Fabio membuka pintu kamar tawanannya bersama seorang pelayan. Dia meminta pelayan menyiapkan makan malam untuk Amanda. Namun saat pintu terbuka Fabio tak melihat gadis itu. Setelah berjalan mendekati kamar mandi, Fabio baru tahu jika gadis itu tengah mandi.
"Bibi keluarlah, biar aku yang memintanya makan," kata Fabio.
Pelayan itu membungkuk dan keluar setelah meletakkan nampan penuh makanan di nakas. Fabio menunggu lebih dari sepuluh menit sembari tersenyum-senyum mendengar Amanda menyanyi dari dalam kamar mandi.
"Gadis itu memiliki kebiasaan mandi yang aneh," gumam Fabio.
Tak lama Amanda keluar dan sangat kaget melihat Fabio di sana. Setelah menawari makan dan mengucapkan selamat malam Fabio akan segera keluar, tapi Amanda menahannya.
"Aku sudah memutuskan, apa tak ingin mendengarnya sekarang saja?" tanya Amanda sembari meremat atasan piyama Fabio.
"Kau sudah memikirkannya?" desak Fabio.
"Tentu saja," jawabnya santai.
Amanda mendekatkan bibirnya pada telinga Fabio perlahan. Tubuh keduanya saling berdekatan.
"Tuan, aku ... aku ...." Amanda memulai pembicaraannya.
Tiba-tiba pintu di dorong dengan kuat dari luar dan membuat Amanda masuk dekapan Fabio tanpa sengaja. Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu dan melihat suaminya mendekap erat gadis itu.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Yoona.
Amanda beralih berdiri di belakang Fabio setelah mendengar sentakan Yoona. Dia masih memengang erat baju Fabio. Yoona memiringkan tubuhnya dan melihat gadis itu menggunakan kemeja suaminya. Dia bergidik melihat kaki jenjang Amanda.
"Ah, pakaiannya sangat berbahaya untukmu, Sayang. Jangan melihatnya," ujar Yoona.
"Dia mengatakan jika dia bersedia menikah kontrak denganku, Sayang. Kau jangan khawatir lagi," dusta Fabio.
Amanda terkejut. Dia bahkan belum mengatakan apapun pada Fabio tadi.
"Apa maksudmu, Tuan?" tanya Amanda.
"Bagus jika dia setuju. Aku akan menelpon pengacara dan memintanya mempersiapkan segalanya." Yoona tampak senang walau hatinya juga menahan perih.
"Tunggu, Tuan," sela Amanda menahan Fabio.
Fabio tak peduli dan keluar bersama istrinya itu. Ini adalah caranya memaksa Amanda untuk menyetujui pernikahan kontrak itu. Padahal sebenarnya Amanda memutuskan untuk menyerahkan tubuhnya dan menolak pernikahan kontrak itu karena berpikir ini bukan solusi terbaik. Dia tak bisa menjamin hidupnya akan selamat saat dia menyelesaikan pernikahan kontraknya.
Dia hafal benar seperti apa ayahnya itu. Sehingga memilih untuk mengorbankan dirinya malam ini untuk Fabio. Dan ide mendekati Fabio seperti tadi adalah caranya untuk menghilangkan kecanggungan.
* * *
Fabio sedang dalam perjalanan menuju kediaman Lazarus. Dia membawa cek dalam jumlah fantastik untuk membeli Amanda dari ayahnya yang gila harta itu.
"Ini jumlah yang tak sedikit, Tuan. Apa Anda yakin ini akan berhasil?" tanya asisten pribadi Fabio.
"Percaya saja padaku," jawab Fabio.
Fabio turun dari mobil dan menemui Tuan Antoino. Dia menjelaskan maksud dan tujuannya. Melihat jumlah uang yang dipersiapkan Fabio, Tuan Antoino tentu saja menerima tawaran itu dengan senang hati.
"Saya akan persiapkan dokumen Amanda. Tunggu sebentar," kata Tuan Antoino saat Fabio meminta berkas untuk mendaftarkan pernikahan mereka.
Selang beberapa saat Tuan Antonio kembali dengan berkas yang Fabio minta dan pria itu segera pergi.
"Ah, Amanda dibayar mahal untuk bekerja setahun di sana. Akhirnya berguna juga jalang itu," kata Tuan Antonio sembari mengibaskan cek senilai sepuluh juta dollar itu.
