Chereads / The Lord of Warrior / Chapter 35 - Dinding Pemisah Dunia

Chapter 35 - Dinding Pemisah Dunia

Erina terus saja memukul udara di depan. Bukan karena dia gila atau apa. Akan tetapi, karena terdapat sebuah dinding yang menghalangi jalannya, agar tidak dapat lebih jauh melangkah. Meskipun tidak terlihat ada apa-apa di sana, tetapi Erina tidak dapat melangkah lebih jauh lagi.

"Ibu! Ibu! Ibu!" teriak Erina berkali-kali sembari terus memukul udara di depan. Butiran bening mengalir seiring dengan dentuman kencang yang dikeluarkan.

Seakan tidak mendengar apa yang dilakukan Erina di belakang. Bola mata Eiireen masih saja fokus pada keadaan Aarav yang cukup menyedihkan. Kedua tangannya beberapa kali menekan dada dan perut Aarav, mencoba mencari sesuatu yang terasa janggal.

"Akhirnya, ketemu juga." Eiireen meletakkkan tangan kanan di atas tangan kirinya, kemudian memejamkan mata sembari mengalirkan tenaga. Seluruh tenaga tersebut dikumpulkan pada telapak tangan, hingga akhirnya menciptakan sebuah cahaya yang begitu menyilaukan.

Detik berikutnya, Emy yang ada di belakang Eiireen mendekati tubuh Aarav secara perlahan. Rambut hitam sepanjang punggung, melayang ke segala arah akibat terpaan angin di sekitar. Erina hanya dapat menyaksikan pemandangan tersebut dari kejauhan, karena tidak dapat mendekati mereka semua.

Pada saat tangan Emy menyentuh bagian tubuh Aarav, cahaya hijau semakin terang menyelimuti tubuhnya. Begitu juga dengan keadaan Aarav yang sebelumnya memberontak. Sekarang tidak terlihat agresif seperti sebelumnya, justru sangat tenang dan tidak berontak sama sekali.

Cahaya hijau yang dikeluarkan Emy, tiba-tiba saja bertolak belakang dengan cahaya yang baru saja tercipta. Bagaikan merespons cahaya Emy, tubuh Aarav mengeluarkan gemerlap cahaya yang tak kalah terang.

Kilauan kuning emas dari tubuh Aarav, berbanding terbalik dengan warna hijau dari tubuh Erina. Detik berikutnya, kedua tubuh tersebut melayang dua jengkal di atas tanah. Tidak berhenti sampai di situ saja, tubuh mereka semakin tinggi di atas tanah.

"Apa yang terjadi?" tanya Erina menghentikan pukulan, beralih menatap dua cahaya terang di depan mata. "Kenapa Ibu melayang di udara? Apa yang akan terjadi padanya?" Butiran bening mengalir seiring dengan tangisan Erina. "Aku tidak ingin hal ini. Tidak akan kubiarkan Ibu pergi meninggalkanku lagi!"

Erina kembali memukulkan kepalan tangannya di udara. Kesedihan yang bercampur berbagai perasaan, bersatu di dalam kepala. Kepalan tangan yang sudah dialiri tenaga dalam, dipukulkan secara membabi buta di udara. Tekanan yang ditimbulkan pukulan tersebut, mengakibatkan bagian dalam penghalang bergetar.

Sebuah retakan kecil mulai terbentuk dari tempat pukulan Erina. Melihat retakan yang semakin jelas, Erina semakin kencang dalam memukul. Urat yang ada pada leher dan pergelangan tangan semakin terlihat dengan jelas. Suara teriakan yang disertai semangat, menggelegar di sekitar tempat.

"Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi!" teriak Erina mengangkat tangan ke belakang kepala, kedua tangannya disatukan. Kemudian energi spiritual, tenaga dalam, serta energi sihir dialirkan secara bersamaan pada kepalan tangannya.

Tanpa menunggu waktu lama, Erina mengayunkan tangannya ke depan. Retakan tipis yang ada di sana, dihantam begitu kencang oleh berbagai energi. Suara hancurnya penghalang, terdengar begitu lantang. Tidak lama setelah suara tersebut terdengar, penghalang yang ada di hadapan Erina menghilang.

Namun, semua itu sudah terlambat. Ketika langkah pertama yang dilakukan Erina setelah hancurnya penghalang, tubuh Emy dan Aarav telah turun hingga menempel di atas tanah. Napas Emy menderu kencang dengan tubuh yang semakin memudar.

