Irene POV
Irene keluar dari mobilnya, dan berjalan menuju Kyung Won yang menutup wajahnya menggunakan hoodie sweater yang di pakainya. "Dan ini yang terakhir! Irene memberikan satu kotak penuh beriskan makanannya dan obat-obatan serta perlengkapan kebersihan. Kyung Won hanya tersenyum dan menatap Irene yang menatapnya tajam.
"Setelah dendam gue terbalaskan, gue janji bakalan laporin diri ke polisi" Kyung Won berdiri lalu ia menahan lengan Kyung Won dan menatapnya, "gue bakalan lakuin apapun buat nge cegah ko biar gak ngelukain siapapun, Kyung Won! Termasuk Rose dan Lobak. Mereka gak ada sangkut pautnya dengan masalah ini..." Kyung Won hanya menghempaskan tangannya dan menatap Irene.
Kyung Won menyunggingkan senyumannya dan mendekatkan wajahnya di telinga Irene. "Rose ikutin lo" Irene langsung menengok ke belakang lalu ia menghembuskan napasnya kasar. Irene berjalan menghampiri Rose berdiri di depan mobilnya, "mengapa kau melakukan hal itu? Apa kau tidak menyyangi Lobak, Irene?" Rose menahan lengan Irene.
"Apa lo mau..." Rose langsung mendorong Irene dan ia langsung berubah menjadi serigala. "Ada apa!?" Pemilik toko kelontong tersebut langsung menghampiri kedua wanita yang hampir bertengkar. "Gue gak tau apa yang bakalan dia rencanain" Irene berjalan menuju mobilnya melewati Rose yang masih dalam wujud serigala.
Rose POV
Rose menghembuskan napasnya kasarnya lalu ia berjalan menuju mobilnya, Rose terkaget karena ia melihat Gi Hoon bergandengan tangan dengan Aoi. "Yang Mulia..." Aoi mengikuti Gi Hoon lalu Rose menatap kedua sepasang kekasih yang ada di depannya. "Kami... sehabis dari cafe, apa yang anda lakukan di sini?" Rose menggelengkan kepalanya lalu Gi Hoon membuka pintunya.
"Silahkan masuk" Rose menganggukkan kepalanya. Ia masuk ke dalam mobil kursi penumpang belakang lalu Gi Hoon menyalakan mesin mobil Rose lalu ia menganggukkan kepalanya, "hati-hati di jalan yang mulia" Rose menganggukkan kepalanya.
"McConmark Manor" Gi Hoon menutup pintunya lalu Rose duduk di kursi penumpang.
.
.
.
.
.
.
Rose membuka pintu kamar yang di tempati dan menghembuskan napasnya, "lo udah pulang?" Rose mengerutkan keningnya. "Apa maksud mu?" Lobak meregangkan otot-ototnya yang kaku lalu ia memeluk memeluk guling tersebut lalu ia menenggelamkan wajahnya.
"Apa yang kau lakukan?" Lobak tersenyum lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Gue mau tidur lagi ngantuk" Rose merebahkan dirinya di samping Lobak. "Lo kena...pa?" Rose memeluk Lobak lalu ia mengusap punggungnya.
"Apa kau tidak merindukan orang tuamu?" Lobak menggelengkan kepalanya, "yang gue tau, gue cuma beban" Rose hanya diam dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Aku merindukan ibuku" Lobak menatap Rose, "Sini... sini..." Lobak melepaskan pelukannya lalu ia duduk di atas kasur. "Mendiang sahabat gue pernah lakuin ini ke gue" Lobak menepuk pahanya.
"Tidur pala lo di sini" Rose menyandarkan kepalanya di paha Lobak dan menatap matanya, "dah sekarang ngomong" Rose hanya diam. "Apa yang lo rasain? Enak?" Rose menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku merasakan begitu nyaman" Rose menguap.
"Gue kira werewolf gak bisa tidur" Rose hanya tertawa lalu ia memukul paha Lobak pelan. "Mengapa kau begitu dingin?" Lobak menghembuskan napasnya, "menurut lo gue dingin begitu?" Rose menganggukkan kepalanya dan ia menatap Lobak dan tersenyum.
"Mengapa kau mengubah matamu menjadi hitam kembali?" Lobak menatap Rose, "aku kira kau akan memberitahu Irene" Lobak masih menatap Rose. "Baiklah akku tidak akan membahas akan hal itu" Rose medorong Lobak lalu ia menindihnya.