* * *
Di sisi lain, Amanda mencoba mengetuk pintu kamar untuk bicara dengan Fabio. Tapi tak ada yang membukanya. Dia juga berteriak tanpa henti dari dalam, tapi sepertinya kamar itu kedap suara sehingga tak ada yang mendengarnya.
"Apa semua orang pergi? Mengapa tak ada yang menjawab?" rutuk Amanda.
Dia kembali ke ranjang dan menatap kosong sekelilingnya. Tak berselang lama seseorang membuka pintu kamar itu. Dua wanita masuk dan memaksa Amanda berganti sebuah gaun.
"Apa ini? Mengapa memaksaku seperti ini. Aku tak akan melakukan hal ini," tolak Amanda.
Setelah memakaikan gaun pada gadis itu, seorang lagi memoleskan make-up pada wajah ayu Amanda.
"Kau akan menjadi selir paling beruntung. Tuan Rezer akan jatuh hati pada wanita yang bisa memberinya keturunan. Percayalah padaku," kata wanita yang memakaikan baju tadi.
"Kau benar, pria seperti Tuan Rezer akan lupa pada istri pertamanya setelah dia mendapatkan anak darimu," imbuh wanita yang sedang melukis wajahnya itu.
Amanda tak bisa menolak. Kedua wanita itu membuatnya berubah menjadi seorang putri yang cantik. Aneka perhiasan mewah menghiasi tubuhnya. Gaun pengantin yang sangat mahal itu juga membuat kecantikannya bertambah.
Setelah bersiap Yoona membawa Amanda ke sebuah gereja yang sudah di pesan Fabio untuk meresmikan hubungan keduanya. Pernikahan itu hanya di hadiri beberapa orang penting untuk menjadi syarat dokumen dan semua berlangsung begitu cepat. Dalam hitungan jam Amanda Lazarus menjadi istri sah Fabio. Rezer walau dengan masa kontrak satu tahun.
"Kau harus hamil dan melahirkan sebelum kontrak kita berakhir," kata Fabio.
"Kau berbuat semaumu dan aku juga bisa berbuat semauku," umpat Amanda yang merasa sudah diperas oleh Fabio.
Fabio tersenyum miring. Tanpa di sadari pria itu sudah jatuh cinta pada gadis itu. Perangainya yang ceria dan manja membuatnya merasa bahagia.
"Kalian harus ke rumah sakit dan segera menjalani program kehamilan. Jangan menyiakan kontrak ini," kata Yoona.
"Aku tak mau, aku menolak dan bersedia menyerahkan tubuhku semalam. Tapi mengapa Tuan payah ini mengatakan jika aku setuju menikah dan menggelar pernikahan paksa seperti ini," jelas Amanda.
"Jika kau terpaksa mengapa kau berdiri dengan senyum di altar tadi?" desak Yoona.
Amanda seperti diejek oleh istri pertama suaminya itu. Dia bergegas menyingsingkan gaunnya dan masuk mobil.
"Dia gadis bodoh. Pasti akan mudah membuatnya segera hamil dan mengambil anaknya," kata Yoona.
Fabio hanya tersenyum dan menyusul Amanda ke dalam mobilnya. Mobil melaju menuju mansion super mewah itu dan Fabio menuntun Amanda ke kamar.
"Jangan menolak atau semua akan sia-sia. Aku sudah membayar mahal atas dirimu, dan kau harus menjalani kewajibanmu," ujar Fabio
"Jalani saja dengan orang yang menerima uang itu. Aku tak menerima apapun jadi itu bukan kewajibanku," sahut Amanda.
Fabio merogoh sakunya dan memberikan sebuah black card pada gadis itu.
"Ambil berapa pun kau mau. Dan bersiaplah besok untuk menemui dokter. Malam ini aku akan tidur di kamar istriku," kata Fabio.
"Hyak, Tuan. Aku juga istrimu sekarang. Apa kau lupa?" seloroh Amanda.
Fabio tersenyum tanpa menoleh. Amanda hanya bersikap jual mahal pada Fabio.
"Hyak, Tuan. Kau meninggalkan aku sendiri di malam pengantin kita? Hyak ... Tuan ...!" teriak Amanda dengan lantang.
Fabio menghentikan langkahnya dan memberikan senyuman pada wanita yang beberapa jam tadi sah menjadi istrinya.
"Tidak untuk malam ini." Fabio melangkah pergi meninggalkan istri keduanya.
* * *