Rose POV
Rose masih menatap gambar tato yang di gambar oleh Lobak lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "ibu... aku perlu petunjukmu" Rose menatap makam keluarganya lalu ia menaburkan bunga, "aku mendapati seorang keturunan Lunar, dan dia... di serang oleh..." Rose menghembuskan napasnya kasar dan memejamkan matanya.
Flashback on
Rose menatap ke arah ibunya, Aurora yang sedang mengenakan dress, "ibu..." Aurora menengok ke belakangnya lalu ia menggendong Rose dan tersenyum, "Rose, pakailah bajumu, kita akan... bertemu dengan saudaramu" Rose mengerutkan keningnya.
"Kau akan memiliki kakak perempuan" Rose hanya menganggukkan kepalanya dan menundukkan kepalanya sedih. Aurora berjongok lalu ia mengusap lengan Rose dan tersenyum, "jangan sedih, Rose... dia akan menyukaimu" Rose langsung memeluk Aurora erat dan menangis.
"Aku ingin ayah" Aurora hanya menghembuskan napasnya kasar dan mengusap punggung Rose, "bagaimana... sehabis makan malam kita berkunjung ke makam ayah?" Rose menatap mata ibunya. Aurora hanya tersenyum dan menatap Rose. "Mengapa tidak sekarang?" Aurora menghapus air mata Rose lalu ia mengusap rambut Rose dengan lembut.
"Kita mau makan malam sama keluarga McConmark" Rose hanya menganggukkan kepalanya. "Janji?" Aurora menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Janji" Mereka mengaitkan jari kelingkingnya lalu Rose tersenyum.
Flashback off
Rose menghembuskan napasnya kasar lalu ia menghapus air matanya dan melihat Lobak yang datang menghampirinya.
Lobak POV
"Lobak? Mengapa kau di sini? Bukankah, kau harus...." Lobak tersenyum lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "gue gapapa, gue gak betah di rumah sakit, dan... gue pengen rawat jalan aja" Rose hanya diam dan menganggukkan kepalanya.
"Makam nyokap lo?" Rose hanya diam dan menganggukkan kepalanya, Lobak langsung berlutut dan membersihkan makam milik Aurora yang banyak sekali rumput liar. "Datengin pemakaman kok malem-malem sih, gak baek loh" Rose hanya diam.
Lobak langsung menyeka keringatnya dan menaruh satu tangkai bunga mawar liar yang ia petik, "maafkan saya jika memberi anda sebuah bunga mawar liar, saya akan membawakan bunga yang layak" Rose hanya diam. Lobak menatap Rose lalu ia memeluknya.
"Gue punya sahabat, dan dia sekarang sudah gak ada di dunia ini" Rose hanya diam menatap Lobak yang kini sedang tersenyum, "di sisi lain gue sedih... di sisi lain gue tenang. Dia gak ke sakitan lagi" Rose mengusap punggung Lobak lalu ia menatap wajahnya dari samping.
"Maaf, gue terbawa suasana" Rose menganggukkan kepalanya. "Apa lo tau siapa yang udah nyerang gue?" Rose menggelengkan kepalanya, "sudah hampir seminggu ini Young Jae mencarinya" Lobak menganggukkan kepalanya, "mungkin... lo cari salah tempat" Rose mengerutkan keningnya.
"Kalo... boleh tau... penyelidikannya sampe mana?" Rose menggelengkan kepalanya, "aku belum menemukan orang yang memukulmu, sungguh" Lobak menganggukkkan kepalanya, "apa...." Rose menatap Lobak. "Lo mau gue bantuin buat cari orangnya?" Rose tersenyum lalu ia menggelengkan kepalanya. "Aku..." Lobak langsung menarik Rose ke dalam pelukannya dan menatap matanya.
Pandangan mata mereka bertemu. Angin menerpa wajah Rose, "lo cantik, Rose" Rose masih diam dan menunggu Rose melanjutkan perkataannya, "apa lo tau?" Lobak mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Rose lembut dan memejam matanya.
Lobak melepaskan ciuman mereka perlahan dan kini mereka saling menatap mata satu sama lain, "ntah kenapa gue pengen ngelindiungin lo, tapi hati gue masih belom yakin" Rose menatap mata Lobak, ia melihat mata Lobak yang kini berubah warna. "Lobak mata mu..." Lobak masih menatap mata Rose.