"Apa kau ingin aku meminta maaf dengan cara lain?" Lobak menyunggingkan senyumannya dan mengusap pipinya. "Sabar ya?" Rose menghembuskan napasnya kasar, "mengapa..." Lobak mencium pipi Rose lalu ia mendorong Rose pelan. "Gue mau ke taman sebentar" Rose menatap Lobak yang berjalan menuju pintu kamarnya.
Lobak POV
Lobak membuka pintu kamarnya lalu ia melihat Young Jae yang kini sedang menatapnya, "om?" Lobak menutup kembali pintunya. "Mengapa?" Lobak melihat Rose yang hanya mengenakan bathrobe satin bewarna putih, dan tipis. "Apa kau melihat sesuatu?" Lobak masih diam menatap Rose yang berjalan sangat lambat di hadapannya.
Ia mengelap keringat dinginnya dan merasakan sakit di tubuhnya, "kau tahu kan? Jika... bulan ini adalah..." Lobak hanya diam dan merasakan nafasnya berat. "Ada apa?" Lobak menggelengkan kepalanya pelan.
"Mengapa kau tidak berbicara? Apa kau gugup hm?" Lobak menahan napasnya dan menatap mata Rose, "Apa.... kau.... tidak ingin..." Lobak menatap Rose yang kini sedang membuka kancing mejanya satu per satu. "Baiklah... kalau begitu..." Lobak langsung mengunci pergerakan Rose lalu ia mencium bibirnya sekilas.
Rose mengusap pipi Lobak lalu tersenyum, "mata mereka bertemu..." Lobak tertawa kecil. "Lo suka bukunya?" Rose hanya menganggukkan kepalanya. Lobak menggenggam tangan Rose lalu ia mencium punggung tangannya.
"Gue bakalan bilang ke Irene secepatnya" Rose tersenyum lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "apa... kau siap di benci olehnya?" Lobak mengusap pipinya, "gue bakalan ngomong ke dia..." Rose mencium bibir Lobak lalu ia menatap matanya.
"Gue..." Rose membuka kemeja Lobak lalu ia mengusap pundak Lobak dan turun ke celana jeans yang di kenakan oleh Lobak tadi pagi, "seberapa kayanya dirimu, aku tidak perduli, yang ku perdulikan kini adalah..." Lobak langsung menggendong Rose seperti koala dan menyandarkan pundaknya di tembok.
"Aku tidak tahu jika kau begitu kuat" Rose mengusap lengan Lobak. "Aku tahu dimana.... seluruh orang tidak akan menemukan kita" Rose melepas bathrobenya dan ia hanya mengenakan dalaman. "Tangkaplah aku, Julia Lobak Aryanti" Rose medorong pundaknya dan ia merubah wujudnya menjadi serigala.
Lobak langsung mengejar Rose dan matanya berubah menjadi hijau. Lobak melihat kawanan serigala yang mengejar mereka dan ia terpeleset. "Arrggh..." Lobak terjatuh tepat di jebakan dan kini ia terperangkap di jaring-jaring. Rose mendangakkan kepalanya.
"Tolong..." Rose langsung memanjat pohon tersebut lalu ia mencakar tali jaring-jaring tersebut. Lobak turun dengan selamat dan Rose berjalan menghampirinya, "gue gapapa kok" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu Rose menyuruhnya untuk mengikutinya.
Seluruh serigala yang ia temui langsung menunduk hormat. "Yang Mulia..." Lobak menatap Gi Hoon bingung. "Yang Mulia... Julia" Lobak hanya diam dan tidak merespon panggilannya, "lo ngapain kek gitu?" Gi Hoon mengubah wama matanya menjadi warna kuning.
"Oh... pantes" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia menganggukkan kepalanya, "kita pergi dulu" Lobak langsung berlari mengejar Rose. Lobak melihat Rose yang berhenti berlari lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Ini... tempatnya?" Rose menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan masuk ke dalam mansion tersebut.
Lobak membuka pintunya, "ughh... kepala gue" Rose berjalan menghampiri Lobak lalu ia menatap matanya, "kenapa?" Lobak menggelengkan kepalanya lalu ia mencium bibir Rose sekilas, "jelasin rumah ini..." Lobak menatap mata merah Rose. Tidak ada yang ingin memulai percakapan terlebih dahulu.
Lobak menatap mata Rose dan mengusap pipinya lalu tersenyum. Sinar bulan dari luar menerangi rumah tua tersebut dan mereka berciuman.
TBC