"Ah … mungkin. Karena dua hari ini kami nggak tidur sama sekali." Ucapan Esya membuat Yagi semakin bingung.
"Tapi, 'kan saya nggak?" tanya Yagi seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya … kalau itu saya nggak tahu …."
Dengan kondisi yang masih kurang dari standar minimal untuk memenuhi kekuatannya, Halua berusaha membuka matanya.
Esya … saya dengar suaranya … apa … akh … apa dia baik-baik saja, ya ….
Wajah pucat itu tersenyum ramah ketika melihat Esya dalam kondisi baik-baik saja. Sesaat dia ingin menggerakkan tubuhnya, namun energinya sangat minim membuatnya semakin kesulitan.
"Aaaa …."
Ditengah-tengah perdebatan itu, mereka sama-sama mendengar suara yang familiar namun terdengar begitu parau. Seketika Esya dan Yagi melihat ke arah Halua. Namun lelaki itu masih memejamkan mata, lebih tepatnya saat mereka menoleh untuk melihat orang yang sedang sekarat itu. Wajahnya pun mulai pucat.
"Kamu dengar?" tanya Yagi yang juga menatap bola mata berbeda warna itu.