"Tunggu! Tunggu! Tunggu!" teriak Revan menjulurkan tangan. "Kita bisa membicarakan ini baik-baik. Tidak perlu ada kekerasan yang tidak diperlukan. Aku bisa menjelaskan semuanya dengan baik sekarang," lanjutnya berwajah ketakutan.
Sikapnya sudah seperti Aarav akan membunuhnya dengan pusat yang ada pada genggaman tangan. Tentu saja hal itu membuat Aarav sedikit kebingungan. Bukankah sebelumnya orang yang meminta pisau tersebut adalah Revan sendiri. Kenapa sekarang dia seakan menjauh dan tidak ingin menerima pisau tersebut begitu keras.
"Apa yang kau katakan? Aku hanya ingin memberikan pisau ini kepadamu?" tanya Aarav yang tisak mengerti perubahan sikap Revan yang tiba-tiba. "Bukankah kau sendiri yang meminta pisau ini kepadaku?" sambungnya memiringkan kepala.
