Akhirnya mereka pergi Kembali ke rumah Pak Willy di daerah canggu. Tampaknya, terdengar keras suara perut dari Amelia.
"Eric, berhenti di rumah makan terdekat. Ada monster yang minta untuk di isi perutnya," pinta dari William yang membuat Eric sedikit kaget.
"Baiklah Pak. Tetapi tidak ada rumah makan internasional dan hanyalah rumah makan biasa," jawab Pak Eric dengan sopan.
"tidak apa-apa sebelum seseorang akan memakan kepalaku," kata William dengan ketus.
"Enak saja. Siapa yang akan memakan kepala Pak Will? Nuduh-nuduh sembarangan," tandas Amelia menjawab tuduhan dari William.
"Amelia, itu adalah atasanmu. Kenapa harus berbicara tidak sopan seperti itu?" Hardik Pak Eric dari kursi depannya.
"maaf, Pak William," kata Amelia lirih dari kursinya.
"Kamu seharusnya mengucapkan Terima kasih kepadaku. Apabila kami tidak datang ke rumah nenekmu maka kamu sudah menikah dengan orang tua," protes dari William yang berubah menjadi seseorang yang banyak bicara.
"oh ya, kenapa Pak Willy datang ke rumah nenek? Bagaimana Pak willy bisa tahu masalah saya di bawa paksa oleh paman ke rumah Nenek?" tanya Amelia dengan keingintahuannya mengenai kehadiran dari atasannya.
"Eric, turunkan iklan asisten pribadi tersebut. Posisinya Sudah terisi karena asisten pribadi saya harus melakukan hal khusus," perintah dari William kepada Eric.
"Baiklah Pak!" jawab Eric yang segera mengambil telepon genggamnya dan menghubungi manager personalia di perusahaan pusat.
William pura-pura memejamkan matanya untuk menghindari pertanyaan dari Amelia. Dia menemukan solusi dari semua permasalahan di keluarganya.
Pagi tadi, dia mendapatkan telepon dari papanya di korea mengenai ulang tahun neneknya yang akan datang.
Neneknya ingin William untuk segera menikah dan mempunyai keluarga kecil. Bagi keluarga William sudah saatnya dia untuk memulai Kembali hidupnya.
Mama William bahkan sudah meminta asistennya untuk mengirimkan semua foto gadis-gadis yang akan ditemui oleh William untuk kencan buta.
Mereka adalah gadis-gadis dari keluarga kaya raya dan merupakan pilihan dari Mama William. Tetapi William yang hatinya sudah dicuri oleh gadis pemberani yang terduduk di sebelahnya.
"Pak Supir dan Pak Eric, berhenti. Kita makan di sini aja," pinta Amelia di sebuah kedai makanan yang cukup ramai pengunjung yang sedang mengantre.
"Pak William…" tanya Pak Eric dengan sopan kepada Bosnya yang sedang memejamkan matanya untuk tidur.
"Ikuti saja keinginannya. Saya tidak ada masalah," jawab William dengan mata tertutup tanpa mempedulikan mengenai kondisi makanannya.
Mereka memarkirkan mobil di area yang cukup aman sebelum berjalan menuju ke rumah makan tersebut.
William sedikit terkejut melihat kondisi rumah makan yang cukup sederhana tersebut yang menyediakan masakan bali asli.
Yang lebih hebatnya, mereka hanya menyediakan satu macam masakan di menunya. William tidak bisa berkata apa-apa.
William menyesali semua keputusannya untuk mengikuti setan kecil yang tampak kegirangan memesan makanan kesukaannya.
Mereka duduk di meja di pojok yang segera membuat Will mengernyitkan dahi melihat standard kebersihan dari meja tersebut.
"baiklah yang di permuliakan tuan yang terhormat," Amelia yang tersadar akan standar kebersihan dari William segera membersihkan meja dan kursi tempatnya duduk.
"Terima kasih," timpal William sambil duduk di tempat yang telah dibersihkan oleh Amelia.