"Ibu!" seru Erina menjulurkan tangan, berusaha meraih Emy yang beberapa langkah di depan.

Emy memalingkan wajah ke arah Erina. Sudut mulutnya diangkat, memperlihatkan seringai menyenangkan. "Erina, kau sudah tumbuh besar. Maafkan ibu, karena tidak ada di sampingmu lebih lama." Bola mata Emy berair, kemudian cairan bening mulai mengalir dari ujung matanya.

Tubuh Emy mulai menghilang secara perlahan dari ujung kaki. Kemudian merangkak hingga akhirnya menghilangkan seluruh tubuhnya. Cahaya hijau yang menyinari ruangan tersebut, menghilang tanpa tersisa sedikit pun. Tangan Erina yang sudah terjulur sejak tadi, hanya dapat menyentuh udara kosong.

"Ibu." Erina menarik kembali tangan yang terjulur, genggaman tangannya dibuka secara perlahan. Dari dalam genggaman tangan tersebut, terlihat setitik cahaya hijau yang tersisa dari tubuh Emy.

Tangan Erina bergetar menatap setitik cahaya yang ada di atas telapak tangannya. Setelah setetes cairan bening menyentuh telapak tangan yang ada setitik cahaya, Erina meletakkkan telapak tangan yang lain di atas tangannya. Kemudian menempelkan kepalan tangan tersebut pada wajah.

Dari sela-sela jarinya, mengalir cairan bening yang berasal dari mata. "Kenapa ini semua terjadi lagi? Kenapa aku tidak bisa menyelamatkan ibu untuk yang kedua kalinya? Kenapa! Kenapa! Kenapa!" teriak Erina begitu terpuruk, apalagi setelah merasakan rasa sakit yang sama untuk kedua kali.

Tekanan batin yang dialami Erina, membuat kekuatan di dalam tubuhnya meluap tanpa dapat dikendalikan. Aura mengerikan keluar dari sela-sela tubuh, menghempaskan Eiireen yang ada di dekatnya.

"Erina, tenangkan dirimu!" teriak Eiireen mengangkat tangan di depan wajah, menghalangi mata agar tidak terkena butiran debu yang beterbangan. "Semua ini bukan salahmu, jangan termakan oleh kebencian dan mengamuk seperti ini."

Tidak mempedulikan apa yang dikatakan Eiireen, luapan emosi yang dikeluarkan Erina justru semakin besar. Tenaga yang sebelumnya tidak dimiliki Erina, tiba-tiba saja keluar tanpa dapat dikendalikan lagi.

Tubuh Eiireen terus terdorong ke belakang, tidak kuat menahan tekanan yang dikeluarkan Erina. Semakin keras Eiireen mencoba untuk melawan, justru tubuhnya semakin cepat terdorong. Ujung bibirnya mengerut dengan lengan menutup wajah, menghalangi debu tanah yang beterbangan di udara.

"Bagaimana kekuatan ini bisa keluar dari tubuh Erina? Bukankah dia tidak memiliki kekuatan seperti ini sebelumnya," kata Eiireen begitu keras melawan. "Padahal ketika melawanku, dia tidak menunjukkan kekuatan ini. Apa yang memicu kekuatan Erina muncul secara tiba-tiba seperti ini."

Sementara itu, Aarav yang sejak tadi terbaring setelah disentuh Emy. Perlahan mulai mengerjapkan mata, berusaha untuk sadar dari lamunannya. Bagaikan tidak terpengaruh dengan tekanan energi yang dikeluarkan Erina, tubuh Aarav tidak merasakan apapun saat ada di sana.

Bola mata Eiireen membulat ketika menatap kejadian janggal yang ada di sana. Kaki yang sebelumnya berusaha melawan dorongan kekuatan Erina, tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan. Hal itu mengakibatkan dorongan yang dia terima begitu besar, serta mendorong tubuhnya jauh ke belakang.

Pada jarak dua puluh langkah di antara Erina. Tekanan udara yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Bahkan sama sekali tidak dirasakan oleh Eiireen. Tubuh yang terpelanting terhenti tepat sebelum menghantam dinding bambu. Tentu saja hal tersebut membuat beberapa pertanyaan tercipta di dalam kepala Eiireen.

Alasan apa yang menyebabkan Erina mengeluarkan energi besar seperti ini. Kenapa Aarav tidak terhempas ketika berada di dekat Erina. Apa yang lebih penting dari kedua hal tersebut adalah, jarak yang diakibatkan kemampuan Erina tidak terlalu besar.