Lobak POV
Lobak membuka matanya lalu ia menatap Gi Hoon dan Nancy yang sedang tertidur di sofa. Lobak mengerjapkan matanya berkali-kali lalu ia menghembuskan napasnya kasar. Lobak mencoba meraih bel yang menggantung di sebelah temapt tidurnya dan memencet bel tersebut.
Beberapa suster dan dokter masuk ke dalam ruang rawat Lobak lalu ia menghembuskan napasnya lega, "Lo-lobak?" Lobak menatap Clara yang kini sedang menatapnya terkejut. Lobak tersenyum dan menganggukkan kepalanya, Clara yang sadar akan posisinya saat ini, langsung membantu Lobak untuk duduk dan membantunnya untuk minum.
"Apa yang..." obrolan keduanya terinterupsi ketika Gi Hoon bangun dari tidurnya, "oh... lo udah bangun" Lobak dan Clara hanya menatap Gi Hoon bingung. "Apa... gue salah ngomong?" Lobak mengendikkan bahunya. Gi Hoon menatap Nancy yang tertidur di pundaknya lalu ia tersenyum, "gue... mau ke kamar mandi, terus ke kantin buat beli sarapan" Lobak menganggukkan kepalanya lalu ia menatap Clara.
"Lo.... abis di operasi? Sakit apa?" Lobak menghembuskan napasnya kasar lalu ia memberi isyarat kepada Clara untuk mendekat, Lobak membisikkan sesuatu kepada Clara. Clara hanya berdehem dan menganggukkan kepalanya, "baiklah... gue panggil dokter dulu" Lobak tersenyum tipis dan mengusap pundak Clara.
Clara langsung memencet tombol di pager miliknya lalu ia menatap Lobak. Lobak menghembuskan napasnya perlahan lalu ia menatap ke arah jendela yang ada di sebelah kirinya. "Gue... duluan ya?" Lobak menganggukan kepalanya.
Lobak menatap Nancy yang tertidur dengan posisi duduk lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "Lobak? Apa kau sudah sadar?" Lobak menatap Rose dan Irene yang mengikutinya di belakang. "Lobak... gue bawain lo makan, gue tau lo laper ya kan?" Lobak tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Sakit?" Lobak menganggukkan kepalanya, "Nancy?" Nancy yang masih tertidur tidak merespon, "Nan..." Lobak langsung menggenggam tangan Rose lalu ia menggelengkan kepalanya, "apa dokter sudah memeriksamu?" Lobak menggelengkan kepalanya, "bagaimana kau..." Clara masuk ke dalam ruang rawat Lobak dengan dokter di belakangnya.
"Selamat pagi, Ms. Aryanti" Lobak menganggukkan kepalanya, "saya... dr. Pedro Suarez, dan..." Rose dan Irene menatap dokter tersebut dengan tajam dan membuatnya gugup. "B-baiklah" dr. Suarez langsung membuka laporannya. "Apa terasa sakit?" Lobak menganggukkan kepalanya, "dari skala 1-10. Berapa skala sakit anda?" Lobak menarik lengan Irene lalu ia menatapnya. "Delapan?" Lobak menggelengkan kepalanya. "Lima?" Lobak menganggukkan kepalanya.
"Baik, apa anda ingin..." Rose menggelengkan kepalanya, "dia adalah pecandu, mengapa kau memberinya obat!?" dr. Suarez menatap Lobak lalu ia menganggukkan kepalanya. "M-mohon maaf" Clara hanya diam sambil menatap keduanya dengan seksama.
"Apa anda ada ada keluhan selain... sakit?" Lobak menunjuk tenggorokkannya, "oh... suara anda akan kembali beberapa hari lagi" Lobak menganggukkan kepalanya lalu ia menatap Rose dan Irene. "Gue mau ketempat kerja dan ini..." Irene langsung megeluarkan salad dan dua botol jus brokoli.
Rose langsung mengambil makan yang di depan Lobak lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "kau boleh mengambil jusnya, aku tahu kau tidak begitu menyukai sayuran, bukan?" Lobak menganggukkan kepalanya namun, kali ini ia merebut makanannya dari tagan Rose.
"Baiklah" Rose duduk di samping ranjang Lobak lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "kau ingin ke kantor kan?" Irene menganggukkan kepalanya, "bisa kah kau bawa pegawaiku yang pemalas itu ke mejanya?" Irene memutar matanya malas.
"Lo kira gue babu lo apa!?" Rose hanya mengendikkan bahunya, "jika menurutmu kau adalah pembantu ku, berarti kau adalah pembantuku" Irene menghembuskan napasnya kasar lalu ia tersenyum mematikan kepada Rose.
