Gadis malang itu bangkit. Pandangannya menatap pemandangan alam yang akan usai. Indera penciumannya menghirup udara segar dengan mata terpejam.
"Mau ke mana?" Satu celetukan Halua membuat gadis itu menghela napas.
"Pulang."
Dia mulai melangkah, mendahului penanggung jawabnya. Kemudian Halua mengekor di belakang.
Dan kini mereka berhadap-hadapan. Sorot mata Esya tak bisa berhenti bergerak karena malu oleh tingkahnya.
Gimana bisa saya bertingkah kayak gitu? Padahal masih butuh bantuannya.
"Gak apa-apa. Ayok," ajak Halua seraya menatap lembut padanya. Tangannya mengisyaratkan gadis itu untuk mendekatinya.
Esya melangkah dengan ragu-ragu. Sungguh, hatinya masih malu karena tindakannya yang kekanak-kanakan.
Melihat pergerakan lamban itu, Halua menghela napas. Sesaat lelaki itu melangkah maju dan langsung mendekap Esya. Gadis itu tersentak dengan wajah melongo.
"Diamlah," perintah Halua yang kemudian mengepakkan sayapnya.