Mata Lobak yang semula bewarna hitam, kini bewarna hijau emerlad. Rose masih menatap mata hijau Lobak lalu ia memeluknya dengan erat. "Aku... mengerti" Rose mengusap rambut Lobak dengan lembut. Lobak membalas pelukan Rose lalu ia tersenyum tipis.
"Ibuku... Aurora McConmark adalah seorang bangsawan, ia meninggal karena...." Rose berusaha menahan tangisannya, "ibuku meninggal tepat di ulang tahunku yang ke-7. Akku menunggunya untuk datang merayakannya bersamanya, tapi... aku dan kakakku mendapat kabar bahwa mobil yang di kendarai oleh ibu dan ayahku terbakar. Ayahku berhasil keluar dari mobil, tapi... ibuku tidak bisa" Lobak memeluk Rose dengan erat.
"Hey, gue tau gimana rasanya" Rose menagis di dalam pelukan Lobak dan ia merasakan dadanya sakit, "apa kau sudah mengganti perbanmu?" Lobak menggelengkan kepalanya. Rose langsung menyeka air matanya menggunakan punggung tangannya namun, Lobak mencegah Rose untuk menghapus air matanya.
Lobak langsung menghapus air mata Rose lalu ia tersenyum. "Lo boleh nangis, lo.... masih punya emosi, apa lo pengen gue temenin?" Rose menganggukkan kepalanya, "baiklah" Lobak tersenyum lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Ganti perbanmu" Rose mengusap tulang rusuk sebelah kiri dengan pelan, ia menyentuhnya seperti barang yang mudah pecah jika di sentuh lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Apa sakit? Seberapa keras mereka memukulmu? Seberapa... keras mereka menyaitimu" Lobak tidak menjawab pertanyaan Rose lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Aku hanya ingin tau" Lobak tersenyum tipis, ia menggenggam tangan kiri Rose lalu ia menariknya pelan menuju mobil Irene. "Kalian berdua lama amet sih!" Lobak menyengir lalu ia menghembuskan napasnya kasar. "Rene... gue yang nyetir" Irene memukul kepala Lobak lalu ia menggelengkan kepalanya.
"Lo masih sakit, lo duduk di belakang, biar Rose duduk di depan sama gue" Lobak langsung masuk ke kursi belakang mobil sedan Irene lalu ia menghembuskan napasnya kasar dan mengenakan sabuk pengamannya.
"Kalian ngapain coba? Lama amet" Lobak mengeluarkan hapenya lalu ia menyambungkan konesksinya ke radio mobil Irene, "sekarang gue yang nyetel lagu, dan lo berdua jadi audience" Lobak langsung membuka aplikasi Spotify miliknya dan memejamkan matanya.
'Baby I'm falling head over heels. Looking for ways to. Let you know just how I feel. Wish I was holding you by my side. I wouldn't change a thing. Cause finally it's real
Tryna hold back. You oughta know that. You're the one that's on my mind. I'm falling too fast deeply in love. Finding the magic. In the colors of you'
Lobak menyilangkan kakinya.
"You're the right time. At the right moment. You're the sunlight. Keeps my heart going. Know when. I'm with you. Can't keep myself from falling. Right time at the right moment. It's you. You it's you. You it's you (Henry Lau (OST. While Were You Sleeping) - It's You)." Lobak melihat Rose maupun Irene hanya diam.
"Kalian... mau bawa gue kemana?" Rose hanya menengok ke belakang sekilas lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "ke rumahmu" Lobak menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "gue boleh ikut?" Mereka berdua menatap Lobak dengan tatapan tajam.
"Oke..... gue bakalan bantuin jarak jauh kalo gitu" Irene menghembuskan napasnya kasar, "lo ya, fi bilangin masa lo gak ngerti sih!?" Lobak mengendikkan bahunya. "Karena kalian bukan pacar gue" Irene dan Rose tersedak. "Lobak, aku memerintah mu... untuk beristirahat" Irene langsung mengerem mobilnya mendadak karena ia melihat Kyung Won yang berdiri di tengah jalan.
"Kyung Won..." Lobak langsung buru-buru keluar lalu ia berdiri di depan mobil Irene. Lobak tidak menghiraukan suara klakson Irene berjalan santai menghampiri Kyung Won yang kini menatapnya dingin. "Gue mau ngomong sama lo" Lobak menganggukkan kepalanya lalu Kyung Won mencengkram kerah Lobak dan menodongkan belati tepat di jantungnya.
TBC