Amanda menyerah dengan sebuah penawaran. Dia luluh seketika. Dia hanya meyakini Fabio bisa benar-benar membuatnya memiliki segalanya. Dia sudah tak bisa memaksakan apapun. Terpaksa dia sepakat dengan pertaruhan yang nilainya sudah menurun itu.
"Aku akan ganti sprei dengan warna putih," ujar Amanda.
Fabio meraih lengan gadis itu. Dia merasa Amanda hanya terlalu khawatir dengan hidupnya. Perasaan Fabio sudah tak bisa dipungkiri. Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada gadis itu. Fabio membelai wajah ayu gadis itu dengan jemari tangannya.
"Haruskah aku menghancurkanmu? Aku membelimu dengan sepuluh juta dollar, aku bisa menghancurkanmu dengan mudah." Fabio berbisik.
Dia sengaja ingin membuat Amanda marah dan mempermudah dirinya menyentuh Amanda. Tapi Amanda tak semudah itu tersulut. Dia meloloskan diri dari Fabio dan menarik kain warna putih dari almari. Dia dengan cepat memasang kain itu dan membuat permukaan ranjang berganti warna.
Hati Fabio sedikit terusik, paha putih Amanda membuat Fabio susah payah menelan ludahnya. Dia pria biasa yang tak akan tahan jika melihat bodi goals seperti milik Amanda. Panjang kemeja yang hanya sampai pangkal pahanya itu membuat Fabio bergidik.
"Hyak, mengapa menungging seperti itu di sana? Kau lupa jika aku bisa berubah menjadi harimau yang bisa mengoyakmu dalam sekali terkam?" ucap Fabio.
Amanda hanya tersenyum.
"Sepertinya semua pria itu sama saja. Bisanya mengancam dan menyakiti." Amanda mengoceh sembari berjalan menjemur handuknya.
"Sial, dia membuatku bergairah," batin Fabio.
Amanda kembali ke kamar dan segera berbaring. Dia terpaksa memakai kemeja milik Fabio lagi karena tak ada pakaiannya.
"Mau melakukan pertaruhan sekarang apa menunggu hingga kontrak kita habis?" tanya Amanda.
Fabio tersenyum dan berjalan ke arah pintu. Dia hanya ingin memastikan jika pintu benar-benar sudah dikunci.
"Aish, pria ini." Amanda mengumpat kekhawatiran Fabio.
"Mengapa kau terlihat biasa saja jika kau sama sekali belum pernah melakukan ini dengan pria mana pun seperti yang kau yakini itu," tanya Fabio.
"Simpel saja, aku menyerah pada pertaruhan karena aku ingin merasakan hidup sebagai Nyonya Rezer di satu tahun yang mahal ini," jawab Amanda.
Fabio tersenyum kecut. Dia tak menyangka Amanda akan seterbuka itu. Dia tak merasa sungkan dan menjaga harga dirinya.
"Aku tak mau membayar mahal jika sampai aku tak hamil. Aku harus hamil dan membuat perhitungan akhir denganmu," imbuh Amanda.
"Kau terlalu banyak bicara," sahut Fabio.
Pria itu tiba-tiba merasa ragu dan begitu kaku. Bayangan Yoona membuatnya semakin tak bisa menyentuh Amanda. Dia begitu mencintai istri pertamanya tapi dia juga sudah mulai menyadari jika dia jatuh cinta pada Amanda.
Fabio berbaring memungguni Amanda karena masih merasa ragu. Beberapa saat berlalu hingga Fabio berpikir Amanda sudah terlelap.
"Seorang wanita terlahir utuh bersama dengan kodratnya. Itulah yang aku pelajari dari ibuku," ujar Amanda tiba-tiba.
Fabio membalik tubuhnya melihat istri keduanya yang ternyata masih terjaga.
"Kau belum tidur? Apa kau ingin menceritakan hidupmu?" tanya Fabio yang masih sangat canggung.
"Tidak, sebelum aku menjadi Nyonya Rezer seutuhnya. Aku tak akan bicara apapun," balas Amanda.
Fabio menarik lengan Amanda dan membuatnya masuk dalam dekapan suaminya itu.
"Ayo mulai taruhannya. Kau akan menjadi Nyonya Rezer setelah darah itu membekas di kain putih ini." Fabio berbisik penuh gairah.
Amanda tiba-tiba merasa sangat takut. Dia merasa begitu terdesak. Ini bukan kali pertama dia menghadapi lelaki. Tapi ini adalah pertama baginya untuk memberikan tubuhnya pada seorang lelaki. Tubuhnya mulai bergetar hebat saat ini.
"Kau takut?" tanya Fabio.
Amanda tampak semakin gusar. Dia tak berhenti merapalkan doa dalam hatinya. Matanya tak bisa tenang dan terus saja melirik ke sana kemari.
