Hei kalian, apakah kalian ingat desas desus jika Yuta sensei menyukai mahasiswinya sendiri tahun lalu? Aku beri tahu kalian, itu bukan hanya sekedar april mop. Itu nyata. Yuta sensei memang menyukai mahasiswinya sendiri yaitu Mary Anderson. Dan mengenai pelecehan itu juga bukan hanya sekedar april mop. Yuta sensei memang kerap melecehkan mahasiswinya sendiri termasuk aku salah satunya. Kebanyakan dari mereka tidak melapor karena mereka tidak merasa keberatan.
Jadi, karena disini aku adalah satu-satunya korban yang ingin melapor. Jadi kubeberkan fakta sebenarnya tentang pria itu yang selama ini menurut kalian adalah seorang panutan, tapi kalian salah.
Yuta sensei tidak sebaik kelihatannya!
"Astaga, pesan berantai macam apa ini? Yuta sensei menyukaiku? Lelucon gila apa ini?"
Mary merasa tidak percaya dengan pesan dari nomor tidak dikenal yang ia baca di ponselnya sekarang. Hari ini memang tanggal satu april, tapi Mary sama sekali tidak menyangka akan ada troll bersambung dari troll dua tahun lalu.
"Noe, lihat ini--"
"Aku juga mendapatkan pesan itu." Wanita itu memperlihatkan layar ponselnya pada Mary, dan wanita itu pun langsung melotot tak percaya.
"Apa-apaan ini? Siapa orang iseng yang sudah menggunakan aku sebagai bahan april mopnya," ucap Mary dengan kesal. Jika Noe juga menerima pesan itu, berarti ini memang pesan berantai. Semua orang yang ada di kampus itu artinya juga mendapatkan pesan ini.
Jika masih ada saja orang yang menganggap ini serius, Mary tidak tahu bagaimana caranya menikmati masa-masa ketenangannya selama beberapa hari ke depan.
"Jika aku bertemu dengan pelakunya, aku akan memintanya mempertanggung jawabkan semua ini. Benarkan Noe?" Mary menanyai persetujuan pada sahabatnya itu.
Meskipun ia nampak kesal dengan pesan itu, namun ia terus-terusan membaca ulang isinya sehingga kerap terdengar dengusan darinya.
Noe menatap Mary dengan pandangan yang tidak terbaca, lalu ia bangkit dari duduknya.
"Mary, aku pergi dulu ya?" pamitnya.
Mary yang awalnya sibuk bermain ponsel, lantas memandang Noe terkejut. "Kemana?"
"Aku mau ke perpustakaan sebentar mengembalikan buku," jawabnya menanggapi pertanyaan Mary.
Awalnya Mary mengernyit bingung, namun kemudian ia mengangguk membiarkan Noe pergi meninggalkannya sendiran.
"Oke."
Dan Noe pun pergi meninggalkannya sendirian di taman itu, ary menatap bangku kosong yang baru saja diduduki Noe. Entah ini perasaannya saja atau bagaimana, tapi Mary merasa ada yang aneh pada wanita itu.
"Mengapa Noe hari ini bersikap aneh? Seingatku dia tidak pernah meminjam buku di perpustakaan sebelumnya," ungkapnya.
****
"Sepertinya kau harus menetap disini lebih lama Justin." ucap asisten pria itu, Liam.
Justin nampak mengurut dahinya yang terasa pening. "Iya, kurasa kau benar Liam."
"Lantas, apakah kau akan mengabari istrimu jika banyak proyek yang harus dikerjakan selama dua tahun ke depan?" tanya Liam memastikan.
Justin menghela nafas. "Entahlah. Aku tidak siap menemuinya."
Ya, Justin memang sudah biasa membicarakan kegelisahan dan keresahannya dengan Liam yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri. Liam bagaikan problem sloving terampu dari setiap permasalahan yang dialaminya.
"Menurutmu, aku harus bagaimana?" tanyanya meminta pendapat.
Liam nampak berdehem. "Menurutku, dia harus ikut pindah mengikutimu karena kini dia sedang hamil."
"Iya, aku memang tidak boleh meninggalkannya sendirian disana." Justin pada akhirnya memutuskan, sesuai janjinya beberap waktu lalu, Mary hanyalah masa lalunya.
Ia mengambil ponselnya dan mendial nomor penjaga Yuri, Gary. Justin hanua ingin memastikan keadaan wanita itu.