William membukakan teh botol untuk Amelia dan membuka air mineral dingin untuk dirinya sendiri.
Amelia segera meminum hampir separuh dari isi botol dari es tehnya karena semua stress yang sudah ditimbulkan oleh neneknya.
Makanan mereka akhirnya disajikan di hadapan mereka. Setiap orang mendapatkan Nasi dengan lawar sapi [urap sayur khas bali dengan Nangka, kacang Panjang, dan kulit sapi], sate dengan bumbu kacang, dan soto sapi.
William melihat makanan di depannya dengan pandangan yang cukup aneh karena selama dia tinggal di bali. Ini adalah kali pertamanya untuk memakan masakan asli bali dan langsung di kedainya.
"Bapak tidak apa-apa? Apakah Bapak mau mencoba masakan lainnya?" tanya Pak Eric dengan cemas mengenai hidangan yang tersaji di depan matanya.
"Bapak, ga mau makan? Baiklah saya yang akan makan punya bapak," Amelia segera mengambil piring yang berada di depan William.
Tetapi William segera menghentikan tangan Amelia dan segera mengambil sendok yang telah dipersiapkan.
William mengambil sesendok kuah soto dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Tampaknya perutnya yang lapar membuatnya segera menyantap habis semua yang di hidangkan di depannya.
Eric sedikit lega melihat Pak William menyantap habis makanan di depannya tanpa adanya protes dan komplain terhadap tipe makanan yang di hidangkan.
"Eric, bayar makanannya! Saya ada meeting onlen dengan para manajer di kantor pusat sebentar lagi," perintah dari William yang segera di lakukan oleh Eric.
Amelia juga berdiri dan segera membayar makanan yang telah dibungkus oleh Amelia untuk ibunya. Tetapi Pak Eric telah membayarkan semuanya tidak terkecuali makanan Amelia.
"Pak Eric, ini untuk ibuk saya. Jangan dibayarin," jawab Amelia atas semua kebaikan dari atasannya.
"Tidak apa-apa. Apa yang akan kamu lakukan? Tampaknya nenekmu tidak berubah sama sekali ya," komentar dari Pak Eric mengenai kelakuan dari keluarga almarhum sahabatnya tersebut.
"Saya Sudah biasa Pak. Bisa saya minta tolong ke bapak?" Pinta amelia kepada atasannya tersebut.
"Apa?" tanya Pak Eric yang segera menyusul atasan mereka ke dalam mobil.
"Bapak jangan sampai bilang ke ibuk saya ya. Amelia tidak mau kalau sampai ibuk jatuh sakit karena mendengar permasalahan hutang bapak dan penculikan saya untuk di nikahkan oleh mereka karena alasan uang," pinta Amelia memohon kepada atasannya tersebut.
"Ibumu kenapa terkena sakit jantung, Amel?" tanya Pak Eric kepada Amel di dalam mobil.
"Semenjak sakit Bapak karena kelelahan dan selama acara ngaben bapak. Ibu diperah habis-habisan oleh keluarga bapak dan bekerja mati-matian selama acara ngaben bapak. Di situlah ibu langsung terkena penyakit jantung," cerita singkat Amelia kepada atasannya.
William pura-pura melihat pemandangan ke luar mobil tetapi dia mendengarkan semua cerita dari gadis yang telah memikat hatinya.
Sesampainya mereka di rumah pak William, Amelia bergegas masuk ke ruang ganti. Ternyata petugas keamanan rumah pak William telah memindahkan sepeda motornya ke area parkir pegawai.
Dia menaruh tas tangannya dan makanan untuk ibunya ke dalam loker dan menganti pakaiannya dengan seragam kerja.
Amelia melihat bahwa tidak ada yang melakukan doa keliling dengan canangsari untuk meminta keselamatan.
Amelia segera melakukan tugasnya sehari-hari dan terburu-buru ke kamar Pak William dan membersihkannya seperti biasa.