Chereads / Noktah Merah Muda Pernikahan / Chapter 4 - Bau Hangus

Chapter 4 - Bau Hangus

Yoona duduk bersandar pada ranjangnya. Beberapa kali dia mengelus lembut sela di sampingnya yang biasa ada Fabio di sana.

"Ah, aku harus mulai terbiasa dengan ini. Kau bukan hanya miliku sekarang. Aku harus mulai biasa berbagi suami dengan wanita itu," gumam Yoona.

Yoona merebahkan tubuhnya dan segera berbaring. Hari ini adalah hari yang melelahkan. Dia mengurus persiapan pernikahan kilat itu bersama pengacara sehingga membuatnya begitu lelah.

Tiba-tiba Fabio masuk dengan segelas wine di tangannya. Dia memutar gelasnya agar wine itu terasa dingin setelah bercampur es batu.

"Sudah ingin tidur?" tanya Fabio sambil duduk di sofa.

"Hm, kembali ke kamar Amanda," titah Yoona.

"Kurasa aku salah menikahi gadis itu," gumam Fabio.

"Apa maksudmu salah? Mengapa mengatakan hal itu? Ini hanya akan berlangsung setahun, tapi kurasa lebih cepat lebih baik," ujar Yoona.

Fabio meletakkan gelasnya dan merangkak ke ranjang. Dia begitu gemas dengan istrinya yang beberapa bulan terakhir ini merengek memintanya menikah lagi demi seorang anak.

Pria itu memeluk paksa istrinya. Dekapan hangat itu terasa sempurna bagi Yoona.

"Aku tak bisa mengkhianatimu seperti ini," bisik Fabio.

"Aish, ini kesepakatan kita. Lakukan saja dengan memejamkan matamu," jelas Yoona.

"Kau pikir semudah itu?" balas Fabio.

"Kau ingin kita dibuang oleh ayahmu? Ayolah, kita harus realistis. Kita akan dapatkan bayi itu dan membuat ayahmu memindahkan semua aset atas namamu. Setelah itu kita buang wanita jalang itu," ujar Yoona.

Hati Fabio terasa sedikit nyeri mendengar istrinya mengoceh tentang harta. Dia merasa Yoona sudah berubah.

"Keluarlah, aku akan tidur. Besok ada meeting penting di perusahaan," kata Yoona.

Fabio mengeratkan pelukan dan tidur dengan memeluk punggung istrinya itu. Keduanya terlelap perlahan dan mulai mengarungi dunia mimpi.

Sementara di sisi lain Amanda terjaga karena tak bisa tidur. Hanya dalam waktu 24 jam takdirnya berbelok. Dia menjadi istri muda Fabio yang akan menjadi tempat penyemaian benih putra tunggal keluarga Rezer itu.

"Aish, apa ini? Mengapa aku harus menikah dengannya," keluh Amanda berulang-ulang.

Namun saat memandang wajah tampan Fabio dalam foto yang terpajang di dinding, gadis itu tersenyum lebar. Wajah sempurna Fabio benar-benar membuatnya terpesona.

"Astaga. Apa yang aku pikirkan?" katanya.

Dia terjaga sepanjang malam dan membuat matanya bengkak di pagi hari. Sementara Fabio justru bergulat penuh kenikmatan dengan istri pertamanya.

* * *

"Selamat pagi, Bi," sapa Amanda.

"Ah, Nona. Anda sudah bangun?" sapa pembantu rumah.

"Bukan sudah bangun, Bi. Aku tak tidur semalaman," jelas Amanda.

"Tuan membuat Anda tak tidur?" tanyanya lagi.

"Kau benar, dia membuatku terjaga sepanjang malam," ceplos Amanda.

Pembantu rumah itu tersenyum manis. Dia mengira jika Amanda menghabiskan malam bersama Fabio.

"Bibi tersenyum?" tanya Amanda.

"Nona sangat lucu. menceritakan kebersamaan dengan tuan semalam," jelasnya.

Amanda menepuk dahinya. Dia salah bicara dan membuat bibin pembantu itu salah paham.

"Sudahlah, jangan dibahas lagi, Bi. Aku akan menyiapkan makan pagi, Bibi bisa bekerja di kebun. Semua akan mudah selesai," jelas Amanda.

"Anda akan memasak?" tanyanya.

"Benar. Aku biasa melakukan ini. Jangan khawatir," kata Amanda.

"Anda tahu selera tuan?" tanyanya lagi.

