Chereads / A LOVER (FRIENDZONE) / Chapter 24 - Chapter 24

Chapter 24 - Chapter 24

"Jadi, selama ini wanita itu sudah membohongiku? Bahkan tentang penyakit dan juga bayi yang sedang dikandungnya. Jadi, itu anakmu?" tanya Justin dengan beruntun.

Gary menunduk, kemudian pria itu mengangguk pelan. "Malam itu, disaat anda bekerja tanpa henti. Dia merasa kesepian dan karena kasihan aku menemaninya. Awalnya kami hanya mengobrol beberapa hal, namun kemudian obrolan itu berlanjut dengan saling menuangkan wine di gelas kami masing-masing," jelasnya. "Kami minum banyak sampai menghabiskan beberapa botol, saya dan nona Yuri akhirnya sama-sama mabuk. Entah siapa yang memulai, semua terjadi begitu saja. Kami saling menuntaskan kebutuhan kami."

Justin memandang Gary tidak percaya. "Dan jangan bilang jika malam itu disaat aku mabuk dan keesokan paginya terbangun di sampingnya, hanya akal-akalan kalian berdua?" selidik Justin.

Ya, Justin masih mengingat jelas waktu itu ketika ia mabuk. Keesokan paginya ia terbangun di samping Yuri yang sama-sama tidak memakai sehelai benang pun. Jadi ia pikir karena Justin mabuk, dirinya benar-benar melakukannya waktu itu.

Dan setelah mendengarkan fakta ini, ia jadi semakin yakin jika itu hanya akal-akalan mereka.

Melihat reaksi yang diberikan Gary juga, sudah memperlihatkan jika kedua orang itu memperdayanya.

Justin merasa lemas, antara marah, terkhianati dan merasa lega?

"Aku membayarmu mahal agar kau berada dipihakku, tapi nyatanya kau benar-benar mengecewakan Gary," ucap Justin mencurahkan rasa kecewanya.

Gary menghela nafas. "Saya mencintai Nona Yuri, Tuan. Jadi maaf jika saya lebih mementingkan perasaan saya dibandingkan tanggung jawab saya."

Liam yang mendengar alasan dari Gary nampak berdecih. Ia menatap anak buahnya itu tak percaya.

"Bagaimana mungkin dulu kau bisa masuk dalam pekerjaan ini, sementara kau sama sekali tidak memiliki rasa profesional sedikit pun?"

"Maafkan saya, Tuan Liam," lirihnya. "Aku akan mengundurkan--"

"Tidak! Aku masih membutuhkanmu," potong Justin cepat.

Liam memandang Justin tak percaya, apakah bosnya itu tidak bisa belajar dari kesalahan pria ini? Dia sudah jelas berkhianat.

"Tuan, kenapa anda masih mau mempertahankan anak buah seperti dia? Apakah anda mau menghancurkan diri anda sendiri?"

"Tuan, saya bersedia berada dipihak anda kembali dan membuat nona Yuri juga menyadari kesalahannya," sela Gary tiba-tiba.

"Mengapa kau jadi berubah pikiran? Bukankah kau mata-mata Yuri selama ini?" ujar Liam tidak percaya.

Gary lagi-lagi hanya menghela nafas. "Sebenarnya, dari awal saya ingin mengakhiri semuanya. Tapi, saya tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Saya sangat takut nona Yuri akan meninggalkan saya," jelasnya.

Justin mengangguk paham. "Lakukan, sekarang laporkan apapun rencana Yuri selanjutnya padaku jika itu mengenai aku maupun Mary," jawab Justin.

"Siap, Tuan. Dan ah, mengenai Mary,  saat ini ia disekap di salah satu hotel milik Yamato group."

"Yamato group? Bagaimana bisa?"

"Putri Yamada juga turut andil dalam penculikan ini?"

Mata Justin membulat sempurna. "Apa? Tunggu. Jika putri sulungnya adalah sahabat Mary, jadi maksudmu putri bungsunya?"

Gary mengangguk. "Benar, dia adalah Miru Yamoto."

****

"Chichi! Kumohon bantu Noe. Jangan berpihak pada Miru, apa yang dilakukan Miru itu tidak benar." Mohon Noe pada Yamada.

Yamada menatap kasihan Noe, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Meskipun ia tahu perbuatan Miru itu salah, namun dirinya tidak ingin melukai perasaan putri bungsunya itu. Dirinya terlalu menyayangi dan menjaga perasaannya.

"Maaf, Noe. Chichi tidak bisa berbuat banyak."

Noe menangis, ia tidak kuasa menahan air matanya karena ayahnya tidak bersedia membantunyan "Jika Chichi diam, berarti Chichi membenarkan perbuatan buruk Kiru. Noe benar-benar kecewa pada Chichi!"

