Rose POV
Rose menatap Kyung Won datar dan menghembuskan napasnya kasar, "apa kau tahu apa yang kau lakukan akan mendapat konsekuensinya?" Kyung Won menganggukkan kepalanya lalu ia menyerang Rose namun serangan Kyungwon dapat di hindari olehnya.
"Kau masih lemah, vampir sepertimu membuatku muak" Kyung Won menggeram dan matanya yang tadi cokelat kini sudah menjadi warna kuning, "diam dan serang aku" Rose hanya menatap datar Kyung Won dan ia melihat seluruh bodyguard Rose termasuk Young Jae mengelilinginya. Kyung Won langsung mengeluarkan belati bewarna perak lalu ia menghembuskan napasnya kasar.
Sebelum Rose berbicara, Kyung Won langsung menyerangnya, Rose menghindari serangan Kyung Won dan meliriknya, "payah" Rose langsung meninju perut Kyung Won dan tubuhnya terlempar ke dalam kolam renang yang tepat terletak di sebelah kanannya.
Kyung Won tidak keluar dari dalam air, "dasar anak-anak" Rose langsung masuk ke dalam kolam renangnya dan menolong Kyung Won keluar dari kolam renang. "Tolong antarkan pria ini ke rumahnya, dan tolong beri dia pakaian" Rose mengambil handuk yang selalu tersedia di kursinya.
Rose menatap langit malam lalu ia memejamkan matanya.
Flashback on
Rose dan Young Jae memakai topeng serta jubah hitamnya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "apa anda sudah siap?" Rose menganggukkan kepalanya gugup lalu Young Jae membuka pintunya. Di dalam ruangan tersebut, banyak sekali orang yang mengenakan jubah bewarna hitam dan memakai topeng. Rose hanya melirik kanan dan kirinya sambil mengobservasi orang-orang di sekitarnya.
"Yang Mulia McConmark sudah datang" bunyi lonceng yang berbunyi membuat para orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut langsung menatap dirinya. Rose langsung berjalan menuju 5 pria yang memakan jubah bewarna hitam dan memakai topeng emas.
"Selamat datang, Ratu Rose Amoret McConmark. Bagaimana kabarmu" Rose menganggukkan kepalanya lalu ia membuka topeng dan tudungnya. "Young Jae, apa dia sudah menemukannya?" Young Jae tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Dia seorang wanita, manusia berdarah Luna" seluruh orang yang ada di dalam ruangan tersebut terkejut, "lalu... apa dia sudah mendandainya?" Young Jae mengangguk ragu, "mengapa?" Rose mengangkat tangannya dan ke lima pria tersebut menganggukkan kepalanya. "Baiklah akan ku bacakan ramalan untukmu" Rose menganggukkan kepalanya dan ia menatapnya tajam.
pria yang di tengah langsung memegang kepala Rose dan matanya langsung berubah menjadi bewarna putih. Rose hanya diam dan meghembuskan napasnya kasar saat ia melihat kelima pria tersebut sedang berdiskusi. Rose mengobservasi gerak-gerik kelima pria di depannya dan ia menangkap ceruk wajah khawatir. Rose menghembuskan napasnya kasar dan menatap Young Jae.
"Aku sangat yakin jika kau mencintainya" Rose tidak menanggapi omongan Young Jae lalu ia berjalan menghampiri kelima pria yang sedang berdiskusi tersebut. "Jika itu berita baik dan buruk, tolong beritahu aku, pendeta. Aku ingin tahu" kelima pria tersebut langsung diam dan menatap Rose.
"Dylan, mungkin ini saatnya" Rose menatap pria yang bernama Dylan, "kau berada di jalan yang tepat, Yang Mulia. Tapi, apakah ia akan menerima takdirnya atau tidak?" Rose hanya diam, "dia di takdirkan untukmu, dan akan banyak hambatan yang akan menerjang. Dia adalah Luna yang sangat langka" Rose menganggukkan kepalanya.
"Aku berharap kau bersabar dengannya" Rose hanya diam. Kelima pria tersebut langsung mengambl air dari dalam panji dan membacakan mantra. Rose berjalan memakai topengnya dan menatap Young Jae, "apa kau bisa hubungi Lobak? Aku ingin berbicara dengannya segera" Young Jae menganggukkan kepalanya.