Amanda menghentakkan pisaunya dengan keras. Dia kesal bibi pembantu banyak bertanya padanya. Amanda melayangkan tatapan tajam dan dia segera pergi.

"Aku tak peduli dengan seleranya. Aku akan siapkan apa yang aku bisa tanpa memperhatikan selera tuan gila itu," celoteh Amanda.

Dia mulai memotong aneka sayur dan bahan yang dibutuhkan. Perlahan tapi dalam waktu singkat semua bisa selesai.

Amanda mencuci tangannya dan segera duduk di ruang makan. Dia bahkan belum mandi tapi sudah duduk menyantap sarapannya. Dari arah tangga terdengar dua langkah kaki yang sedang menuruni anak tangga.

"Itu pasti mereka," lirih Amanda

Benar adanya, Fabio dan Yoona turun dengan pakaian rapi. Mereka ada meeting penting hari ini sehingga keduanya berangkat bersama.

"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya," sapa Amanda.

Yoona memandang sinis Amanda yang tengah menyapanya sembari menikmati sarapan. Amanda tak peduli dengan sepasang suami istri yang sedang menyeduh kopi itu.

"Apa kalian tidur nyenyak?" kata Amanda.

"Ah, tentu saja," jawab Fabio.

"Kita sarapan di luar saja. Sudah terlambat," kata Yoona.

Amanda merasa tersinggung. Dia meletakkan sendoknya tepat diatas piring sehingga menimbulkan bunyi yang keras.

"Aish, apa yang kau lakukan?" tanya Yoona.

"Ah, aku tak sengaja," jawab Amanda kesal karena mereka tak makan masakannya.

Fabio tahu istri keduanya itu tengah kesal, dia duduk dan membalik piringnya untuk sarapan.

"Di mana bibi? Mengapa dia masak banyak hari ini?" kata Fabio sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

Dia terheran dengan rasa masakan yang tak biasa.

"Hmm," lirih Fabio

"Apa enak?" tanya Amanda.

"Sangat enak," sahut Fabio

"Habiskan. Aku sengaja memasak banyak untukmu," jawab Amanda sedikit kesal dan segera berhambur ke kamarnya.

Amanda meraih sebuah ponsel di nakas. Dia memeriksa ponselnya. Tak ada seorang pun yang menghubunginya. Dia benar-benar sudah dijual saat ini. Bahkan ayah atau kakaknya tak ada yang menanyakan keadaannya sedikitpun.

"Mereka menerima banyak uang dan aku akan membayarnya dengan menjadi budak pria itu," ujar Amanda.

* * *

Siang berlalu, Yoona sudah kembali dan tengah memasak di dapur. Dia merasa Amanda satu langkah lebih jauh dari pada dia untuk urusan dapur. Sehingga dia bertekat untuk memasak hari ini.

"Bau apa ini?" cela Amanda.

Bibi meletakan jari telunjuknya di hidung memberi isyarat pada Amanda untuk diam.

"Apa yang kau masak hingga bau hangus seperti ini?" tanya Amanda sedikit membentak.

"Ah, Nyonya baru mulai berani membentak? Kau ini siapa? Mengapa berani sekali membentak?" cecar Yoona.

"Aish, Nyonya Tua mulai bertingkah. Aku bukan istri simpanan dan kurasa aku berhak atas apapun dengan statusku sebagai istri sah Tuan Fabio," sentak Amanda.

Perangainya yang berani membuatnya sama sekali tak takut. Seperti biasanya dia akan melawan jika di tertindas. Sudah menjadi wataknya, jika dia arogan dan sulit dikendalikan.

"Ada apa ini?" tanya Fabio.

Amanda menoleh dengan cepat setelah mendengar suara Fabio.

"Ah, Tuan Fabio sudah datang. Silakan nikmati makan malam Anda, Tuan. Istri Anda memasak makanan lezat malam ini," ejek Amanda.

"Aish," sahut Yoona.

"Apa yang terjadi? Mengapa kalian ribut?" tanya Fabio.

"Bukan apa-apa. Wanita ini terus saja mengomel," jawab Yoona ketus dan sinis.

"Bau hangus membuatku tak nyaman, dan aku hanya bertanya. Kau saja yang kepalang tersinggung," ujar Amanda.

"Sudah hentikan," sahut Fabio.

Fabio menarik Yoona ke kamar dan membiarkan Amanda berdiri mematung di dapur.

"Hyak, Tuan. Kau lupa jika aku juga istrimu," bentak Amanda.

* * *