Rose POV
Rose membuka pintunya dan melihat Lobak sedang berdiri di balkonnya, "aku dengar kau belum makan?" Lobak menengok ke belakang dan ia sedang memegang mangkok. "Gue kalo lagi banyak pikiran bakalan makan kalo laper doang" Lobak mamakan makanannya sambil menatap pemandangan dari balkon.
"Banyak serigala di sini" Rose tersenyum lalu ia duduk di samping Lobak. "Aku... ingin menunjukkan sesuatu" Lobak menatap Rose sambil mengunyah ayamnya, "apa?" Rose menggelengkan kepalanya, "aku ingin merasakan masakanmu" Lobak menganggukkan kepalanya. "Yaudah, ayok camping" Rose menatap Lobak, "Sabtu, oke?" Rose menganggukkan kepalanya lalu ia menatap wajah Lobak dari samping dan menghembuskan napasnya kasar.
"Apa kau... tidak ingin mendengar cerita tentang ku?" Lobak menatap Rose, "dulu... au mempunyai kekasih manusia dan, para tetua memprediksikan bahwa hubungannku dengannya tidak bertahan lama. Semenjak putus, aku... benar-benar sedih" Rose menghembuskan napasnya kasar, "apa itu yang rasakan sekarang?" Rose menatap mata hijau Lobak.
Lobak POV
Lobak menatap mata merah Rose lalu ia meletakkan mangkoknya, "lebih tepatnya, dua tahun yang lalu" Lobak menghembuskan napasnya kasar, "gue... sayang banget sama dia. Gue rela mati, demi dia. Tapi dia mutusin gue karena gue autis, gue sadar... gue gak sempurna, gue gak bisa turutin apa yang dia mau" Lobak menghembuskan napasnya kasar.
"Kejadian 5 tahun yang lalu, gue di tuduh kalo gue mukul pacarnya yang baru, gue.... gue gak bisa kontrol kemarahan yang gue rasain, Rose. Gue... akhirnya nge-hancurin semuanya" Rose memeluk Lobak lalu ia mengusap rambutnya lembut.
"Lalu apa yang terjadi?" Lobak menatap mata merah Rose dan mengusap pipi Lobak, "kau adalah orang baik, Lobak... kau tidak pantas di sakiti" Lobak menggenggam tangan Rose lalu ia mencium punggung tangannya.
Flashback on
Lobak membuka pintu pagar rumahnya lalu ia melihat ayah dan ibunya menatap tajam, "ngapain kamu pulang!?" Lobak menghembuskan napasnya kasar, "mau bere..." Lobak melihat duffle dan seluruh barang-barang miliknya di lantai lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Dasar aib keluarga!" Lobak menggenggam tangannya, "jadi, abang ngebuat anak orang hamil bukan aib!?" Mata Lobak berubah menjadi bewarna hijau lalu ia melihat ke samping kirinya. "Jangan sentuh apapun! Termasuk kucing kamu!" Lobak menghembuskan napasnya kasar. Ia melihat seluruh kucingnya menatapnya sedih.
"Mereka baik-baik aja gak ada kamu!" Lobak tersenyum pahit lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "iya.... aku bakalan nyuruh orang bawa para kucing-kucing ke tempat adopsi" Lobak langsung mengeluarkan hapenya dan menelpon Rose.
Flashback off
Rose mengepalkan tangannya dan ia berusaha menahan amarahnya, "seluruh kucingmu ada di sini" Lobak menatap Rose, "aku... membawanya" Lobak menghembuskan napasnya kasar, "apa mereka baik-baik saja" Rose menganggukkan kepalanya. "Aku membayar oranguntuk menjaga mereka" Lobak menghembuskan napasnya lega, "lo bisa bawa mereka ke..." Irene masuk ke dalam kamar tamu dan melihat mata Lobak.
Irene memeluk Lobak erat, "kenapa?" Irene menghembuskan napasnya kasar, "Kyung Won... kabur" Lobak hanya diam.
Irene POV
Irene melepaskan pelukannya, "gue mau ngomong sama Kyung Won" Irene menggelengkan kepalanya, "dia bakalan bunuh lo" Lobak menghembuskan napasnya kasar. "Lebih baik, kau beristitrahatlah, aku... merasakan jika lelah" Rose mengusap rambut Lobak lembut lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
Lobak langsung berjalan munuju kasur dan ia tertidur di kasur. "Apa ada kaitannya dengan ku?" Irene berjalan menuju balkon kamar tamu dan ia melihat banyak serigala yang menatapnya. "Kyungwon dari kecil gak pernah dapet perhatian dari keluarga Sanjaya" Rose hanya diam dan menatap Irene.
Kyung Won POV
Kyung Won langsung terbangun dari tidurnya karena ia melihat kedua wanita yang ada di dalam rumahnya kabur darinya. "Tolong lepasin kita... k-kita janji dan..." Kyung Won hanya menyunggingkan senyumannya.
