"TENANG ANAK_ANAK.. BAPAK HARAP KALIAN TENANG... JANGAN BERISIK, BERIKAN KAKAK-KAKAK PEMBINA INI WAKTU UNTUK MEMPERKENALKAN DIRI.. !!" suara lantang Bapak kepala sekolah memudarkan lamunan ikhwan muda tersebut, ia langsung menundukkan wajahnya. sedang suasana kembali hening seperti semula.
"Vi.. memang kamu kenal dengan cowo itu ??" Tanya Emil tiba2 sambil berbisik.
"Nda kenal... tapi kayanya aku pernah liat, tapi lupa di mana..!!" Jawab Vio balas berbisik. Jika berbicara dengan Emil, Vio selalu menggunakan kata-kata yang lebih sopan sama seperti bicara dengan keluarganya. Berbeda Dengan ketika berbicara dengan Teman yg lain, bahkan dengan Oliv dan Tere sekalipun.
"Ko.. sepertinya dia kenal kamu ya..? Dari sorot wajahnya seakan ia terkejut pas lihat kamu" ucap Emil lagi. Namun Vio hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu, ke empat ikhwan itu pun memperkenalkan diri masing-masing. Di mulai dari yg berkemeja putih (HARIS) di susul IMAN (kemeja Biru) kemudian RAFFA (kemeja ungu) dan yg terakhir FAIZ (abu-abu).
"Oh my god.. what... ??!!" Ujar Vio spontan hingga membuat ketiga sahabatnya itu terkejut.
"Kenapa lu.. ?? Ikut tertarik juga kaya gue.." tanya Tere seakan panik menyaksikan Vio berkata demikian tatkala Faiz memperkenalkan diri.
"Ga laahhh, biasa aja.. tadi gue kaget, ternyata nama dia sama kaya nama kucing gue di rumah" ucap Vio asal jawab.
"Sejak kapan Lo nernak kucing ?? Lu pikir gue ga tau Lo ga punya kucing ??" protes Tere lagi.
"sejak kemaren, pas ketemu di majlis" ucap Vio membatin, tentu saja kalimat tersebut tak ia keluarkan. iya kali ustadz ganteng disamakan dengan kucing.š¤
"maksud gue kucing tetangga, dia sering maen ke rumah gue jadi udah gue anggap kaya kucing sendiri. abisnya ganteng banget siihh.. " Kilahnya buru-buru. Ternyata Tere percaya begitu saja.
"maksud lho cantik gitu kucingnya ??" tanya Oliv memastikan.
"Diihh gantenglah wong kucingnya juga cowo..!!" sangkal Vio lagi sambil cekikikan.
"Maksud gue .... " Oliv bingung harus jawab apa karna kata Cantik memang identik dengan cewe sedangkan 'kucing' Vio kan cowok. "Terserah Lo lah.. ". pasrahnya.
jika Tere dan Oliv percaya Namun tidak dgn Emil yg kala itu tahu bahwa Vio sedang berbohong.
Perkenalan Faiz menjadi penutup diskusi di pagi itu, seluruh murid pun bubar. Namun ketika ke empat gadis itu hendak beranjak, Faiz justru menghampiri mereka.
"Assalamualaikum, Vio ya ??" Tegur Faiz.
Vio membalikkan badannya dan mengerutkan dahi, ia bingung karna ternyata Faiz tahu namanya. Sementara Tere kelabakan seperti melihat artis idola saja, ia teriak-teriak tidak jelas.
"Wa alaikum salam.." jawab Vio singkat.
"Astagfirullah.. di mana hijab ukhty ?? Tanya Faiz lagi dengan terheran heran.
Deg... Vio terkejut, ia tak menyangka jika Faiz bisa mengenali dirinya meski dalam keadaan seperti itu padahal mereka baru pertama kali bertemu. Sementara sahabat-sahabat Vio semakin bingung..
"OMG heloooww... Vio dari dulu juga emang ga pake hijab kelles.. salah orang kali !!" sela Tere dgn sangat kesal.
"Tapi..." ucap Faiz,
"gue cabut dulu ya.." ujar Vio memotong perkataan Faiz seraya berlalu menjauhinya dan di ikuti para sahabatnya.
"Assalamualaikum.." sindir Faiz, Vio sempat membalikkan badannya seraya membalas salam Faiz dan tersenyum, senyum yang sangat indah di mata Faiz. Sedang Vio tetap melangkahkan kakinya dan menjauh. Tak berapa lama kemudian teman-teman Faiz menghampiri dirinya,
"siapa akhwat itu Faiz..?? sepertinya kalian saling kenal... !!" Tanya Haris.
"hanya ana yang kenal.. namanya Vio, kemarin ana lihat, subhanallah.. elok nian dgn hijabnya. Entah kenapa sekarang berbeda, padahal ia dari keluarga terpandang. Ana kira kesehariannya memang berhijab ternyata.." jawab Faiz seakan tak percaya.