"Noe, Miru hanya ingin mendapatkan pria yang disukainya."

"Dan apakah ingin mendapatkan pria yang disukainya harus melakukan hal selicik ini? Yuta tidak menyukai Miru. Cinta tak bisa dipaksakan Chichi! Mengertilah."

"Kata siapa?" sambung seseorang sehingga Yamada dan Noe sama-sama menoleh, hingga mendapati orang yang mereka bicarakan.

"Selama Chichi berpihak pada Miru, tidak ada yang sulit untuk Miru gapai tak terkecuali mendapatkan Yuta sensei. Benarkan Chichi?"

Yamada tak menjawab, ia hanya menunduk tak berkutik.

Sementara itu, Noe berjalan mendekatinya. Dengan air mata yang tak berhenti mengalir ia memandang marah adiknya.

"Bagaimana mungkin hatimu tercipta sebusuk ini, Miru? Dimana akal sehatmu? Mengapa kau bisa hidup seperti ini??"

Miru menatap Noe acuh. "Ane tidak usah sok menasehatiku. Pokoknya aku akan membuat Mary menderita. Dia pantas mendapatkannya."

Noe mengguncang-guncang lengan Miru. "Sadarlah, jangan bersikap jahat! Kau akan menyesal dikemudian hari. Chichi! Lakukan sesuatu. Jangan biarkan adikku menjadi monster."

Miru mendorong tubuh Noe. "Ane, diamlah! Sampai kapanpun ane tak akan bisa merubahku. Jadi jangan buang tenaga ane percuma." Lalu Miru pergi dari sana meninggalkan Noe yang menangis terisak di atas dinginnya lantai.

Yamada yang melihat putri bungsunya dan sulungnya bertengkar hanya bisa diam. Tak ada keberanian dalam dirinya. Tapi hatinya sakit melihat Noe seperti itu, dia berusaha membawa kebaikan namun sayang dirinya menampiknya.

Maaf Noe, Chichi tak bisa melakukan sesuatu. Chichi hanya ingin melindungi Miru. Batinnya.

****

Mattei serta anak buahnya memandang gedung tinggi di depannya itu cukup lama.

"Jadi, disini keberadaan Mary disembunyikan oleh dua wanita iblis itu?"

"Benar, Tuan."

Matteo berdecih. "Ayo bergerak, kita harus mengepung tempat ini."

Dan mereka memulai aksinya menemukan Mary. Matteo berhasil menemukan keberadaan wanita itu setelah anak buahnya bekerja keras melacaknya. Dengan begini, ia akan menjauhkan Mary dengan Justin.

Doooor! Doorr!

Suara tembakan terdengar menggema di dalam hotel yang sudah tak terpakai meskipun keadaannya masih sangat bagus itu.

Sementara itu, Mary yang tertidur langsung terbangun setelah mendengarkan suara tembakan.

"Apa itu?"

Mary ingin memastikan apa yang terjadi namun tali membelit tubuhnya hingga menghalangi pergerakannnya.

Tiba-tiba pintu terbuka dari luar dan matanya membulat sempurna mendapati Matteo disana.

"Matteo?"

"Mary, kau tidak apa-apa, kan?"

"Matteo, bagaimana kau bisa ada disini?"

"Ceritanya panjang. Ayo ikut aku."

Setelah berhasil melepaskan tali yang membelit tubuh Mary. Matteo membawa pergi wanita itu dari sana.

Kurang dari setengah jam peristiwa itu terjadi, rombongan mobil bergerak memasuki hotel itu.

Dari salah satu mobil itu, Justin keluar dari sana dan segera masuk kedalam hotel untuk menemui Mary, namun setelah melihat keadaan hotel yang dipenuhi para penjaga yang sudah tergeletak dimana-mana membuat Justin curiga.

"Dimana Mary?"

"Dia tidak ada disini. Gary, apakah kau membohongi kami?"

Gary yang nampak tak kalah terkejutnya setelah melihat keadaan hotel dan teman-temannya yang jatuh gugur tak bisa berkata-kata.

"Aku bersumpah, Mary tadi ada disini," katanya.

Kemudian Gary menyusuri kumpulan tubuh yang sudah tergeletak dan mendapati salah satu dari mereka masih bernafas.

"Apa yang terjadi?"

"Ada penyusup masuk. Dia membawa pergi tawanan."

Mata Justin membulat, ia mendekat.

"Siapa? Kau mengenalinya?"

Pria itu menggeleng. "Tidak, tapi sepertinya dia adalah orang terdekat wanita itu."

Justin mengepalkan tangannya kuat. "Matteo, aku akan membunuhmu!"