"Halo?"
"Mengapa tiba-tiba sekali?" tanya Yuri kaget pada Gary.
"Tuan Justin harus fokus menyelesaikan pekerjaannya disana nona. Jadi karena dia tidak tega meninggalkan anda sendirian dalam keadaan hamil disini, jadi beliau menyuruh saya memberitahu anda."
Yuri nampak panik. "Tapi mengapa di Jepang? Bukankah dia bilang kemarin perjalanan bisnisnya ke Cina?"
"Memang awalnya tuan Justin akan ke Cina, namun dibatalkan karena Tuan Xie memutuskan kerja samanya secara tiba-tiba. Jadi karena tidak mau rugi, Tuan Justin memutuskan menemui Mr. Yamada untuk melanjutkan kerja sama mereka sampai dua tahun ke depan."
Yuri menggigit bibirnya keras. "Bukankah dua tahun terlalu lama? Nanti jika--"
Yuri menghentikan kalimatnya merasa kalap, masalahnya ada suatu alasan yang membuatnya terkejut bukan main karena Justin memberitahu untuk pindah ke Jepang.
Mary Anderson. Ya, ia tahu jika wanita itu pindah kesana.
****
Dua orang wanita tengah berhadapan, suasana terasa sengit di antara keduanya.
"Mengapa kau melakukannya?" tanya wanita yang berkucir kuda itu.
Si wanita satunya menarik sebelah alisnya. "Karena aku ingin," jawabnya dengan enteng.
"Miru! Apa kau tidak sadar? Yang kau lakukan itu sudah kelewatan. Menyebarkan berita-berita dan menyangkutpautkan sahabatku," kata Noe memprotes Miru.
"Ane, jadi kau lebih memilih sahabatmu itu dibanding adikmu sendiri? Wah, aku benar-benar tidak percaya ini," kata Miru menunjukkan rasa sedihnya.
"Bukan begitu, Miru. Hanya saja, tidak sepatutnya masalahmu dengan Yuta kau selesaikan dengan membawa-bawa nama Mary juga kali ini." Noe tidak berhenti menasehatinya.
"Kenapa? Aku benar kok. Yuta memang menyukai Mary," jawabnya.
Noe mengurut dahinya, ia tidak tahu lagi bagaimana menasehati adiknya itu.
"Miru, kumohon. Jangan teruskan lagi semua ini, kau akan dapat masalah jika kau membesar-besarkan masalah ini." Dengan tenang ia masih memberitahunya dengan baik-baik.
"Aku tidak takut, aku punya chichi yang siap membantuku kapanpun jika aku punya masalah. Bukan seperti ane!"
Kedua ata Noe membulat sempurna. "Kau melibatkan chichi dalam masalah ini? Miru, kau benar-benar! Haha di surga pasti sedih melihat putri bungsunya bersikap tidak jahat seperti ini."
"Sudahlah, damlah, ane! Jangan banyak bicara dan sok menasehatiku. Pokoknya aku akan tetap membuat Yuta menyesal karena sudah menolakku." Miru masih bersikukuh.
"Miru, jangan kekanakan! Jika memang dia tidak menyukaimu, ya sudah. Masih ada banyak pria diluar sana yang menyukaimu," ucap Noe sedih.
"Tidak, aku hanya menginginkan Yuta. Dan karena dia menyukai sahabat ane, jadi aku akan melibatkannya dalam masalah ini juga." Lalu Miru berlalu pergi dari sana setelh memberikan ultimatum.
"Miru, kau mau kemana? Dengarkan aku, Miru!"
Noe mengacak rambutnya. "Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan pada adikku??"
****
"Jadi, Yuri akan pergi ke Jepang?" tanya Matteo pada informannya.
"Benar Tuan, sepertinya dia akan menetap lama disana karena dia membawa banyak barang." Informan Matteo memberitahunya dengan apa yang di selidikannya.
Matteo mengangguk-angguk mengerti "Aku memiliki perasab jika ini ada sangkut pautnya dengan Justin. Baiklah, Jackson. Siapkan penerbangan ke Jepang juga untukku. Aku akan memberi kejutan untuk mereka.m berdua."
"Baik, Tuan," jawabnya.
Sepeninggal informan yang juga merangkap menjadi asistennya, Matteo tersenyum miring.
"Aku akan menemukanmu, Justin. Lihat saja nanti, kau akan habis di tanganku!"