Lobak hanya memakan saladnya, "umm... permisi?" Kedua wanita yang ada di samping ranjang pasien menatap dr. Suarez dengan tajam, "saya... ingin... membacakan laporannya" Irene langsung mengambil handbag miliknya.
"Aku pergi dulu ya, sayang?" Irene mencium kening Lobak, "bye" Rose mengambil air putih yang ada di nightstand lalu ia berjalan di depan Irene dan sengaja menabrak dirinya. Ia menggunakan kesempatan tersebut untuk menyiram Irene di wajahnya.
Baju dan coat yang di kenakan Irene basah. "Maaf, aku... sengaja melakukannya" Irene menghembuskan napasnya kasar, "aku duluan sayang" Rose langsung menyelengkat kaki Irene diam-diam dan ia tidak sengaja menurunkan sweat pants yang di kenakan oleh Gi Hoon.
Rose langsug menutup mata Lobak menggunakan tangannya. "Jangan kau lihat adegan di depanmu, mengerti?" Lobak hanya menganggukkan kepalanya. Lobak langsung memberi isyarat kepada Rose menggunakan garpu.
"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" Lobak menganggukkan kepalanya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "bisa pinjam bulpoin?" Rose memberikan bulpoinnya kepada Lobak lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
"Apa kau ingin..." Lobak langsung menggerakkan tangannya.
Rose POV
Rose masih menutup mata Lobak menggunakan tangannya lalu ia melihat paper bag tersebut. Ia melihat gambar Lobak lalu mengambil paper bag tersebut. "Umm... permisi?" Rose menatap dr. Suarez.
"Lebih baik cepat kau bacakan laporannya" dr. Suarez hanya menganggukkan kepalanya. "Lukanya tdak apa-apa... hanya patah tulang biasa" Rose menganggukkan kepalanya, "apa... anda merasakan sesak?" Lobak menggelengkan kepalanya, "apa anda merasakan sakit pada saat bernafas?" Loba menggelengkan kepalanya.
Rose menatap Lobak dan terdiam. "Yang Mulia..." Rose langsung menatap Clara dan dr. Suarez yang sedang menatapnya. "B-baiklah... selamat pagi" Clara dan Suarez langsung meninggalkan ruang rawat Lobak dengan perasaan takut dan gugup. "Gara-gara lo image gue jadi luntur!" Gi Hoon hanya menahan tawanya.
Rose langsung menatap gambar serigala tersebut lalu ia menghembuskan napasnya, "apa kau yakin? Kau melihat tato ini di lengan orang yang menyerangmu?" Lobak menganggukkan kepalanya, "Lobak langsung mengambil paper bag tersebut dan menghembuskan napasnya kasar.
Rose hanya diam karena ia tahu, Lobak adalah keturunan Luna yang asli dan jarang. Rose hanya tersenyum dan mengusap rambutnya lembut, "sekarang kita harus apa?" Rose mengendikkan bahunya, "ntahlah... kejadian yang di perpustakaan masih terngiang di kepalaku, Irene" Irene hanya menganggukkan kepalanya.
"Gue paham" Rose menghembuskan napasnya kasar. "Apa mungkin kakakk lo pelakunya?" Rose menatap Irene, "ntahlah... gue cuman punya feeling aja" Rose menganggukkan kepalanya. Ia menatap Nancy yang masih tertidur di sofa.
"Apa yang kalian lakukan pada malam hari?" Gi Hoon mengendikkan bahunya, "aku tidak melakukan apa..." Gi Hoon menatap Young Jae takut lalu ia berlari keluar ruangan tersebut dan ia menatapnya bingung.
Young Jae menutup pintunya lalu ia berjalan menghampiri Rose. "Yang Mulia..." Rose menganggukkan kepalanya. "Queen of The Pack, gak masalah sih..." Rose memutar matanya malas lalu ia menghembuskan napasnya.
Lobak menatap Rose. "Apa kau tidak punya aktifitas lain?" Lobak mengendikkan bahunya. "Dasar manusia zaman modern. Baiklah! Akan ku izinkan bekerja dari sini" Lobak tersenyum lalu mereka menghembuskan napasnya kasar.
"Aku akan membeli makan terlebih dahulu" Lobak menganggukkan kepalanya, Rose berjalan keluar dan ia diikuti oleh Young Jae yang mengikutinya dari belakang. "Aku ingin kau mencari tato ini" Rose langsung menyerahkan paper bagnya kepada Young Jae.
"Berhati-hatilah, Young Jae" Young Jae hana menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
TBC