Flashback off
Rose membuka matanya karena ia mendengar suara langkah Liam yang tergesa-gesa. Rose langsung menghampiri Liam lalu ia menatap matanya, "Ms. Aryanti..." Rose langsung menganggukkan kepalanya dan menghembuskan napasnya kasar. "Gi Hoon?" Liam membisikkan sesuatu kepada Rose lalu ia mengerutkan keningnya.
"Gi Hoon dan Nancy... ada di rumah sakit!? Bagaimana..." Rose menggeram kesal lalu ia menatap Young Jae, "apa kau bisa mengurus anakmu dengan baik, Young Jae!? Aku benar-benar ingin membunuhnya sekarang!" Rose yang ingin merubah wujudnya menjadi serigala namun ia di tahan oleh Young Jae.
"Tenanglah..." Rose menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Young Jae tajam, "Gi Hoon dan Nancy gue yang telpon" Rose langsung menatap Irene yang kini di kawal dua serigala liar yang menjaga rumahnya.
"Kalian beristirahatlah" kedua serigala tersebut menuruti perintah Rose. Irene berjalan menghampiri Rose dan menghembuskan napasnya kasar, "gue min..." Rose yang menyadari luka goresan di wajah Irene hanya menghembuskan napasnya kasar. "Aku mengerti" Irene menghembuskan napasnya kasar.
"Gue dapet petunjuk tentang orang yang nyerang Lobak tempo hari" Rose langsung mengambil sebuah foto lalu ia menatapnya kembali, "apa lo ada yang kenal?" Rose menggelengkan kepalanya, "tidak ada, tapi..." Rose langsung melihat salah satu tato di sebelah kiri orang yang sedang memegang palu.
"Aku sepertinya mengenal tato itu" Rose menatap Irene, "apa kau bisa ikut denganku?" Rose menatap ke sekelilingnya, "lo pawangnya mereka kan?" Seluruh bodyguard dan serigala menggeram ke arah Irene. "Mereka bukan binatang peliharaanku" Irene menghembuskan napasnya kasar.
"Gue ke sini cuman mau..." Rose langsung menarik Irene untuk masuk ke dalam ruang tamunya. Irene langsung terkesima dengan kemewahan yang ada di dalam McConmark Manor. "Gue gak tau kalo lo tinggal di sini" Rose hanya diam.
"Aku tidak suka tinggal di McConmark Manor karena suatu alasan, aku harus tinggal di sini untuk beberapa hari ke depan karena sebuah tradisi" Irene hanya berdehem lalu ia membuka pintu kayu yang sangat besar dan ia mendorongnya. "Gue..." Rose menggelengkan kepalanya.
"Siapa yang mendorong pintu ini selain darah McConmark akan di potong tangannya" Irene hanya diam, "lo gak bercandakan?" Rose menggelengkan kepalanya lalu ia menyuruh Irene masuk. Rose langsung mematikan sihirnya dan tersenyum.
Irene terpana dengan interior bergaya Victorian di dalam perpustakaan tua tersebut. "Akses internet di sini sudah ada, aku... menambahkannya karena kita berada di dunia modern" Irene menganggukkan kepalanya. "Lo bener juga sih..." Irene menghembuskan napasnya kasar dan memejamakan matanya.
"Ada apa?" Rose langsung mendudukkan Irene di armchair lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "gue... abis berantem sama Kyung Won" Rose menganggukkan kepalanya, "apa..." Rose menggelengkan kepalanya, "biarkan ia membuktikannya sendiri, berilah ia waktu" Rose berjalan menuju minibar yang menyediakan beberapa botol minuman berakohol. Mulai dari kadar alkohol yang rendah hingga kadar alkohol yang begitu tinggi.
"Whisky atay vodka?" Irene menghembuskan napasnya kasar, "air mineral ada gak? Gue vegetarian dan bukan peminum" Rose hanya menganggukkan kepalanya. Seorang maid dari kelas Omega menghampiri Rose.
"Apa kau bisa membuatkan teh untuk tamuku dan aku?" Maid tersebut hanya menganggukkan kepalanya, "apa kau ingin meng..." ucapan mereka terhenti karena Rose mendengar suara mesin dari kejauhan. "Dia... datang" Irene mengerutkan keningnya.
"Maksud lo?" Wajah Rose menjadi pucat lalu ia menatap Irene, "tubuh mu fleksibel kan?" Irene mengerutkan keningnya. "Aku butuh bantuanmu" Rose berjalan menghampiri Irene.