Cleo hanyalah gadis biasa yang mendadak diributkan setelah rambut aslinya terlihat di kalangan penduduk kota kerajaan Naserin saat berusia empat tahun. Dia terlahir di pinggiran desa tidak jauh dari kaki pegunungan Reen. Ibunya seorang petani gandum sementara ayahnya tidak pernah diketahui bahkan ketika ibunya mengandung.
Sejatinya, keluarganya telah menjadi buah bibir sejak saat itu. Ibunya yang masih belia tiba-tiba saja menghilang dan kembali dalam keadaan berbadan dua. Penduduk desa kontan berbondong-bondong menyebarkan rumor tak menyenangkan. Di sisi lain, Mr. Rolleen—seorang pria pengelana yang tinggal tepat di sebelah rumah ibu Cleo mendadak menjadi pahlawan dalam keluarga itu.
Saat Cleo dilahirkan ke dunia, ibunya meninggal sedang nenek kandungnya sendiri mengutuknya sebagai anak sial yang telah merenggut nyawa puterinya. Tidak kuasa mendapati bayi mungil yang hendak dilenyapkan hanya karena dianggap aib dan pembawa sial, Mr. Rolleen menyerahkan segalanya untuk menolong Cleo.
Pria itu diusir dari desa sehingga dia tidak punya pilihan selain membangun pondok di pegunungan Reen. Kerajaan Naserin dikelilingi oleh pengunungan agung itu, sedang pusat kota berada tepat di pertengahan bersama dengan istana kerajaan. Di bawah kaki pegunungan, di sanalah desa-desa dibangun.
Sempat menghilang selama empat tahun, rumor mengenai bayi berambut merah pembawa sial akhirnya menghilang. Ibunya yang tidak memiliki kerabat lain selain nenek Cleo; meninggal dan memutus garis keluarga mereka di sana. Lambat laun, keluarga itupun terlupakan.
Kini, hanya Cleo yang tersisa.
Kabar mengenai seorang anak berambut merah kembali melejit ketika Mr. Rolleen yang bekerja sebagai peramu obat, mendadak mendapat pelanggan baru di kota. Tidak ada pilihan selain membawa Cleo ikut ke sana dan memulihkan seorang pedagang tembakau bermarga Ramsley.
Mr. Rolleen sudah mencoba yang terbaik untuk menutupi rambut gadis itu. Sayangnya, Sang Pencipta bertakdir lain; mendadak tudung yang menutupi rambut merah menyala Cleo terhempas angin sesaat setelah keduanya menapakkan kaki di tengah-tengah pasar kota. Kontan, keributan pecah di kalangan penduduk.
Jelas, sebab tidak pernah ada sejarah seseorang di peradaban ini memiliki rambut selain hitam dan cokelat. Tidak hanya di kerajaan Naserin, dua kerajaan lain di pulau ini pun tidak memiliki ciri fisik semacam itu.
Tentu, rambut merah adalah sesuatu yang tabu.
Karena keributan itu, mau tidak mau, Mr. Rolleen harus puas saat tubuhnya diseret dan ditawan pengawal kerajaan, mengingat pria itu telah membuat keributan di tengah rakyat. Cleo yang baru berusia empat tahun pun tidak luput dari penangkapan. Tentu saja, sebab gadis kecil itulah yang telah menimbulkan kegemparan.
Butuh waktu dua hari untuk menyelesaikan perkara ini dan meredam kegaduhan di antara penduduk. Dari sinilah, untuk pertama kalinya, Mr. Rolleen dan Cleo bertemu dengan empat menteri penguasa Naserin; pengganti raja dan ratu saat di depan umum.
Bila ditelisik, sejatinya kerajaan ini sudah cukup misterius pula membingungkan. Hanya saja, kepatuhan penduduk terhadap aturan membuat perkara tesebut berubah menjadi sesuatu yang legal di kerajaan. Namun bagi Cleo pribadi, jelas kerajaan ini terlalu tertutup dan mencurigakan kendati pun kerajaan dalam keadaan makmur. Cleo tidak pernah bisa menerima dengan terbuka bila semua orang mengabaikan aturan untuk tidak pernah menanyakan di mana keberadaan keluarga kerajaan.
Dalam kurun waktu berdirinya kerajaan Naserin, sudah enam generasi anggota kerajaan yang tidak pernah muncul di depan publik. Jutaan spekulasi mulai bermunculan di kalangan orang, tetapi, sejak disahkannya aturan tidak masuk akal yang melarang siapapun mencari tahu keberadaan keluarga kerajaan, mendadak membungkam seluruh rakyat.
