"Rey, saya bilang, saya nggak pernah rebut Halua dari kamu … saya dan Halua hanya sebatas rekan. Nggak lebih," ucap Esya yang berusaha menyadarkan Reyhan yang kini semakin memojokkannya. Tangannya mencengkram kuat-kuat leher Esya.
Membuat napas Esya tercekat, sesaat dia terbatuk-batuk dan sorot matanya terlihat begitu rapuh ketika pandangannya kabur.
Wajahnya sudah melemas, cekikan Reyhan semakin membuat Esya pasrah, tak sekuat meronta-ronta seperti tadi.
Reyhan tersenyum puas, dengan sorot mata tajam. Gadis yang biasanya walaupun dingin tetap terlihat cantik dengan tatapan lugunya itu kini telah berubah.
"Rey … kumohon … akh …." Berkali-kali Esya merintih, namun Reyhan tetap tak terhenyak sedikitpun. Gadis itu benar-benar sudah diambang kemurkaannya.
Rahang Reyhan mengeras. Dan sorot matanya begitu mengikis batin Esya. Gadis malang itu terus-terusan merintih kesakitan.
"Kamu tahu? Bahkan Halua sudah berani mengabaikanku!" bentak Reyhan dengan intonasi yang sangat keras.