Gi Hoon" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia mengecek money clip miliknya dan menghembuskan napasnya lega.
"Udah yuk" Lobak menganggukkan kepalanya dan menggandeng tangan Irene. "Lo kemana dua hari ini?" Lobak menengok sekilas lalu ia mengusap dagunya. "Gue tenangin diri" Irene menganggukkan kepalanya. "Lo mau makan dimana?" Irene melemparkan kunci mobilnya dan tersenyum.
"You drive" Lobak menganggukkan kepalanya dan mereka berdua berjalan menuju mobil Irene.
.
.
.
.
.
.
Lobak membuka pintu rumahnya dan ia menatap Rose yang duduk di bastool sambil meminum teh. "Kau memeliki tea set yang sangat lengkap dan jarang. Apa itu pesanan?" Lobak menaruh tas laptop miliknya lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Sekarang, apa yang lo tunjukin?" Rose menatap mata Lobak dan ia tersenyum, "aku tahu ini berat, tapi... kau harus menerima takdir mu" Lobak menganggukkan kepalanya. Rose langsung mendorong Lobak ke pintu lalu ia menatap matanya.
"Rumah ini ada basement" Lobak membuka pintu dan menuntun Rose masuk ke dalam ruang bawah tanah. "Apa yang akan kau lakukan terhadapku?" Lobak menatap mata merah Rose lalu ia menyunggingkan senyumannya.
Lobak mengunci pergerakan Rose dan menahan tangannya. Lobak menatap matanya, Rose hanya menyunggingkan kepalanya. "Kau adalah do..." Lobak langsung mencium bibir Rose dan melumatnya sedikit.
"Kau...." Lobak menghembuskan napasnya kasar, "this is me, Rose McConmark" Lobak menuntun Rose menuju ke sebuah ruangan kosong dan kedap suara lalu ia menatapnya, "you will like it, trust me" Rose menatap mata hijau Lobak dan menganggukkan kepalanya.
"Aku mohon... lakukan dengan pelan" Lobak menganggukkan kepalanya dan kembali memlumat bibir Rose.
Rose POV
Rose mendorong Lobak pelan lalu ia menghembuskan napasnya kasar. Lobak langsung menahan tangan Rose di tembok dan menyunggingkan senyumannya, "apa Irene memancingmu hingga seperti ini!?" Lobak tidak menjawab pertanyaan Rose.
Rose hanya melenguh dan mendangakkan kepalanya. Tangannya terus berontak namun, tenaga Lobak lebih besar darinya, Rose menatap mata Lobak, "no" Lobak langsung mengambil tali dan mengikat tangan Rose kebelakang dengan kencang.
Lobak POV
"Bisakah kau..." Lobak membekap mulut Rose menggunakan tangannya, "tolong nikmatin aja, oke?" Rose menatapnya tajam, "Lobak..." omongan Rose terhenti karena Lobak measukkan sesuatu ke dalam celana dalamnya.
Lobak hanya diam dan menyunggingkan senyumannya. "Ayok kita mulai" Lobak menggendong Rose seperti penculik yang membawa tahanannya kabur.
.
.
.
.
.
.
Lobak menatap punggung Rose dari ambang pintu kamar mandi dan tersenyum. "Apa lo masih marah sama gue?" Rose melirik ke arahnya dan merubah dirinya menjadi serigala, Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia menggenggam tangan Rose.
"Gue belom bilang ke Irene" Rose menatap Lobak, "iya... iya... maaf" Lobak mengusap wajahnya kasar dan menghembuskan napasnya kasar dan merebahkan dirinya di kasur. "Lo tidur di bawah?" Rose mendorong Lobak menggunakan kepalanya hingga ia jatuh ke lantai.
"Gue mu..." Rose langsung merubah wujudnya menjadi manusia dan menindih Lobak. "Aku ingin balas dendam!" Lobak menghembuskan napasnya kasar dan menggelengkan kepalanya. "Gak bisa" Lobak mengikat tangan Rose ke belakang kembali.
"kau...!" Lobak mencium bibir Rose sekilas dan tersenyum, "gue telpon Irene" Lobak langsung bangun dan mengambil hapenya. Rose memeluk Lobak dari belakang lalu ia menyunggingkan senyumannya.
"Sekarang... giliranku!" Rose langsung mendorong pundak Lobak dan mengunci pergerakkannya. "Kau..." Lobak mengambil kesempatan tersebut untuk membalikkan ke adaan lalu ia menyunggingkansenyumannya, "masih kurang!?" Lobak hanya tertawa dan menganggukkan kepalanya.
"Gue belom puas ngelakuin sesuatu ke lo" Rose masih menatap Lobak, "kau sudah membuatku memohon, Lobak" Rose memalingkan pandangannya. Lobak hanya tersenyum lalu ia mencium pipi Rose, "apa lo mau gue keluarin?" Rose hanya diam dan menatapnya. "Su-sungguh?" Lobak mengusap dagunya, "dengan syarat" Rose memukul Lobak mengenakan bantalnya.
"Mau enggak!?" Rose menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Lobak. "Kau benar-benar seperti seekor rubah, Lobak!" Rose menyilangkan tangannya di dadanya, "rubah?" Ia mengusap dagunya bingung. "Gue bukan rubah" Rose memutar matanya malas lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Baiklah!" Lobak tersenyum senang lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Tunggu di sini, jangan kemana-mana" Rose hanya diam lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Cepat!" Lobak menganggukkan kepalanya dan berlari keluar kamar yang di tempati oleh Rose.
Rose POV
Rose melilitkan tubuhnya dengan selimut lalu ia berjalan ke pojok ruangan dan melihat sebuah foto. "Oh, aku kira ini foto milikmu" Rose menghembuskan napasnya kasar lalu ia meletakkan foto tesebut di nightstand.
Rose duduk di samping ranjang dan memejamkan matanya. Ia tersenyum tipis.
Flashback on
Lobak mencium bibir Rose dan menatap matanya, "apa ita akan melakukannya lagi?" Rose menatap mata Lobak, tangan dan kakinya masih terikat, "gue gak tau" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia memakai kaosnya.
"Tapi bisa kah kau..." Lobak menatap Rose dan menggelengkan kepalanya, "dengar besok aku akan mengajakmu ke suatu tempat, jadi bisakah kau lepaskan ikatan ini!?" Lobak berjalan kembali ke kasurnya lalu ia menatap mata Rose.
"Jujur gue pernah ngebayangin lo lagi dalam posisi kaya gini" Rose menghembuskan napasnya kasar dan menggelengkan kepalanya, "gue pengen makan" Lobak langsung melepaskan ikatan di tangan dan kaki Rose lalu mengusapnya dengan lembut.
"Maafin gue kalo gue... gak ijinin lo keluar" Rose langsung menyambar bibir Lobak.
Flashback off
Rose menengok ke belakangnya dan mendapati Lobak yang berdiri sambil memegang satu gulungan lakban dan tersenyum ke arahnya.
TBC