"Masya Allah Iz.. anta kaya Nda tahu ABG zaman sekarang aja, Nda usah heran. Yang sekarang sekolahnya wajib pake hijab aja di rumahnya nda berhijab, karna cuma takut di hukum apalagi di sekolah ini yg Nda di wajibkan. Malah ada juga yg pake hijabnya cuma untuk hal tertentu saja dan cuma ngikutin fashion juga. Apalagi sekarang marak yg namanya hijab gaul.." celoteh Iman ikut menjelaskan. Sementara Faiz terdiam, ia seakan benar-benar tak percaya jika itu memang Vio.
"Memang anta ketemu di mana sampai bisa tahu nama dan keluarga akhwat itu ??" Tanya Raffa yg sedari tadi diam saja.
Faiz kemudian menceritakan tentang kunjungannya minggu kemarin di sebuah majlis ta'lim yg kemudian secara tidak sengaja melihat Vio dan ibundanya yg saat itu datang terlambat, seusai acara tersebut Faiz bertanya kepada salah seorang pengurus majlis yg akhirnya ia tahu nama dan keluarga Vio. Namun sang pengurus majlis tidak menjelaskan bagaimana keseharian atau perilaku Vio sehari_hari.
"Atau mungkin anta salah orang Iz... bisa saja kan ia hanya mirip, apalagi sekarang dlm keadaan Nda berhijab sedang anta baru liat sekali.." ujar Haris. Faiz kembali terdiam, ia masih terlihat bingung dan merasa tak percaya akan apa yg ia lihat.
"Kalo memang masih penasaran, kita lihat aja besok. Kan semuanya pada pakai hijab.. dgn begitu anta bisa menilai ia memang Vio yg hadir di majlis itu atau bukan.." usul Raffa, Faiz hanya menganggukan kepalanya.
Sementara itu Vio yg berlalu meninggalkan Faiz, di sepanjang langkahnya ia harus mendengar ocehan Tere dan Oliv yg sangat berisik dan mengganggu pkirannya tentang Faiz, yg hanya karna membahas tentang fashion yg akan mereka kenakan tuk besok.
"Oh my god, aduuhhh sayang nih rambut gue abis di catok kalo besok pake hijab pasti bakal rusak.. !!" Ucap Tere masih dgn suara cemprengnya.
"Iya re.. gue juga, tapi besok gue mo ke salon aja. Di dandanin pake hijab ama tukang rias gue biar rambutnya ga rusak..." ujar Oliv.
"Ikuuuttt... !!" Rengek Tere,
"Duuuhhh lu berdua tuh berisik bangeetz siihh, ga tau apa gue jg bingung besok mo pake baju apa.." sindir Vio, ia sengaja berkata demikian supaya kedua sahabatnya itu menghindar darinya.
"Hhhmmm... Tere.. Oliv .. berhijab itu tidak akan merusak rambut, malah bisa menjaga rambut dari debu dan sinar matahari.." ujar Emil seraya tersenyum dengan bijaknya. Selain lembut Emil adalah sosok yang paling dewasa namun rapuh diantara ketiganya, padahal usia mereka sama hanya saja mungkin keadaan hidup Emil yang memaksa pemikirannya lebih dewasa dari usianya.
"Gue tau kalian berdua itu iri karna gue punya salon langganan yg bisa menjamin fashion gue besok, yuuu Re.. kita di kelas aja ngobrolnya. Nanti mereka berdua malah ikutan kita lagi, Wweee.." sergah Oliv sembari menjulurkan lidahnya dan menarik tangan Tere. Vio dan Emil hanya tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
"Sebenarnya Faiz itu siapa Vi.. ?? Tanya Emil sepeninggal Tere dan Oliv. Vio melotot, ia kaget karna Emil bertanya tentang Faiz lagi.
"Bukan siapa-siapa ko.. Oo iya.. aku baru ingat, ternyata Faiz itu ustadz muda yg minggu kemarin hadir di majlis sekitar tempat tinggal aku Mil.. " jawab Vio sedikit gugup.
"Kamu ikut pengajian juga Vi.. ?? Kenapa nda ajak aku.. !!" Tanya Emil lagi, ia bersemangat.
Vio kemudian menjelaskan bagaimana ia bisa ikut dlm acara tersebut sekaligus menceritakan keinginan ibundanya terhadap kegiatan itu.
"Hhmmm... kita bisa mulai dari diri kita sendiri Vi, nanti setelah itu orang terdekat dan kemudian orang luar. Oh iya, masalah Faiz... sepertinya dia suka sama kamu. Kalo kamu sendiri gimana Vi ??" Tanya Emil tuk yg kesekian kalinya, namun pertanyaan Emil kali ini membuat Vio lebih ketar ketir, jantungnya berontak seakan mau lepas.
"diihh .. apaan sih kamu mil... suka gimana maksud kamu??" Kilahnya malu-malu.
"Ya suka... atau mungkin malah cinta ya.. ???" goda Emil lagi. Wajah Vio memerah, ia tidak berani menjawab pertanyaan sahabatnya itu.