"Aku tahu aku akan kalah taruhan. Tapi. mengapa aku justru merasa senang?" batin Fabio.
Tubuh mereka sudah tak berjarak sedari tadi. Bahkan Fabio sudah membuka kancing kemeja Amanda satu persatu. Tapi agaknya Fabio masih ragu untuk beraksi. Hatinya begitu berat untuk mengatakan pada Amanda jika dia juga takut.
"Apa akan sakit?" tanya Amanda sengaja ingin membuat suasana lebih santai dan mengulur waktu.
Fabio tersentak dengan pertanyaan polos Amanda itu. Dia semakin berpikir kekalahannya sudah berada di depan mata saat ini.
"Hmm, mungkin saja. Tapi percayalah aku tak akan menyakitimu secara sengaja," jelas Fabio.
Amanda menarik napas dan membuangnya perlahan. Dia ingin mengkondisikan psikisnya. Dia sama sekali tak siap dengan keadaan dan situasi ini. Tapi Fabio sudah membayar mahal atas dirinya. Dia ingin membuang perasaan canggungnya.
"Ibuku selalu menangis saat ayahku melakukan hal ini padanya. Kamar kami bersebelahan, sehingga aku selalu mendengar saat ibuku menangis," jelas Amanda.
Fabio menjadi tahu. Amanda takut karena trauma dengan apa yang terjadi pada ibunya. Dia ingat benar saat ibunya melolong kesakitan sedang ayahnya mendesah penuh napsu. Hal itu masih terukir dalam dan membekas di benak Amanda.
"Itu alasanku, aku tak ingin membuat tubuhku tersiksa dengan harga yang murah," jelas Amanda.
Fabio semakin terintimidasi. Dia yang hampir saja membuat Amanda kehilangan mahkotanya justru mundur perlahan.
"Tidurlah, dan jangan pikirkan apapun," kata Fabio melepaskan pelukannya dan menaikan selimut Amanda.
Amanda menjadi bingung. Dia menceritakan hal itu hanya karena ingin membuat Fabio mengerti jika dia merasa takut. Tapi justru membuat Fabio mundur.
"Apa kau benar-benar tak ingin menyakitiku? Mengapa tiba-tiba berhenti dan mengancingkan kemejamu lagi?" tanya Amanda.
"Jujur saja aku masih merasa sulit melakukan ini pada wanita lain. Aku hanya tak ingin benihku tumbuh dengan rasa sakit yang kau rasa. Aku ingin kau benar-benar bisa menerima dahulu." Sifat asli Fabio akhirnya keluar.
Dia adalah pria penuh kasih sayang. Dia juga penuh perhatian dan pengertian. Sedari kecil dia tumbuh di keluarga yang sempurna, hanya saja saat beranjak dewasa dia mulai mengambah dunia malam yang hitam penuh kesesatan.
"Andai malam itu aku tak menemukan Louis over dosis di kamarnya aku tak akan mencari tahu apapun tentangmu dan menantang ayahmu di meja judi." Fabio menjelaskan.
Amanda melayangkan pandangan lembut dan sendunya. Sinar mata yang masih memancarkan kehancuran begitu terasa.
"Kau tahu semua tentangku?" tanya Amanda.
"Belum semua, tapi secara garis besar aku tahu." Fabio menjelaskan.
"Aish," umpat Amanda.
"Louis adalah teman sejawatku. Dia mengincarmu lagi dengan bermain bersama ayahmu, tapi naas malam itu dia kalah. Hingga akhirnya aku datang karena penasaran dengan seorang Amanda Lazarus," jelas Fabio.
Amanda tersenyum.
"Apa ini bisa diartikan sebuah penculikan? Kau membuatku membayar mahal untuk rasa penasaranmu?" tanya Amanda.
"Aku membutuhkan seorang wanita untuk menitipkan benihku. Aku ingin melihat ayahku bahagia dengan kehadiran seorang cucu," jelas Fabio.
Amanda terenyuh mendengar penjelasan pria itu. Dia semula berpikir Fabio melakukan ini semua demi warisan. Tapi nyatanya karena dia ingin ayahnya bahagia menjadi seorang kakek.
"Apa boleh aku meminta tiga hari bersamamu? Aku akan mencobanya," pinta Amanda.
"Tiga hari? Hanya kita berdua?" tanya Fabio.
"Aku tak tahu alasan apa yang membuat Yoona tak bisa memiliki anak. Dan aku juga tak ingin tahu. Tapi aku akan merasa lebih nyaman jika tak ada dia. Aku hanya meminta tiga hari dan kita akan mulai untuk melakukan semuanya," jelas Fabio.
"Baiklah, aku akan membawamu ke Paris untuk tiga hari. Anggap saja ini bulan madu," kata Fabio.
"Paris? Jangan berlebihan," sahut Amanda.
* * *