Sebagai gantinya, kerajaan ini tidak pernah dilanda kemalangan. Dan karenanya, penduduk tidak lagi mempersalahkan bahkan jika mereka tidak pernah menjumpai sosok raja, ratu, dan bahkan pangeran.
Ketaatan yang berujung ketidakpedulian.
***
Saat berada di usia enam tahun, Cleo yang cerdas sudah cukup tahu bahwa Mr. Rolleen bukanlah kakek kandungnya. Jelas, sebab dia satu-satunya manusia di Naserin yang memiliki surai menyala merah. Jikapun pria tua itu masih mencoba mengibulinya dengan sebutan mereka adalah keluarga sedarah, jelas Cleo tidak akan percaya mengingat bagaimana tidak miripnya fisik mereka.
Tetapi, Cleo tidak akan pernah melupakan semua jasa pria itu kepadanya; merawat dan menyelamatkannya dari maut di masa lalu. Cleo telah berikrar bahwa sampai kapanpun Mr. Rolleen akan selalu menjadi kakeknya dan tidak akan meninggalkannya dalam keadaan apapun di masa depan.
Karenanya, Cleo menjadi satu-satunya penerus pondok obat di pegunungan Reen yang agung.
Sebelumnya, Mr. Rolleen tidak pernah meramu obat untuk manusia. Dasarnya, dia hanyalah pria tua yang terlalu baik hati dan tak pernah kuasa mendapati hewan-hewan yang terluka. Namun, dia menyadari bahwa seberapa pun makmurnya sebuah kerajaan, kemiskinan tentu tidak akan benar-benar menghilang. Orang sakit dari kalangan itu pun akan ada.
Mr. Rolleen selalu terbuka kepada siapapun yang datang ke pondoknya untuk berobat. Karena dedikasinya yang mulai, pihak kerajaan lantas bertindak cepat untuk memberi penghargaan kepadanya. Sejumlah hadiah pun berniat diberikan jika saja pria tua itu tidak menolak dengan anteng.
Tetapi sebagai gantinya, Cleo yang bertugas sebagai pengantar obat tidak akan diberhentikan di tengah jalan untuk menjalani pemeriksaan saat melewati gerbang kota ataupun gerbang desa.
Gadis itu dibebaskan secara sukarela rela atas dasar dekret raja yang sah. Empat menteri telah mengumumkannya secara publik.
Kendati demikian, tidak menutupi fakta bahwa gadis itu tetap akan menjadi buah bibir di kalangan penduduk. Mau tidak mau, Cleo harus bertahan untuk menulikan telinga atas tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang dilayangkan orang-orang.
Dasarnya, Cleo hanya perlu mengabaikan mereka, betapapun dia ingin menyumpal mulut kotor itu.
***
Menjelang ulang tahunnya yang ke delapan belas, Cleo benar-benar terlihat antusias. Bagaimana tidak, Cleo yang semula tak menyenangi hari kelahirannya mendadak menggebu begitu teringat ramuan obat apa yang akan Mr. Rolleen ajarkan kepadanya sebagai hadiah ulang tahun.
Bahkan ketika gadis itu menjalani hari seperti biasa, plus dengan tudingan orang-orang saat mendapatinya berjalan dengan senandung kecil, Cleo sama sekali tidak mengubris. Langkahnya tetap mengarah ke pengunungan Reen dengan tenang. Semua cemoohan itu mendadak lebur tatkala seisi otak dan pikirannya dipenuhi dengan resep ramuan baru.
Langkahnya begitu cepat mendaki gunung hanya untuk menemui Mr. Rolleen. Kemungkinan pria tua itu sedang bertengkar dengan salah satu hewan liar yang menjadi pasiennya. Bila diingat-ingat, Cleo kerap tertawa saat mendapati tingkah lucu pria tua itu. Kesannya alami sebab dia benar-benar tidak sedang melucu dengan sengaja.
Namun, begitu kaki menapak di atas tanah berumput di sekitaran pondok, mendadak rasa tak nyaman menggerogoti gadis itu terkala mendapati satu sosok lain di sebelah kakeknya. Pria asing itu tinggi dan tampak menakutkan. Aura yang dikeluarkannya pun terasa mengancam, tetapi Cleo mencoba untuk tidak terintimidasi.
Sosok itu sangat tak biasa.
Cleo tentu tidak pernah bertemu dengannya. Baik sebagai pasien atau pengawal yang kerap membawa makanan ke pondok mereka.
Lalu, siapa dia?