Layaknya remaja SMA zaman sekarang yg terkontaminasi akan maraknya budaya barat, Viola Letfitunnisa (VioLet) yang biasa di panggil Vio tak lepas pula seakan ikut tergelincir akan trend yg di anggap "Wah" tersebut. Ia pun mempunyai kelompok di sekolahnya dan menamakan kelompok itu dengan nama singkat dirinya sendiri yakni "VIOLET".. namun pribadi Vio tidaklah seburuk remaja kebanyakan yang lebih menjurus ke hal yg fatal atau negatif berlebihan. Violet lebih cenderung melakukan hura hura seperti belanja ke mall, nongkrong nongkrong tidak jelas sepulang sekolah bahkan sering menginap di rumah teman Yang membuat orang tua Vio seakan kelabakan tatkala dirinya tak bisa pulang ke rumah. Maklumlah Vio adalah putri satu-satunya dalam keluarga tersebut sedang orang tua Vio termasuk keluarga terpandang karna Ayahnya adalah tokoh masyarakat yg aktif di kegiatan mesjid begitu juga sang bunda yg menjadi pembina sebuah majlis ta'lim dan aktif di setiap kegiatannya. Sebenarnya di dalam keluarga Vio tertanam nuansa islami yg sangat kental, namun entah mengapa hati Vio seakan masih gelap tuk bisa menikmati suasana sejuk itu. Dirinya masih terlena akan indahnya masa remaja yang menurut teman-temannya sayang tuk di lewatkan jika tidak untuk bersenang senang. Meski begitu Vio selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah namun hatinya belum tergerak tuk berhijab hingga pergaulannya belum bisa terkendali dengan baik.
Violet (VIo, OLiv, Emil &Tere) seperti serial yang pernah tayang di tv, empat remaja ini berteman sangat akrab. Mereka kompak dalam segala hal bahkan tuk urusan "gebetan" sekalipun. Bahkan ada seorang siswa yang dari dulu suka dengan Vio, namun siswa tersebut hanya menjadi bulan bulanan Oliv dan Tere dalam melampiaskan kejahilannya. Arka nama siswa tersebut, meski sering di bully namun ia tetap tak mau menyerah. penampilannya yang sederhana dan berkacamata membuat Vio geli bahkan the Genk selalu memanggilnya dengan sebutan KACU (ARKA CUPU).
Susah senang dan suka duka selalu mereka jalani bersama, hampir 3 tahun Violet berjalan karna kelompok ini memang sudah terbentuk ketika mereka berada di kelas 1, sedang sekarang mereka sudah berada di penghujung kelas 3. Meski berbeda kelas mereka tetap terlihat kompak. Namun dari sinilah awal retaknya kelompok tersebut, sekaligus awal terbukanya pintu hidayah Allah swt tuk Vio.
Bermula dari ajakan sang Bunda yg saat itu beliau ingin sekali Vio ikut ke majlis ta'lim tempatnya mengkaji ilmu, yg dulu Vio sangat susah di bujuk namun kali ini ia menurut ajakan Bundanya tersebut meski dengan penuh keterpaksaan. Dan itu jelas terpancar dari raut wajahnya yg nyaris kusut karna tak semangat. Begitulah setiap harinya Vio ketika di ajak sang Bunda ke majlis, angkuh cuek dan banyak alasan. Meski demikian sang Bunda tak pernah jenuh menyerukan ajakan itu pada Vio, terbukti kali ini Vio luluh hatinya tuk bisa memenuhi keinginan sang Bunda meski dengan terpaksa.
"Subhanallah,, jika seperti ini kan lebih anggun sayangg.. !!" Ucap sang Bunda tatkala Vio keluar dari kamarnya dgn berbalut busana muslim motif bunga di bagian bawah yg berwarna ungu muda kesukaannya senada dgn hijab yg ia kenakan namun tanpa bunga dan warnanya lebih cerah hingga menciptakan kesan mewah namun anggun dan simple.
"Hhmmmm, umi bisa saja. Maaf lama.." ujar Vio, ia tersipu malu. Entah malu karna sang bunda menganguminya atau justru malu karna sudah membuat bundanya itu menunggu dengan sangat lama, namun pujian sang Bunda mampu mempositifkan aura Vio yg kali ini justru terpancar dengan sangat sejuknya di wajah gadis itu.
"Iya sudah kita berangkat..", balas wanita setengah baya itu seraya melirik kamar Vio yg pintunya setengah terbuka dan Masya Allah berantakannya seperti tumpukan sampah karna banyak baju dan kerudung yang berserakan di mana-mana, sepertinya saat itu Vio memang kesulitan memilih busana muslim yg cocok tuk di kenakan hingga ia harus membongkar seluruh isi lemari pakaiannya. Sang bunda hanya tersenyum sambil menggeleng_gelengkan kepala, sedang gadis itu langsung menutup pintu tersebut dan segera menarik tangan sang bunda.
"Ayoo umi berangkat.. katanya sudah telat. BIBIII.. BERESIN KAMAR VIO YAAA... " teriaknya.
"Ssstttt... nda baik bicara seperti itu kepada yangg lebih tua, Vi harus bisa beresin sendiri dan kalo pun minta tolong di samperin dulu bibinya..." tegur bundanya, beliau biasa memanggil putrinya itu dengan sebutan Vi.
"Lain kali saja umi,, sekarang kan buru-buru" jawab Vio dengan tetap menarik tangan sang Bunda, Wanita itu hanya bisa menuruti putrinya tersebut dan keduanya pun berangkat menuju majlis yg di maksud.
Sesampainya di tempat itu ternyata keduanya memang terlambat karna acara sudah di mulai setengah jam yang lalu, maka tak heran jika Vio dan bundanya itu menjadi sorotan jamaah yang hadir di tempat tersebut yang jumlahnya memang tidak begitu banyak, hanya berkisar 30 jamaah saja . Mereka yg memang tahu keseharian Vio seperti apa seakan terhipnotis melihatnya karna sebelumnya Vio tidak pernah berpenampilan seperti itu. Gadis itu hanya tersenyum namun dengan malu yg sangat tertahan karna ternyata hanya dirinya lah satu-satunya remaja yang ikut dalam acara tersebut karna yang hadir semuanya ibu rumah tangga.
Dan di luar dugaan pula ternyata kegiatan pengajian tersebut kebetulan sedang kedatangan tamu seorang ustadz muda yg sedang melakukan observasi di daerah tersebut, rupanya pandangan beliau pun seakan terpaku pada sosok Vio. Ustadz muda itu bernama Faiz..
"Awas ya pulangnya umi.. ternyata aku di bohongin." Gerutu Vio yg saat itu mulai merasa tak nyaman. Karna sebelumnya sang bunda mengatakan bahwa banyak juga remaja-remaja seusianya yg ikut dalam acara tersebut, namun yg terlihat justru seperti itu. Sekitar dua jam kemudian acara pun selesai, Vio beserta bundanya meninggalkan tempat tersebut.
Sepeninggal keduanya Faiz bertanya kepada salah satu pengurus majelis yang sedang membereskan perlengkapan acara, " Maaf pak kalau boleh tau akhwat tadi siapa ya ??"
"Oh.. maksud nak ustadz neng Vio ?? Dia anaknya yang punya majlis ini.. memang ada apa ya ?? kalo ada perlu nanti biar saya sampaikan" jawabnya.
"oh.. Nda pak.. Nda usah, saya hanya bertanya. kalo begitu saya pamit dulu, Assalamualaikum.." Kilah Faiz buru-buru.
"Wa Alaikumussalam... " balas si bapak sambil senyum geleng-geleng kepala.