"Apa?" Kyung Won menarik lengan keduanya ke dalam kamar dan ia menatap matanya. "Marie and Giselle? Nama lo beruda bagus" Kyung Won menghembuskan napasnya kasar lalu ia mengusap wajah keduanya dan tersenyum. "Ky-Kyung Won... gue mohon... gue punya orang tua" Kyung Won menatap mata Giselle dan menyungingkan senyumannya.
"Kalo emang lo punya orang tua, dan keknya lo gak pernah peduli sama mereka" Kyung Won mendorong Marie dan Giselle ke dalam kamar kosong dan mengunci pintunya dari luar. Kyungwon melihat ke tiga jasad pemuda yang ada di ruang tamunya lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
Kyung Won melihat foto keluarganya dan berjalan menghampiri foto tersebut dan mengusap wajahnya.
Flashback on
Michigan, United States of America
Kyung Won masuk ke dalam kantor Kelvin dan ia melihat Kelvin sedang berbicara dengan klien dan tesenyum kepada Kyung Won. "Saya ingin bicara" Kelvin langsung berdiri dan menghampiri Kyung Won, "kamu... bisa keluar sebentar?" Kyung Won menggelengkan kepalanya dan mendorong Kelvin ke meja kerjanya.
"Istri kedua anda sekarang di rumah sakit!" Kelvin merasakan keadaan di dalam menjadi sangat canggung. Seluruh klien yang ada di dalam ruangan tersebut langsung berdiri lalu ia menjabat tangan Kelvin dan tersenyum, "kita bisa berdiskusi lagi, selamat siang" seluruh klien yang ada di dalam ruangan Kelvin langsung keluar dan kini ia menatap Kyung Won tajam.
"Ini semua gara-gara kamu!" Kyung Won langsung menyerang Kelvin dan mencengkram kerahnya, "denger ya, pa! Kyung Won pengen di perlakukan sama, kaya anak papa yang lain" Kyung Won mendorong Kelvin.
Kelvin merapikan dasinya dan menatap Kyung Won, "kamu mau minta uang berapa?" Kelvin langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan black card miliknya, Kyung Won menatap tangan Kelvin dan ia langsung keluar dari ruangan Kelvin.
Kyung Won menyandarkan punggungnya di pintu lalu ia memejamkan matanya. Kyung Won mendengar suara telponnya berdering lalu ia mengambil hapenya dan mengangkat telponnya, "Halo?" Kyung Won berjalan menuju lobby kantor Kelvin dan berlari.
.
.
.
.
.
.
Kyung Won hanya diam saat ia menatap alat bantu bernapas milik ibunya di lepas oleh suster, "permisi?" Kyung Won masih menatap ibunya dan ia tidak menghiraukan dokter yang berusaha memanggilnya. Kyung Won menatap dokter tersebut langsung mencekik lehernya.
"Kyung Won!" Kyung Won melepaskan cekikannya ketika ia melihat Irene yang datang menghampirinya. "Gue..." Kyung Won hanya diam. "Gue turut berduka cita" Kyung Won tidak merespon pelukan Irene dan menangis di pundaknya.
Flashback on
Kyung Won membuka matanya dan ia mendengar suara gedoran dari pintu kamar kosong dan membuka pintunya. "Kyung Won... Giselle..." Kyung Won melihat Giselle yang merinding lalu ia mengambil jaket dan tidak lupa untuk mengunci pintu kamar tersebut.
Irene POV
Irene menghembuskan napasnya kasar. "Apa kau berusaha berbicara kepadanya?" Irene menganggukkan kepalanya.
Flashback on
Seoul, South Korea
Irene melihat Kyung Won yang kini sedang duduk sambil menatap foto ibunya di rumah milik neneknya. "Kyung Won" Kyung Won langsung meletakkan nampan yang berisi teh dan menatap Irene, "ngapain ke sini!? Bokap yang nyuruh lo!? Gue gak mau sumbangan!" Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia berjalan menghampiri Kyung Won.
"Kyung Won, gue mau ngomong" Kyung Won menghembuskan napasnya kasar dan tersenyum kepada Irene, "gue..." Kyung Won menggelengkan kepalanya lalu ia mendorong Irene dan menutup pintunya.
"Lo bakal balik ke Amerika kan?" Kyung Won masih diam. "Yaudah... gue bakalan tunggu lo sampe kapan pun" Irene berjalan menuju ruangan yang di tempati Kyung Won lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Aku akan menjaga Kyung Won, ma... aku janji" Irene langsung pergi dari ruangan tersebut dan pamit kepada nenek Kyung Won.
Flashback off
Irene menatap Rose, "gue gak akan biarin Lobak bunuh Kyung Won" Irene menatap Lobak yang tertidur dengan lelap di kasurnya. "Dia punya sifat yang mirip sama kek mendiang ibunya Kyung Won, cuman..." Irene langsung berdiri dan warna matanya berubah. "Gue mau berburu dulu" Irene keluar dari balkon kamar tamu Rose.
Rose POV
Rose mengikuti Irene diam-diam dan ia melihat Irene berjalan menuju mobilnya.
TBC